Diandra, gadis cantik yang dibesarkan di panti asuhan. Balas budi membawanya pada perjodohan, yang tidak diharapkan oleh suaminya.
Mampukah Diandra menaklukkan sang suami yang hatinya telah dipenuhi oleh dendam pada wanita karena sebuah perselingkuhan?
Simak, perjalanan cinta Diandra yang diwarnai tawa dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bonus Ponsel
Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih dua jam, tibalah Angga dan Diandra di bandara internasional Ngurah Rai Bali. Mereka segera melangkah menuju pintu keluar bandara, nampak sopir pribadi mama nya Angga sudah berada di sana menjemput putra nyonya besar nya dan sang calon menantu.
"Kita langsung pulang atau mau kemana dulu mas Angga?" Tanya pak Darma, sopir pribadi bu Dewi kepada putra majikan nya sebelum melajukan kendaraan.
"Kita mampir ke gerai ponsel terdekat dulu pak," jawab Angga sambil membetulkan tempat duduk nya, dan memasang sabuk pengaman.
"Siap mas Angga," ucap pak Darma patuh, dan kemudian segera melajukan mobil sedan mewah berwarna hitam milik nyonya besar nya membelah jalanan ibu kota provinsi Bali.
"Non Didi nanti ikut pulang ke Villa dulu ya? Tadi nyonya Dewi berpesan seperti itu pada saya," ucap pak Darma kepada Diandra, sambil menatap gadis cantik itu dari pantulan kaca spion mobil.
"Iya pak," jawab Didi singkat.
Angga mengernyit, "buat apa sih pak, dia harus ikut ke Villa mama segala?" Tanya Angga ketus, pada sopir pribadi mama nya.
"Maaf mas Angga, saya kurang tahu. Saya hanya menjalankan perintah nyonya saja," jawab pak Darma takut-takut, pak Darma memang lebih takut menghadapi putra majikan nya itu dari pada menghadapi sang nyonya besar sendiri.
Sedangkan Diandra hanya mengangkat kedua bahu nya, mendengar perkataan ketus dari Angga tersebut.
Sepanjang perjalanan, tak ada lagi yang bersuara. Masing-masing sibuk dengan pikiran nya sendiri, begitu pun dengan Diandra. Dia yang biasa nya cerewet, kali ini lebih memilih untuk diam dan menikmati pemandangan di luar kaca jendela mobil.
Setelah cukup jauh melajukan mobil nya, pak Darma mengarahkan laju kuda besi itu menuju kawasan pertokoan dan menghentikan nya tepat di depan gerai ponsel seperti yang diminta putra majikan nya.
Angga segera turun, dan berjalan cepat menuju toko yang menjual ponsel pintar dan berbagai macam aksesoris nya itu.
Sedangkan pak Darma dan Diandra tetap duduk di dalam mobil, "maaf pak, bapak sudah lama ya kerja sama tante Dewi?" Tanya Diandra menyelidik, dia berniat untuk menggali informasi dari sopir tersebut tentang masa lalu yang menyebabkan Angga menjadi dingin.
"Sudah lama sekali non, sejak nyonya masih menjadi dosen di Jakarta dulu," jawab pak Darma mengenang.
Diandra mengangguk-angguk, "maaf, apa bapak tahu kenapa kak Angga kayak enggak suka gitu sama wanita?" Tanya Diandra penuh harap.
Pak Darma menoleh ke belakang, dan tersenyum pada Diandra. "Iya non, bapak tahu. Tapi maaf, bapak tidak bisa mengatakan nya." Jawab pak Darma tak enak hati.
Diandra nampak kecewa, dan mendesah kasar.
"Non Didi jangan khawatir, nyonya besar sendiri yang akan menceritakan nya nanti. Itu sebab nya, saya diminta untuk membawa non pulang dulu ke Villa nyonya sebelum mengantarkan non Didi kembali ke panti," lanjut pak Darma sambil tersenyum dan berharap banyak, semoga gadis yang duduk di belakang nya mampu menghapus luka putra majikan nya.
Diandra tersenyum lega, "makasih ya pak," ucap nya dengan lembut.
"Sama-sama non," jawab pak Darma dengan tersenyum hangat.
Terlihat Angga berjalan keluar dari gerai ponsel dengan menenteng paper bag yang bergambar ponsel pintar dengan bekas gigitan kelelawar, dia segera masuk ke dalam mobil, namun kali ini dia duduk di jok belakang bersama Diandra.
Angga meletakkan paper bag bergambar ponsel itu di tengah-tengah antara diri nya dan Diandra, "buat kamu," ucap nya datar dengan tanpa menoleh kearah Diandra.
"Ini apa kak?" Tanya Diandra.
