Jebakan Ranjang Gadis Belia

Aleta terus mengikuti langkah pria yang membawanya masuk kedalam perusahaan sambil matanya kesana kemari memperhatikan megahnya bangunan itu. kalau dibandingkan dengan perusahaan keluarganya mah belum ada setengahnya.

Bruk. Sangking fokusnya melihat kekanan dan kekiri, Aleta tidak tau kalau pria yang ada dihadapannya sudah berhenti. alhasil wajahnya menabrak pas ke punggung pria itu.

"duuh... maaf tuan." ucapnya sambil mengusap hidungnya yang terasa nyeri. Sedangkan pria itu hanya tersenyum melihat gadis yang ada dihadapannya.

"ini ruangannya." ucapnya sambil menunjuk ruangan yang bertuliskan CEO tepat dipintunya.

"ooh iya tuan. terima kasih banyak." ucap Aleta sambil menganggukkan kepalanya.

"tidak masalah. ngomong-ngomong siapa namamu ?" tanya pria paruh baya itu.

"saya Aleta Winandra." jawab Aleta sambil tersenyum.

"kau gadis yang sangat lucu dan menggemaskan. saya akan sangat senang jika kau menjadi menantu dirumah saya." ucapnya lagi sambil berlalu pergi dari sana. Aleta hanya terpaku saat mendengar apa yang pria itu katakan. tak mau ambil pusing Aleta segera masuk kedalam ruangan itu.

Felix yang melihat ada seorang wanita masuk keruangannya langsung berdiri dan mendekat kearah wanita itu.

"maaf nona. apa yang nona lakukan disini ?" tanyanya.

"ah. saya ingin bertemu dengan tuan Agra." jawab Aleta.

"maaf tapi apa anda sudah ada janji dengan beliau ?" tanya Felix lagi. Dia tidak tau kalau tuannya ada janji temu dengan seorang wanita.

"duuh aku harus jawab apa nih." Aleta meremas tangannya karna bingung menjawab pertanyaan lelaki itu. sedangkan Felix terus menatap tajam padanya.

"tunggu disini." karna tidak ada jawaban dari Aleta, Felix memutuskan untuk bertanya langsung pada tuannya.

Setelah mengetuk pintu dan mendengar jawaban dari Agra, Felix segera masuk dan meninggalkan Aleta yang terdiam didepan ruangan itu.

"ada apa ?" tanya Agra tanpa melihat kearah Felix.

"ada yang ingin bertemu dengan tuan." ucap Felix.

"kalau itu Margaret, aku tidak ada waktu untuk meladeninya." ucap Agra. Dia malas mendengar ocehan kekasihnya itu.

"maaf tuan, saya tidak tau siapa wanita itu." ujar Felix. seketika Agra melihat kearahnya dengan bingung.

"baiklah. suruh dia masuk."

Felix segera keluar untuk memberitahu pada gadis itu. sedangkan Aleta yang menunggu diluar sudah harap-harap cemas. dia takut kalau Agra menolak dan mengusirnya dari perusahaan ini.

"silahkan masuk nona." suara Felix mengagetkan Aleta yang tengah melamun sampai dia terjingkat ke atas, dan itu berhasil membuat Felix tertawa kecil. sedangkan Aleta langsung mencebikkan bibirnya saat melihat lelaki itu tertawa.

"ehem. silahakan nona." ucapnya lagi sambil mempersilahkan Aleta untuk masuk.

Aleta menghirup udara dalam-dalam dan menguatkan hatinya. apapun yang terjadi dia harus berhasil dalam menjalankan misinya yang agung.

Aleta langsung berjalan masuk keruangan Agra dimana pria itu sudah menunggunya dengan duduk disofa. Agra melihat Aleta dari atas kebawah dan beberapa kali seperti itu.

"apa dia sedang menilai penampilanku ?" Aleta merasa risih karna terus dilihat seperti itu oleh Agra.

Sedangkan Agra terus melihat kearahnya dengan tajam. dia merasa tidak asing dengan gadis yang sedang berdiri dihadapannya ini.

