Sistem Kekayaan Warisan Keluarga

.

.

“Suster.. maaf, nona Lianna sedang bermasalah sebentar, saya akan menggantikan nona Lianna untuk sementara sampai dia datang” kata Felix pada suster yang sedang panik menunggu Lianna yang tak kunjung datang.

“Kamu serius?” tanya suster itu tidak percaya.

“Oh dia ini temannya tuan muda Danny..” kata suster lain, kebetulan dia yang tadi mengobati Felix.

“Teman tuan Danny? Kalau begitu, aku percaya padamu.. silahkan saja, mohon jangan kecewakan para pasien” kata suster itu pasrah.

Felix tersenyum pada mereka, untungnya senyuman tampan Felix mampu membuat suster itu sedikit tenang.

‘Pemuda setampan ini, pasti bisa bermain piano kan?’

Suara ribut-ribut penonton seketika redam saat Felix berjalan menuju panggung kecil tempat piano besar terletak. Piano itu sangat cantik berwarna putih yang elegan.

Penampilan Felix yang berantakan dengan beberapa goresan luka dan plester di wajahnya sebenarnya tidak terlalu cocok dengan piano seelegan itu, namun entah mengapa para penonton seakan tersihir oleh pemandangan di depan mereka.

“Siapa itu, ganteng banget?”

“Bule ya?”

“Keren!! Kalau aku sembuh dari kanker dan beranjak remaja, aku ingin pacar seperti itu”

“Kakaknya ganteng banget! Semangat kakak!”

Felix tersenyum mendengar bisik-bisik itu.

Segera saja ia memejamkan matanya, mencari lagu yang sesuai untuk mereka di kepalanya. Sebagai anak muda, tentu Felix mengetahui lagu-lagu yang sedang trend. Dan setelah skill bermusik itu terinstal dalam dirinya, ia langsung bisa membedah semua lagu, merangkainya lalu memainkannya dengan jemarinya.

Jari-jari Felix bermain dengan lihai di atas piano putih yang indah ini.

Semua penonton terbawa suasana, bahkan ada yang menangis haru, ada yang segera mengabadikannya dengan ponsel pintar mereka, ada yang terbengong dan tidak percaya..

Seperti Lianna, Danny, Jini dan Handika yang baru sampai.

“Danny, siapa Felix itu? Aku tidak pernah mendengar lagu seindah itu..” bisik Lianna, kini pandangannya hanya tertuju pada Felix yang memainkan piano dengan menutup matanya menghayati setiap nada indah yang ia ciptakan.

“Tidak mungkin.. dia menggabung beberapa lagu ending anime!” kata Handika yang masih shock.

“Ending anime? Pantas saja lagunya sedih..” gumam Danny

Sementara Jini?? Sama seperti Lianna, matanya berbinar-binar menatap Felix di depan sana, seolah beberapa kelopak bunga menghujani tubuh Felix dan sinar menyorotinya.

Felix terlihat keren dan indah!

“Sepertinya aku mendengar lagu pop juga ditambahkan” kata Jini tanpa sadar.

“Kau bilang dia sudah tidak punya orangtua?” tanya Lianna

Danny menoleh padanya lalu mengangguk

“Iya, dia dari panti asuhan yang digusur Graham Group... sekarang tinggal di kosan Kak Nana” jawab Danny enteng.

Handika ikut menatap Danny “Kau kenal Kak Nana?” tanya Handika tidak percaya.

“Kenapa aku tidak mengenal putri dari investor paling terkenal di negara ini?” Danny malah balik bertanya, namun kata-kata Danny barusan berhasil membuat Handika makin terbengong, itu lebih mengejutkan daripada mengetahui kenyataan Felix punya bakat musisi luar biasa.

“Memang sulit dipercaya keluarga itu kaya raya, mereka terbiasa hidup sederhana” sahut Lianna.

Setelah Felix turun dari panggung dan berjalan menuju mereka, Jini sudah menyambutnya dan memeluk lengannya erat. Entah mengapa, Lianna kesal melihatnya.

“Felix keren tadi!!” kata Jini heboh

“Oh ya? Hehe, baru kali ini aku main piano, seru ya ternyata” balas Felix malu-malu, dia juga sedang merona hebat hanya karena Jini memeluk lengannya.

