Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DARI HATI KE HATI
Saat semua orang tengah menikmati hidangan, pria itu tidak sengaja melirik ke arah Ameera. Gadis itu duduk berhadapan dengannya dan entah mengapa kedua bola matanya menangkap sesuatu yang sangat manis bagaikan madu.
Mark melihat bibir mungil milik istrinya merekah bak mawar merah. Ia menelan saliva susah payah, saliva pria itu bercampur dengan nasi dan rawon yang masuk ke dalam tubuhnya memberikan kelezatan tersendiri bagi Mark.
"Bibir itu begitu menggoda,"gumamnya dalam hati.
Lalu memori ingatannya kembali ke empat bulan silam, dimana saat itu ia begitu tega merampas kesucian Ameera. Gadis itu meronta, memukul dada dan memelas memohon belas kasih agar Mark melepaskannya namun semua tindakan Ameera malah membuat napsu pria itu semakin bergelora. Hingga akhirnya Mark berhasil menjadi pria pertama yang menyentuh dan mendapatkan madu dari sekuntum mawar merah yang sedang berkembang.
"Tuan," Ameera melambaikan tangannya di hadapan Mark.
"Ehm, ya," Mark mencoba menguasai kembali pikirannya agar ia tetap fokus saat bersama Ameera dan kedua mertuanya.
Akan terlihat lucu jika ia diajak berbincang oleh Ayah Reza namun pikirannya berkelana ke masa silam.
"Apa anda mau nambah lagi?" Tanya Ameera.
"Sudah cukup. Perutku sudah kenyang," ucap Mark seraya membenarkan posisi duduknya.
Saat Mark membayangkan pergulatan panas yang ia lakukan dengan Ameera, bagian dibawah sana langsung memberikan respon tak terduga. Sebuah benda dibawah sana tiba-tiba saja mengeras dan meronta-ronta ingin keluar dari tempatnya.
"Shiit!" Maki pria itu.
"Kenapa kamu bereaksi di waktu yang tidak tepat!" Lagi-lagi Mark memarahi si pembuat onar dibawah sana.
"Kamu harus secepatnya tidur, jangan membuatku malu!" Ucap Mark dalam hati.
Mark seperti orang bodoh memarahi sebuah benda yang tak bernyawa bahkan untuk membalas perkataan pria itu, si "dia" pun tak mampu. Itu hanya respon alami yang biasa terjadi pada seorang pria dan menandakan bahwa dirinya adalah pria normal. Jadi tidak salah dong jika ia mengeras saat mendapatkan rangs*angan!
"Oh!" Balas Ameera singkat.
Kemudian gadis itu melanjutkan menyantap makanannya. Semenjak memasuki usia kandungan empat bulan, napsu makannya semakin bertambah. Bunda Meta memaklumi perubahan itu, beliau sengaja melebihkan porsi nasi yang biasa ia masak karena tahu persis bahwa putrinya akan menambah porsi makannya.
Malam semakin larut dan jam dinding menunjukan pukul sebelas malam. Udara diluar sangat dingin menusuk hingga ke tulang, membuat Ameera tak tahan berlama-lama duduk diruang tamu menemani ayah dan suaminya berbincang. Bunda Meta turut serta selama perbincangan berlangsung, Ameera hanya sesekali saja merespon jika ditanya namun selebihnya ia akan bungkam dan menyimpan energi untuk esok hari.
"Hoam!"
Ameera menguap, rasa kantuk sudah tak tertahankan.
"Maaf, tidak sengaja," ujarnya seraya memutar bola matanya ke kanan dan kiri.
Ayah Reza melirik ke arah jam dinging yang berada di atas televisi.
"Wah, pantas saja Ameera menguap ternyata sudah pukul sebelas malam. Nak Mark jika ingin istirahat, silakan."
"Baik ayah dan bunda, kalau begitu saya ke kamar dulu."
Mark memberikan isyarat kepada istrinya untuk mengikutinya dari belakang.
"Mas, sebaiknya kita juga istirahat," ajak Bunda Meta.
***
Kini Ameera dan Mark sudah berada dalam kamar, cuaca dingin tidak membuat tubuh pria itu merasa dingin. Ia merasakan seluruh tubuhnya panas, bayangan akan kemolekan tubuh Ameera muncul kembali dalam benaknya. Hanya melirik saja sudah membuat **** ***** Mark bereaksi.