"Buka aja!" Titah nya ketus.
Diandra mengerucutkan bibir nya, tapi tetap membuka paper bag tersebut. "Ponsel?" Tanya Diandra tak mengerti, melihat ponsel pintar yang sangat terkenal dan harga nya mahal itu kini ada di tangan nya.
Meski Diandra tak pernah memiliki ponsel, namun dia tahu banyak tentang benda itu. Sebab teman-teman nya sering mengajak nya nonton drama Korea melalui ponsel canggih milik mereka, teman-teman Diandra di sekolah kebanyakan adalah anak orang-orang kaya yang mendapat kan fasilitas yang serba mewah dari orang tua nya.
"Maaf kak, Didi tidak pernah diajarkan oleh ibu untuk menerima pemberian dari orang secara cuma-cuma. Ibu selalu bilang, jika menginginkan sesuatu harus berusaha dengan tangan dan keringat sendiri. Dan jangan pernah berharap dari belas kasihan orang lain, apalagi meminta-minta." Tolak Diandra dengan halus, sambil memasukkan kembali ponsel itu ke dalam paper bag seperti semula.
Angga tertegun, dan dengan susah payah menelan saliva nya. Baru kali ini dia berhadapan dengan seorang gadis yang menolak diberi barang mewah secara gratis, karena kebanyakan di luar sana.. para gadis itu bahkan rela melakukan berbagai macam cara untuk bisa mendapat kan keinginan nya, tanpa perlu bersusah payah bekerja keras.
"Itu bukan cuma-cuma," balas Angga kembali menyodorkan ponsel yang berada dalam paper bag itu kepada Diandra.
"Kakak minta imbalan?" Tanya Diandra mengernyit, "jangan macam-macam ya kak, Didi bukan gadis seperti itu?!" Ancam Diandra dengan berbisik.
"Ck,,, jangan mikir yang aneh-aneh! Siapa juga yang mau macam-macam?! Aku tidak akan menyentuh mu!?" Ketus Angga, "kamu masih ingat kan kesepakatan kita? Tidak ada sentuhan fisik diantara kita? " Tanya Angga dengan sangat lirih, karena khawatir pak Darma akan mendengar dan melaporkan nya pada sang mama.
Diandra mengangguk, "ya, Didi ingat," jawab Diandra singkat, "tidak ada sentuhan fisik kecuali khilaf, jadi Didi akan goda kak Angga biar khilaf dan jatuh cinta sama Didi," gumam Diandra dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
Angga tidak mengetahui bahwa gadis yang duduk di samping nya telah merencanakan sesuatu sampai-sampai Diandra senyum-senyum sendiri, karena pria dingin itu tak pernah melirik sedikitpun kearah Diandra.
"Kalau ini bukan cuma-cuma, dan kakak juga enggak minta imbalan apa-apa.. terus ini nama nya apa dong kak? Hadiah ulang tahun? Tapi Didi enggak lagi ulang tahun kak? Atau, hadiah pra pernikahan kita?" Tanya Diandra asal.
Angga geleng-geleng kepala mendengar pertanyaan konyol gadis di samping nya, "itu bonus penjualan mobil kemarin," balas Angga sekilas melirik Diandra.
"What?! Bonus nya semahal ini?! Emang keuntungan kakak dari penjualan mobil kemarin berapa juta? Wah, gila ya.. pantesan aja, orang kalau sudah kaya makin cepat aja bertambah kaya nya? Dari hasil usaha nya aja untung nya banyak.. beda banget ya sama orang kecil seperti kami, Didi aja merajut tas sampai berhari-hari dan keuntungan nya enggak seberapa tuh?" Cerocos Didi panjang lebar.
"Untung aja ya, kebahagiaan itu tidak terletak pada materi.. jadi orang-orang kecil seperti kami ini, bisa tetap merasa kan bahagia," ucap Diandra seraya tersenyum lebar, "makasih ya kak Angga bonus ponsel nya,,, nanti kalau Didi dah jadi istri kak Angga, Didi bakal sering-sering bantuin kak Angga di showroom biar dapet bonus banyak," lanjut nya sambil melirik Angga.
Angga hanya diam saja mendengar kan tanpa memberikan respon sama sekali.
Sedangkan pak Darma senyum-senyum. "Non Didi enggak perlu bantuin di showroom juga pasti sudah dikasih bonus tiap hari sama mas Angga, ya kan mas Angga?"
.tp ak ky blum bca yng ini ap sudh lupa soalny..hp kmren rusk.ini hp bru jd crta yng sudh prnh ak bca mlah d ulang tp klo dh inget crtanya ak lwti..tp klo kluarga alamsyah smua sudh ak bca..