NovelToon NovelToon
PENGASUH TUAN LUMPUH

PENGASUH TUAN LUMPUH

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Raya Syakila harus menerima nasib buruk saat ia pulang ke Indonesia. Rumah mewah orangtuanya telah di sita dan keluarganya jatuh miskin seketika.

Dia harus bekerja sebagai pengasuh seorang pria tampan yang lumpuh bernama Nevan, semata-mata karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13 - Menghindar

Nevan

"Apa kepalamu masih sakit?" tanyanya pada Raya.

Raya hanya menggeleng pelan dengan tatapan yang tiba-tiba beralih ke arah lain, padahal sebelumnya--untuk pertama kalinya ia bisa melihat Raya yang membalas tatapan matanya.

Tiba-tiba ia pun menyadari jika tangannya yang sejak tadi sulit dikondisikan itu-- sudah melingkar dipergelangan tangan Raya.

Astaga... sepertinya anggota tubuhnya sulit untuk diajak kompromi oleh otak yang memang sudah sedikit bermasalah sejak kedatangan Raya kerumahnya.

Otaknya memberi sinyal untuk segera melepaskan jerat tangan itu, tapi tangannya memang benar-benar tidak tahu diri, tetap disana dan justru merasai lembutnya kulit tangan Raya dan mengelus pelan disana.

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanyanya memastikan keadaan Raya yang diam saja sejak adu-tatap tadi.

Raya menganggukkan kepalanya dan lagi-lagi ia tidak rela melepaskan tangannya yang kini sudah meraih jemari Raya. Damned!

Tiba-tiba Raya menunduk, menatapnya dengan tatapan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Tatapan itu menyiratkan jika ada harapan besar terkandung didalamnya.

Benarkah Raya tengah mengharapkannya? Ataukah hanya dia yang merasa demikian?

"Tu-tuan, se-sebaiknya... anda segera mandi." kata Raya dengan tergagap--membuat wajah yang sudah merah itu semakin terlihat menggemaskan dimatanya.

Ia tak bergeming sedikitpun karena ucapan Raya itu, ia terlalu larut dalam keadaan yang sudah terlanjur menjadi intens-- ia lupa sejak kapan jemarinya justru semakin mengeratkan genggaman pada jemari lentik milik wanita yang berdiri dihadapannya ini.

Dan Raya? Raya tidak memprotes untuk menghentikan aksinya sedikitpun. Ia justru merasakan tangan Raya yang membalas genggamannya, membuatnya tersenyum kecil dengan perasaan membuncah.

Tapi, sepersekian detik berikutnya, Raya seakan tersadar dengan keadaan. Raya melepas tautan tangan mereka dengan perlahan dan menepis pelan tangannya.

Kemudian Raya terlihat menarik nafas dalam-dalam sebelum mengutarakan kosa-katanya.

"Bukankah Tuan ingin segera istirahat? Mandilah..setelah itu saya akan menyiapkan makan malam Anda." kata Raya-- berusaha menghindar kembali, bahkan Raya buru-buru beralih ke sisi lain demi menghindarinya.

Ingin rasanya ia meneriaki nama Raya agar wanita itu tidak berlalu dari hadapannya dan menerima saja semua perlakuannya dalam diam.

Namun, ia harus rela dengan berat hati, ketika Raya justru telah beringsut masuk ke dalam walk in closet untuk mencari baju gantinya.

Kecewa? Tidak... dia tidak boleh kecewa pada Raya. Ia yakin jika Raya memiliki pilihan tersendiri dan sekarang Raya telah menunjukkan pilihan itu dengan sikap menghindarinya.

Ia tak bisa menyalahkan Raya sebab melakukan hal itu, karena Raya memanglah bukan miliknya dan ia pun masih berstatus milik orang lain.

Saat Raya tengah sibuk didalam ruang ganti dan memintanya untuk mandi, ia justru mengusap kasar wajahnya sendiri dan menyugar rambutnya berkali-kali, karena merutuki diri sendiri yang melakukan hal diluar kendali.

Jika ini terus berlanjut, maka ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada mereka berdua karena keadaan ini benar-benar diluar nalar otaknya-- yang beberapa waktu belakangan ini entah kenapa sulit dikendalikan.

Tak berapa lama, Raya sudah kembali ke kamar dan mendapatinya yang masih terdiam.

Raya mengoceh kecil.

"Tuan, saya pikir Anda sudah di kamar mandi. Baju gantinya sudah saya siapkan didalam." kata Raya merujuk pada ruang gantinya, ia tahu jika sekarang Raya mencoba bersikap biasa--seolah tak pernah terjadi apapun diantara mereka beberapa menit lalu.

Mungkin saat Raya mencari baju gantinya, Raya berpikir keras disana-- untuk kembali menetralkan keadaan. Ya, mungkin saja.

Atau mungkin Raya memang tak mengharapkan apa-apa dari dirinya seperti ia mengharapkan wanita itu.

Ah, apa yang kau harapkan, Nev? Mana mungkin Raya mau dengan lelaki lumpuh sepertimu? Bahkan Feli pun tak menggubrismu ketika kau belum lumpuh? Jika kau jatuh miskin, mungkin Feli akan mencampakkanmu begitu saja dan kau tidak akan bisa mengungkap siapa Feli sebenarnya.

Mungkin sekarang wajahnya telah suram, membayangkan jika Raya benar-benar tak mengharapkannya sedikitpun.

Ia pun mendorong kursi rodanya sendiri menuju kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan, merasa tidak diinginkan itu ternyata seperti ini. Apa ini juga yang dirasakan oleh Feli karena sikapnya yang sekarang?

...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...

