NovelToon NovelToon
The Worst Villain

The Worst Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:21k
Nilai: 5
Nama Author: @hartati_tati

Fany, seorang wanita cantik dan anggota mafia ternama, tergeletak sekarat dengan pisau menancap di jantungnya, dipegang oleh tunangannya, Deric.

"Kenapa, Deric?" bisik Fany, menatap dingin pada tunangannya yang mengkhianatinya.

"Maaf, Fany. Ini hanya bisnis," jawab Deric datar.

Ini adalah kehidupan ketujuhnya, dan sekali lagi, Fany mati karena pengkhianatan. Ia selalu ingat setiap kehidupannya: sahabat di kehidupan pertama, keluarga di kedua, kekasih di ketiga, suami di keempat, rekan kerja di kelima, keluarga angkat di keenam, dan kini tunangannya.

Saat kesadarannya memudar, Fany merasakan takdir mempermainkannya. Namun, ia terbangun kembali di kehidupannya yang pertama, kali ini dengan tekad baru.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku lagi," gumam Fany di depan cermin. "Kali ini, aku hanya percaya pada diriku sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Fany akhirnya tiba di rusunnya setelah perjalanan panjang yang penuh dengan bahaya. Dia berjalan melalui lorong yang suram, dengan lampu yang berkedip-kedip, hingga akhirnya sampai di pintu apartemennya yang terletak di lantai empat. Dengan napas yang sedikit terengah-engah, dia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan yang sempit.

Fany berjalan menuju dapur yang kecil dan sederhana, meletakkan pisau yang dia ambil dari pria tadi di atas meja dapur. Pisau itu berkilat lemah di bawah cahaya lampu yang berkedip-kedip, menyimpan cerita dari pertempuran yang baru saja terjadi.

Setelah itu, Fany berjalan menuju kamar tidurnya. Ruangan itu sempit dan kumuh, dengan dinding yang catnya sudah mengelupas dan lantai yang berdebu. Di sudut ruangan, terdapat kasur tipis yang sudah tua dan bantal yang kusam.

Fany duduk di atas kasurnya, membiarkan tubuhnya yang lelah beristirahat sejenak. Meskipun tempat ini jauh dari nyaman, inilah satu-satunya tempat yang bisa dia sebut sebagai rumah. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang masih berputar-putar dari kejadian malam itu.

Dengan mata yang mulai terasa berat, Fany merebahkan dirinya di kasur, menatap langit-langit yang retak. Dia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah mudah, tetapi dia sudah terbiasa dengan segala tantangan yang datang.

***

Di jalan sempit yang gelap, delapan pria berpakaian hitam berdiri mengelilingi dua jasad yang tergeletak tak bernyawa di tanah, korban dari serangan brutal Fany. Dengan gerakan cepat dan terlatih, mereka mulai menyeret kedua jasad itu, memasukkannya ke dalam bagasi mobil yang terparkir tak jauh dari tempat kejadian.

Beberapa di antara mereka berkeliling di sekitar jalan sempit itu, memeriksa setiap sudut untuk memastikan tidak ada CCTV yang merekam kejadian saat Fany menghabisi kedua pria tadi. Mereka memeriksa setiap sudut dan celah, dengan cermat mengamati apakah ada kamera tersembunyi yang mungkin merekam aksi brutal tersebut.

Setelah beberapa menit memastikan tidak ada CCTV, beberapa pria itu kembali ke arah mobil dan melaporkan hasil pemeriksaan mereka. "Tidak ada CCTV, Pak. Aman," kata salah satu pria dengan nada tegas.

Pria yang berdiri di dekat pintu mobil, sambil menghisap rokok, menatap anak buahnya dengan tajam. Asap rokoknya mengepul di udara malam yang dingin, menambah suasana tegang di sekitar mereka.

"Kalian sudah memeriksa secara menyeluruh?" tanyanya dengan suara penuh wibawa.

"Ya, Pak," jawab pria yang melapor sebelumnya, dengan nada yakin.

Pria dengan rokok di tangannya mengangguk pelan. "Pastikan tidak ada jejak yang tertinggal, jangan biarkan ada jejak yang tertinggal yang mengarah pada nona," perintahnya dengan nada tegas dan dingin.

Salah satu pria lainnya, yang berdiri di dekat bagasi, mengangguk dan menambahkan, "Kami akan membersihkan tempat ini dengan teliti, Pak. Tidak akan ada yang mengarah pada nona."

Pria dengan rokok menghisap dalam-dalam sekali lagi, sebelum membuang puntung rokoknya ke tanah dan menginjaknya hingga padam. "Bagus. Kita tidak boleh membuat kesalahan. Sekarang, cepat bersihkan tempat ini dan pastikan semuanya bersih," katanya dengan nada memerintah.

