Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STOP MENCARI PEMBENARAN
Perjalanan akan memakan waktu selama 3 jam. Kimberly melihat ke arah jendela untuk sekedar mengalihkan perhatiannya. Tapi ternyata pikirannya tidak sejalan dengan keinginannya.
Selama perjalanan, ia selalu memikirkan William. Ia tahu, Viera pasti akan duduk di samping William. Kalau saja posisi Viera adalah dirinya, ia akan senang sekali. Tiba tiba Kimberly teringat akan kotak makan yang dibawakan oleh Maminya tadi pagi. Ia segera membuka ransel dan mengeluarkannya. Di dalamnya terdapat sandwich isi daging ham kesukaannya.
Baru saja ia ingin melahapnya, ia teringat bahwa saat ini ia tidak duduk sendiri. Ia pun berinisiatif berbagi dengan Anthony.
"Kak, mau?" tanya Kimberly sambil menyodorkan kotak makan miliknya.
"Apa kamu belum makan dari pagi tadi?" tanya Anthony.
Kimberly menggelengkan kepalanya, kemudian menggigit sandwich yang sedang ia pegang.
"Makanlah, kamu pasti bisa menghabiskannya sendiri, bukan?" goda Anthony.
"Ambil 1 kak, biar aku tidak kekenyangan," pinta Kimberly.
Akhirnya Anthony mengambil 1 buah sandwich dari kotak makan tersebut dan memakannya, "Terima kasih."
"Tenang Kak, nggak aku masukin yang aneh aneh kok," ucap Kimberly dan membuat Anthony jadi tersedak.
"Ih kok batuk sih, padahal aku nggak masukin apa apa loh," Kimberly menepuk punggung Anthony untuk membantu menetralkan batuknya.
"Kamu membuatku kaget. Aku kira kamu memasukkan sesuatu," wajah dan mata Anthony jadi memerah karena tersedak tadi.
Kimberly memberikan botol air mineral yang masih baru pada Anthony, "Minum dulu, Kak. Maaf ya, bukan maksudku membuat kakak tersedak."
Anthony hanya bisa mengelus dadanya, "Ya ampun, apa benar dia adiknya King? Sungguh berbeda 180 derajat."
Anthony menghabiskan sandwich miliknya, begitu juga dengan Kimberly. Ia pun segera membereskan kotak makan tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam ransel.
Mereka baru melalui setengah perjalanan. Jujur Kimberly mulai merasa bosan dan akhirnya ia mengantuk. Ia memejamkan matanya dan terlelap.
Anthony yang awalnya sedang membaca kertas yang berisi jadwal acara, kini malah sibuk memperhatikan wajah Kimberly yang sedang tertidur.
Setelah beberapa saat Kimberly tertidur,
"Wil, aku ... aku suka sama kamu."
"Kamu jangan tinggalin aku. Aku ...."
Kimberly mengigau pelan, tapi Anthony masih bisa mendengarnya.
"Apa kamu begitu mencintainya, hmm?" Anthony memindahkan kepala Kimberly ke bahunya agar ia bisa tidur lebih lelap.
*****
Saat mereka sampai, teman temannya sudah berbaris rapi.
"Kak, aku kesana dulu," ucap Kimberly pada Anthony, kemudian masuk ke dalam barisan.
Anthony mengambil alat pengeras suara, kemudian meletakkan tali di bahunya.
"Semua sudah berbaris rapi?" ucap Anthony dengan tegas dan tatapan tajamnya.
Kimberly seperti melihat Anthony yang berbeda. Ia memiliki sifat tegas, namun juga lembut. Tiba tiba dia merindukan kakaknya, seseorang yang selalu ada untuknya.
King Harisson, sangat menyayangi Kimberly. Ia akan selalu melindungi Kimberly, bahkan ia pernah menghajar preman preman yang menyakiti adiknya itu. Dibalik sifatnya, King memiliki sifat yang lembut dan penyayang. Mereka bisa tertawa bersama sama saat bercanda di rumah bersama kedua orang tuanya. Tapi, selepas SMA, kakaknya memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Meskipun Kimberly sudah merayunya, tetap saja ia tidak mengubah keputusannya.
"Kalian sudah dibagi dalam kelompok kelompok, sekarang berbaris sesuai kelompok masing masing," perintah Anthony.
Kimberly masuk dalam satu kelompok yang tidak ia kenal anggotanya, tapi kemudian ia melihat seseorang,
"Viera?"
"Kim, kita satu kelompok?" tanyanya.
"Aku dapat kelompok 7," ucap Kimberly.
"Kalau begitu kita sama. Aku juga kelompok 7," ucap Viera.
William datang mendekati mereka, "Kalian 1 kelompok?"
Kimberly menganggukkan kepala, sedangkan Viera malah meraih lengan William, "Aku takut. Kamu tidak bersamaku."
"Tenanglah, ada Kimberly disini. Kim, aku titip Viera ya," ucap William.
"Jaga dia untukku," bisik William.
"Ayo semua kembali berbaris!" ucap salah satu panitia.
Mereka akan berjalan menyusuri hutan, untuk sampai di sebuah tempat terbuka yang akan menjadi lokasi kemah mereka.
"Jalan yang akan dilalui akan sedikit menanjak dan berbatu. Perhatikan setiap langkah kalian dan jaga anggota kelompok kalian masing masing," teriak panitia.
Kelompok demi kelompok berjalan bergantian. Setiap kelompok diikuti oleh 2 orang panitia. Hal ini dilakukan agar mereka tidak tersesat.
Saat giliran kelompok 7, mereka pun berjalan perlahan. Hujan yang mengguyur kawasan itu malam tadi, membuat jalanan yang mereka lewati menjadi basah dan sedikit licin.
William yang berada di kelompok 8, sengaja berjalan agak cepat supaya berada tak jauh dari kelompok 7, dimana Viera dan Kimberly berada.
Jalan yang mereka lewati kini cukup menguras energi karena mereka perlu menanjak. Hingga tiba di satu titik dimana mereka harus membantu teman yang lain untuk memanjat dan berpijak pada beberapa batu di dinding setinggi 1,5 m.
Kimberly naik terlebih dahulu, dengan bantuan teman yang naik sebelumnya, kemudian ia harus membantu Viera karena gadis itu adalah orang terbelakang di kelompoknya.
"Ayo kubantu," ucap Kimberly sambil mengulurkan tangannya yang sebelah, dan yang sebelah lagi menahan pada tali yang sudah dibuat oleh panitia.
Viera meraih tangan Kimberly, kemudian berpijak pada batu pertama. Tiba tiba ia melirik ke belakang bahwa William sudah dekat, kini ia harus memainkan perannya.
Dengan sengaja ia melepaskan tangan yang digenggam oleh Kimberly dan tentu saja itu membuatnya terjatuh.
"Aduhh ...," erangnya kesakitan, "Kenapa kamu melepaskan tanganku?" Viera memegangi kakinya yang terasa sakit.
William yang melihat Viera terjatuh, langsung berlari mendekatinya, "Kamu tidak apa apa?"
"Kakiku sakit," ucap Viera sambil menitikkan air mata.
"Kenapa bisa sampai terjatuh?" tanya William.
"Tanyakan saja pada sahabatmu, kenapa dia tiba tiba melepaskan tanganku."
William melihat ke arah Kimberly dengan tatapan penuh tanya, "Aku tidak melepaskan tanganmu, justru ..."
"Sudah! Stop mencari pembenaran, Kim!" Kimberly tersentak saat William berteriak di depannya.