Ameera baru saja menyapu kasur menggunakan sapu lidi dan merapikan pinggiran sprei yang tersingkap.
"Sudah rapi," mata Ameera berbinar-binar melihat hasil kerja kerasnya.
Seumur hidup baru kali ini ia melakukan tugas kecil seperti merapikan tempat tidur. Sejak kecil hingga dewasa semua urusan pekerjaan rumah Bunda Meta yang mengerjakan dan ketika ia menikah semua pekerjaan diambil alih Bi Mirna karena Mark tidak ingin istrinya lelah dan saat gadis itu melihat ranjangnya rapi Ameera begitu terpukau dan kagum terhadap dirinya sendiri.
"Kamu melamun?"
"Saya hanya kagum saja tuan."
"Lihat, ini pertama kalinya saya merapikan tempat tidur. Sejak kecil hingga dewasa semua pekerjaan dikerjakan oleh Bunda, setelah menikah dibantu Bi Mirna karena anda tidak membiarkan saya kelelahan."
"Tapi kamu pandai melayani saya Meera," puji Mark.
~blush~
Wajah Ameera seketika merona mendapat pujian dari suaminya.
"Itu bunda yang mengajarkan tuan," Ameera menyibak rambut karena grogi.
Mark begitu tergoda melihat Ameera menyibakan rambutnya, menurut pria itu istrinya terlihat sangat cantik dan semakin seksi dengan perut yang semakin membuncit.
"Sudah malam, ayo tidur."
Ameera menarik lengan Mark mendekati ranjang. Mark tertegun dengan apa yang dilakukan istrinya.
Jantung Mark berdebar tak karuan, perlakuan Ameera membuatnya merasakan kehangatan sebuah hubungan rumah tangga. Mark menunduk menatap lengannya yang digenggam erat oleh istrinya, ia merasa seperti tersengat aliran listrik dan membuat dibawah sana menegang kembali.
Kini keduanya sudah terbaring dengan posisi Ameera membelakangi suaminya, sementara Mark terlentang menatap langit-langit rumah mertuanya. Pria itu masih terjaga dari tidurnya. Ia mencoba membolak-balikan tubuhnya mencari posisi nyaman untuk memejamkan mata namun tak kunjung didapati.
Mark mengembuskan napas kasar dan hembusan napas pria itu terdengar jelas di telinga Ameera, rupanya gadis itu tidak benar-benar tertidur, ia hanya memejamkan mata saja.
"Ehem!"
Mark berdehem memecah kesunyian ditengah udara dingin di luar sana akibat hujan. Suara Mark membuat mata Ameera terbuka lagi, ia membalikan tubuh dan kini keduanya dalam keadaan terlentang.
"Kamu sudah tidur?"
Ameera tak percaya, ternyata sedari tadi suaminya belum tidur. Ia pikir hanya dirinya saja yang sulit memejamkan mata ternyata ada orang lain yang mengalami seperti dirinya.
"Belum tuan," ucap Ameera lirih, suaranya nyaris tak terdengar.
"Apa kamu membenci saya?"
Sontak pertanyaan itu membuat Ameera membelalakan mata.
"M-membenci kenapa?" Tanya Ameera polos.
"Karena saya sudah merengut kesucianmu."
Ameera membisu, mendengar pertanyaan Mark dan membuat dadanya terasa sesak.
"Jujur, awalnya memang saya membenci anda."
"Namun perlahan-lahan saya mencoba mengikhlaskan semuanya, menatap kembali hari esok dengan lembaran baru. Beruntung ayah dan bunda mau menerima bayi ini," Ameera melirik ke arah suaminya yang sedang terbaring disampingnya.
"Dan yang terpenting, anda mau bertanggung jawab, itu sudah lebih dari cukup."
~Nyes~
Mark merasakan hatinya sejuk bagaikan mendapat setetes air di tengah gurun pasir tandus dibawah terik sinar matahari membuatnya haus namun perkataan istri keduanya membuat rasa hausnya hilang dalam sekejap.
Hatinya meleleh mendapat jawaban tak terduga dari istri keduanya, pria itu pikir Ameera akan membencinya seumur hidup setelah apa yang diperbuat di masa lalu.
to be continued....
"Selamat Menikmati"