Pria yang merokok tadi mengeluarkan handphonenya dari saku jas hitamnya. Dengan cepat dia mengetik beberapa angka dan menunggu sambungan terhubung. Di seberang sana, suara yang tegas dan penuh wibawa menjawab panggilannya.

"Tuan besar, kami sudah membersihkan tempat kejadian," kata pria itu dengan suara rendah dan penuh hormat.

"Apakah kalian memastikan tidak ada yang tertinggal?" tanya suara di seberang dengan nada serius.

"Ya, Tuan. Kami telah memeriksa setiap sudut. Tidak ada CCTV dan tidak ada saksi mata. Semuanya sudah ditangani dengan rapi," jawab pria itu, memastikan bahwa setiap detail sudah diperhatikan.

"Tidak boleh ada kesalahan. Kita tidak bisa membiarkan jejak yang bisa mengarah pada Fany," perintah suara di seberang dengan tegas.

"Tentu, Tuan. Kami sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Anda tidak perlu khawatir," balas pria itu dengan tenang.

"Bagus. Pastikan tidak ada yang mengetahui tentang ini. Kalian harus tetap waspada," kata suara di seberang sebelum sambungan terputus.

Pria itu menghela napas pelan, menyimpan kembali handphonenya ke dalam saku. Dengan satu gerakan tangan, dia memerintahkan anak buahnya untuk segera menyelesaikan pembersihan dan memastikan tidak ada jejak yang tertinggal. Mereka bergerak cepat, menyelesaikan tugas mereka dengan profesionalisme yang dingin dan efisien.

Seorang pria tua dengan rambut memutih duduk di sebuah ruangan besar yang penuh dengan foto-foto Fany. Di sekitarnya, beberapa pria dewasa lainnya berdiri dengan cemas, menunggu keputusan dari pria tua itu.

"Apa yang kakek lakukan, apa kakek akan langsung membawa Fany?" tanya seorang pria dengan nada penasaran.

"Iya ayah, ayo kita bawa kembali Fany. Aku ingin cepat-cepat bertemu dengan putriku, Ayah," kata pria lainnya dengan penuh harap.

Pria tua itu menghela napas panjang, pandangannya masih tertuju pada foto-foto Fany yang terpampang di hadapannya. "Sabarlah, sebentar lagi kita akan membawanya. Kita masih harus mengawasinya. Dilihat dari sikapnya hari ini, tidak akan mudah untuk membujuknya," jawabnya dengan suara tenang namun penuh kewibawaan.

"Apa kakek tidak memiliki rencana? Aku sangat ingin bertemu dengan adikku," kata pria lainnya dengan nada mendesak.

Pria tua itu menatap mereka satu per satu, mencoba menenangkan kegelisahan mereka. "Tunggu saja hingga waktunya tiba," katanya dengan tegas. "Semua akan berjalan sesuai rencana. Sabar dan tetap tenang. Kita akan membawa Fany kembali pada waktu yang tepat."

Pria-pria dewasa itu saling memandang dan mengangguk, meskipun kegelisahan masih tampak di wajah mereka. Mereka tahu bahwa pria tua itu memiliki rencana, dan mereka harus percaya bahwa segala sesuatunya akan berjalan sesuai yang diharapkan. Dengan itu, mereka semua kembali pada posisi mereka, menunggu saat yang tepat untuk bertindak.

****

Fany membuka matanya saat mendengar alarm handphonenya berdering. Dengan gerakan malas, dia meraih handphone di samping tempat tidur dan mematikan alarm itu. Menghela napas panjang, dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Fany membersihkan diri dengan air dingin yang membangunkan inderanya. Setelah selesai, dia mengenakan seragam sekolahnya yang rapi. Rok pendek berwarna abu-abu dan blus putih dengan emblem sekolah di dadanya.

Fany menatap pantulan wajahnya di cermin kecil yang tergantung di dinding kamar mandi. Dia melepas kacamata baca yang sering dia pakai dan mulai merapikan rambutnya. Dalam cermin, wajah Fany terlihat datar tanpa ekspresi, namun tetap memancarkan kecantikan alami yang menakjubkan. Kulit putih bersih, hidung kecil yang mancung, dan bibir pink alami yang memberikan sentuhan manis pada penampilannya.

Fany berjalan menuju dapur, langkahnya tenang namun pasti. Dia membuka lemari dapur dan mengambil beberapa potong roti. Namun, saat ingin memakan roti tersebut, matanya menangkap sesuatu yang tak diinginkan. Ada jamur yang tumbuh di sudut roti itu, menandakan bahwa roti tersebut sudah tidak layak dimakan.

Dengan wajah datar tanpa ekspresi, Fany membuang bagian roti yang berjamur ke tempat sampah. Dia tidak menunjukkan sedikit pun rasa jijik atau kecewa. Setelah membuang bagian yang berjamur, Fany tetap memakan sisa roti tersebut.