"tunggu. bukannya dia wanita yang mengatai aku bisu." Agra berhasil mengingat dimana dia pernah bertemu dengan gadis itu.

Aleta sudah tidak tahan ingin membuka mulutnya. tapi saat dia ingin bicara Agra berdiri dan mendekat kearahnya membuat jantungnya tiba-tiba berdebar tak karuan.

"tuan, ada yang ingin saya bicarakan." Aleta menguatkan suaranya agar Agra tidak semakin mendekat kearahnya.

Agra tersenyum simpul lalu kembali duduk disofa tanpa mengatakan apapun. sedangkan Aleta bernapas lega saat melihat lelaki itu kembali ke tempatnya.

"nama saya Aleta Winandra. saya putri bungsu dari pasangan Arsen Winandra dan Deeva Aileen. saya mempunyai satu kakak yang bernama Dareen Winandra. kedatangan saya kesini ingin memohon pada tuan agar mau membantu perusahaan keluarga kami." Aleta memperkenalkan identitasnya dengan lengkap dan akurat. sudah seperti masa orientasi saat pertama kali masuk sekolah.

Aleta melirik kearah Agra. tapi laki-laki itu sepertinya tidak ada tanda-tanda ingin mengucapkan sesuatu padanya.

"tuan. saya tau kalau tuan tidak bisu. saya minta maaf untuk kesalahan yang pernah saya perbuat." ucap Aleta lagi. mungkin Agra tersinggung dengan perkataannya makanya tidak menanggapi apapun yang diucapkannya.

"jadi kau sudah tau kalau aku tidak bisu ?" tanya Agra.

"benar tuan." jawab Aleta dengan lantang.

"jadi kau juga pasti sudah tau kan kalau aku tidak akan membantu kalian ?" tanyanya lagi. Aleta yang tadinya menundukkan kepalanya kini menatapnya dengan tajam.

"tuan. apa salahnya kalau membantu kami. jadilah manusia yang baik dan berhati mulia." Aleta menasehatinya dengan kata-kata bijak. tapi terlihat Agra tersenyum sinis mendengarnya.

"tuan. saya mohon. tolong bantu keluarga saya. saya akan sangat berterima kasih pada tuan." ucapnya lagi.

"cukup. sekarang pergilah. aku tidak tertarik menjalin hubungan dengan perusahaanmu." tajam menancap dihati Aleta. bagaimana mungkin lelaki ini tidak punya hati nurani sama sekali pikirnya.

"tuan. anda sangat berhati sombong. untung saja anda tampan dan kaya, sehingga tidak ada yang berani mencela anda." tunjuk Aleta tepat ke wajah Agra. membuatnya sedikit terkejut melihat tindakan gadis itu.

Aleta bergegas keluar dari ruangan itu dengan mulut yang terus menggerutu. betapa sombong dan angkuhnya lelaki yang dia temui tadi. ingin rasanya menjambak bibirnya yang seksi itu. huh.

Aleta menghentak-hentakkan kakinya sambil masuk kedalam lift. mulutnya tak henti-henti mengucapkan sumpah serapah untuk lelaki tampan itu.

"huh. dasar lelaki tak punya hati, jantung, ginjal, paru-paru." omel Aleta sambil meninju-ninju udara yang ada dihadapannya. beberapa orang yang juga berada dilift melihatnya dengan aneh.

"awas aja kau nanti." ucapnya lagi sambil berjalan keluar dari lift. Aleta memutuskan untuk pulang kerumahnya. jiwa dan raganya terasa sangat lelah.

Drrrt... drtt...

"halo. maaf aku lagi semedi jadi gak bisa diganggu." ucap Aleta pada seseorang disebrang telpon.

"Ale. apa kau sedang menuntut ilmu hitam ?" tanya Lusi sambil terkikik disana.

"diam kau. mau apa ?" tanyanya kemudian.

"datang ke kafe X. kami lagi ngumpul disini." ucap Lusi.

"oke" setelah mengatakan itu Aleta mematikan panggilan telpon mereka dan segera melajukan mobil untuk bertemu dengan teman-temannya.

☆☆☆

Terima kasih buat yang udah baca 😘