Raya mengetuk pintu kamar Nev, memintanya makan malam karena Raya sudah menyiapkan keperluan makan malam Nev di meja makan. Akan tetapi Nev menolak dan meminta Raya membawakan makan malam ke kamarnya saja.

Nev memang sudah lama tak makan malam diruang makan, karena dia selalu makan malam sendirian disana dan dia tidak menginginkan hal itu sekarang. Baginya, meja makan itu haruslah hangat dengan berkumpulnya sepasang suami-istri atau seluruh keluarga, tidak seperti dirinya yang hanya sendirian.

Seperti biasa, Raya akan menuruti kemauan Nev tanpa banyak protes, dia membawa troli berisi makanan ke kamar Nev dan menyajikan semua makanan di meja yang ada di balkon karena Nev sudah lebih dulu berada disana sembari memandang langit malam yang cerah.

"Silahkan dimakan makan malamnya, Saya permisi dulu, Tuan." kata Raya mengakhiri kalimatnya sekaligus ingin beranjak.

"Raya..." panggil Nev menghentikan langkah wanita itu.

"Ya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Raya sopan. Berusaha bersikap sewajarnya--berusaha menepis sesuatu yang mulai mengusik kehidupannya dan muncul ke permukaan setelah pertemuannya dengan Nev. Raya bahkan tak berani mengartikan apa sesuatu itu.

"Boleh aku bertanya sesuatu hal yang sedikit pribadi?" tanya Nev sembari tetap menatap pemandangan malam dikejauhan sana.

"Tentang?" Raya balik bertanya.

"Apakah kamu sering makan bersama dengan keluargamu?" tanya Nev tanpa mengalihkan atensinya.

Raya diam sejenak, karena dia mulai mengerti arah pembicaraan Nev dan mulai paham apa yang Nev rasakan saat ini.

"Saya jarang makan bersama keluarga, Tuan." kata Raya jujur.

"Why?"

"Karena sejak dulu saya sudah tinggal jauh dari keluarga." akunya.

Nev mengangguk mengerti. "Tapi jika pulang atau bertemu keluarga pasti makan bersama, kan?" kata Nev.

"Ya, kami tidak akan melewatkan kesempatan itu untuk menghabiskan waktu bersama-sama." Raya tersenyum diujung kalimatnya.

"Sepertinya keluargamu sangat hangat." kata Nev.

"Begitulah, Tuan. Papa saya adalah sosok yang family man dan Mama juga sangat mengutamakan keluarga diatas segalanya. Karena itulah sekarang saya merasa kehilangan semua itu." terang Raya begitu saja.

Nev tertegun demi melihat wajah Raya yang berubah suram.

"Kamu pasti memikirkan keadaan Mamamu, ya.." tebak Nev.

Raya mengangguk sekilas namun buru-buru mengalihkan topik pembicaraan.

"Ayo makan makanannya, Tuan. Udara disini pasti akan cepat membuat hidangannya dingin." kata Raya mencoba tersenyum kecil.

Nev mengangguk, kemudian dia meraih sendoknya.

Saat Nev ingin menyuap makanan, tanpa sengaja dia melihat Raya yang tengah menyeka sudut matanya.

"Kamu sudah makan?" tanya Nev berusaha mencairkan suasana.

"Sudah, Tuan. Saya permisi Tuan." kata Raya segera berlalu dari sana tanpa menunggu Nev untuk menjawab.

Entah kenapa Nev merasa bersalah pada Raya, karena dia merasa telah membahas topik yang tidak seharusnya pada wanita itu.

Mungkin sekarang Raya sedang mengenang kehangatan keluarganya. Entahlah, tapi yang Nev yakini adalah bahwa keluarga Raya sekarang sedang dalam keadaan yang tak baik-baik saja. Membuatnya semakin penasaran tentang siapa Raya sebenarnya dan hal apa yang tengah menimpa keluarga Raya-- hingga wanita itu harus berakhir menjadi pengasuhnya seperti sekarang.

...Bersambung ......

Jangan lupa Favorit, like, komentar, vote dan hadiah ❤️

1
Asih S Yekti
sampai episod ini kok masih konflik terus ya , harusnya deket end sudah tanda tanda bahagia dong
Mas Tista
anaknya jimi dan nimas lbh tua dari si triplet kan ?
Victoria Neka
luar biasa ya Arthor benar benar hebat
Asih S Yekti
ceritanya kok terlalu kejam ya
Mas Tista
semoga hukuman untuk feli sesuai dgn kejahatannya
Mas Tista
miris yaaaa....
Victoria Neka
sungguh karya yg sangat bagus
Mas Tista
ads....aku
Mas Tista
kagum sama raya
Chyntia Rizky 🖋️: makasih sudah mampir di novel ini ya kak. baca karya saya yg lain ya setelah ini🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Selvy Anton
Luar biasa
Arie Chrisdiana
maaf thor terpaksa aq bacanya lompat2 coz 1 bab aja isinya buanyak skl dan terlalu bertele2 jd nya bosan, utk ke depannya usulan ku tlg jgn bertele2 ya thor biar yg baca ndak cpt bosan,,, tetap semangat thor 💪💪🙏🙏🙏
Arie Chrisdiana
Mmgnya Nevan ndak punya asisten pribadi atau sekretaris ta kok ndak ada yg dampingi
Arie Chrisdiana
sdh mulai ada kemajuan tuch 👏👏👏👏
Rain
👍
Iin Karmini
ga asyik ya nev klo bogemnya msh mentah...bogem matang lbh syedaap
Iin Karmini
knapa nenek nev yg slh?? othor laah..itu nenek nev nurut mau othor lho😜😜
Iin Karmini
tul bgt...
anita
jgn2 nev gk lumpuh,itu cm buat ngetes feli aja
Iin Karmini
ampyun dah...
Iin Karmini
gaskn...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!