Baginya, tidak penting apakah roti itu sudah tidak layak dimakan atau tidak. Yang terpenting adalah dia memiliki sedikit tenaga untuk berjalan ke sekolah. Setiap gigitan roti itu memberinya cukup kekuatan untuk menghadapi hari yang panjang di depan, meski rasanya jauh dari ideal. Fany tahu, dalam hidupnya yang keras, dia tidak bisa memilih banyak, dan setiap sumber energi adalah berharga.

Fany berjalan keluar dari rusunnya, menuruni tangga dengan langkah mantap. Tangga-tangga itu berderit di bawah berat langkahnya, dinding di sekitarnya tampak lusuh dan usang.

Begitu sampai di depan gedung rusunnya, matanya menangkap sesuatu di bak sampah yang terletak di sudut jalan. Di sana, ada beberapa bungkus roti yang masih tersegel rapi. Tanpa pikir panjang, Fany berjalan mendekat, mengambil beberapa bungkus roti itu, dan memasukkannya ke dalam tasnya. Baginya, roti itu adalah tambahan berharga untuk persediaan makanannya yang minim.

Setelah memastikan tasnya aman, Fany melanjutkan perjalanannya menuju sekolah yang jaraknya cukup jauh dari rusunnya. Jalanan yang dilaluinya sepi dan dingin, namun Fany tetap berjalan dengan tenang, seolah-olah tidak ada yang bisa mengganggu ketenangannya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Fany tiba di gedung sekolah. Dia langsung berjalan menuju kelasnya, tanpa menghiraukan tatapan orang-orang di sekitarnya. Begitu masuk ke dalam kelas, Fany duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku-buku pelajaran, siap menghadapi hari yang panjang di sekolah.

"Kamu lihat Fany hari ini?" tanya salah satu murid di kelas, matanya terpana saat melihat Fany yang duduk di depan kelas.

"Iya, dia terlihat sangat cantik, bukan? Aku hampir tidak mengenalinya," jawab murid lainnya, wajahnya dipenuhi dengan kekaguman.

"Aku juga merasa begitu. Dia biasanya terlihat agak suram, tapi hari ini dia seperti berbeda," sahut murid ketiga, mencoba memahami perubahan yang terjadi pada Fany.

"Apakah dia melakukan sesuatu pada wajahnya?" tanya salah satu murid, mencoba mencari tahu rahasia di balik perubahan penampilan Fany.

"Aku tidak tahu, tapi mungkin saja," kata murid lainnya dengan penuh kagum.

Mereka semua mengamati Fany dengan tatapan heran, mencoba mencerna perubahan yang terjadi pada gadis itu. Meskipun tidak tahu apa penyebabnya, satu hal yang pasti: Fany terlihat sangat cantik hari ini, lebih cantik dari biasanya.

1
Uswatun hasanah
apakah ada yang bundir.. ngeri.(moga nggak /baperan).. 🤨
Sofi Sofiah
cerita nya keren...aku maraton baca dari awal tpi rasanya masi kurang
Zeendy Londok
lanjut thor
Uswatun hasanah
masih jadi teka teki ni..
Uswatun hasanah
iri dengki akan menghancurkan dirinya sendiri.. 😌
Uswatun hasanah
wow.. hebat .. suka mengintimidasi ternyata Fany.. gak bakal dibully... 😅
Uswatun hasanah
kehidupan Fany yang sesungguhnya dimulai... nunggu part selanjutnya...
Leha
keren
Leha
Buruk
Uswatun hasanah
ok.. ditunggu partai selanjutnya.. pertemuan... 😉
Uswatun hasanah
kayaknya Fany mati rasa..
queen bee
up terus 👍👍👍👍👍👍🤩🤩🤩🤩🤩
De Ryanti
orang ma dah nemuin anaknya langsung jemput lah ngapain nunda lama2 kurang apa terpaan hidup fany dr bayi ampe gede gitu...kakek ma bapak nya fany aneh
Uswatun hasanah
setelah kejadian ini Terima mereka Fany.. kamu berhak bahagia..
Alfatih Cell
suka sangat thor.. crazy up 💪💪💪
Rina Yuli
tapi percuma juga Fany dibawa pulang orang dianya gak percaya siapapun bahkan keluarga kandungnya
Uswatun hasanah
yeeyyy akhirnya.. didatangi juga Fany karna takut ama Ratunya 😂
Cahaya yani
knp kluarga ny tdak mnjemput nya.. ap scara tdak sngja di latih biar tangguh, tpi kl gtu knp tnpa ad bntuan scr tk di sngja
Uswatun hasanah
apakah Fany korban penculikan.. aish... penasaran...
Cahaya yani
thooorr please up yg byk donk 😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!