Lalu beberapa anak-anak menghampiri Felix.

“Kakak ganteng keren banget tadi!”

“Kapan-kapan main lagi ya kak!”

“Dateng sama kak Lianna lagi!”

Jini cemberut mendengar nama Lianna yang disuruh datang dengan Felix.

“Kak Lianna!!” beberapa anak juga mendatangi Lianna

“Maaf kakak datengnya telat ya.. kalian masih mau denger kakak main piano??” tanya Lianna

“MAU!!!” jawab mereka serempak.

Kemudian Lianna dengan dibantu dua bodyguardnya berjalan menuju piano lalu memainkan sebuah lagu untuk mereka.

Selama Lianna bermain piano, Felix hanya terbengong melihat Lianna yang mempesona didepan saja.

Jini tentu saja menyadari hal itu dan cemburu, dia sebenarnya juga bisa bermin piano.. tapi tidak, ini adalah pertunjukan Lianna.. ia tidak mau hanya karena kecemburuannya, pertunjukan Lianna rusak.

Karena Lianna berasal dari keluarga yang lebih berkuasa dari keluarganya, dan mereka juga memiliki hubungan baik, jadi itu juga harus dijaga dengan baik.

***

Felix menatap ponselnya tidak berkedip.

Seharian ini, ada tiga misi khusus yang ia selesaikan dan karenanya, Felix sudah mendapatkan tiga miliyar.

Ini benar-benar gila bukan??

Semua yang ia alami hari ini sudah diluar ekspektasi Felix. Dia mendapatkan teman seperti Danny, lalu mengalahkan Fabian meski dia juga babak belur, memberi pertunjukan piano pada pasien rumah sakit juga... Felix sangat bahagia melihat sumbangan kecil darinya tersebut dapat membuat mereka terhibur.

Lalu.. ia juga mengenal Lianna.

Dia sangat cantik.. Felix jadi terus kepikiran, seperti dulu setelah bertemu Jini. Mungkin Felix memang lemah dengan gadis cantik.. tapi ini bukan sepenuhnya salah Felix kan? Salah mereka karena punya wajah secantik itu! Apalagi mereka berdua memiliki hati yang baik pula.. jadi makin sempurna di mata Felix.

Kata Danny setelah berpisah dengan Lianna, Lianna itu dengan suka rela memberikan pertunjukan piano untuk mereka. Intinya, itu termasuk sumbangan kecil darinya, dia tidak mendapat bayaran apapun dari rumah sakit, dia juga tidak mau dibayar. Baginya, melihat para pasien bahagia sudah merupakan bayaran yang cukup baginya.

Lianna Verdinand ya..

Kenapa nama Verdinand tidak asing ditelinga Felix ya? Terus, Lianna juga terlihat seperti orang yang penting karena dikawal bodyguard segala.

Jangan-jangan dia artis lagi!!

Felix segera membuka seach engine, mengetikkan kata kunci Lianna Verdinand. Setelahnya berbagai informasi tentang Lianna bermunculan, membuat Felix terbelalak tidak percaya.

Benar-benar gila!!

Ternyata dia putri dari keluarga pemilik L.I Company.. siapa yang tidak tau perusahaan besar itu? Bahkan jauh lebih besar dan berpengaruh dari Graham Gruop ataupun HJ Group. Dan lagi, keluarga itu punya perusahaan lain juga selain L.I Company.

Lalu, informasi akun media sosial Lianna juga ada disana.

Felix tidak punya media sosial apapun..

Apa dia harus membuatnya?

Tidak usah lah, merepotkan saja.

Tapi sekarang yang jadi pikiran Felix adalah..

Uang tiga miliyar itu banyak sekali!! Bagaimana kalau Nana mengetahuinya? Dia harus bilang apa pada Nana? Menang lotre?

Hebat sekali Felix kalau bisa menang lotre sampai tiga miliyar.

Tapi apa anak seumurnya sudah bisa beli lotre?? Sepertinya bisa deh, kan dia sudah 17 tahun.. tinggal beberapa bulan lagi dia ujian dan naik kelas tiga.

Baiklah, lotre bisa dibuat sebagai alasan.

Felix sudah lega menemukan alasan.

Tiba-tiba Felix terduduk dari tidurannya, kembali dia berselancar di internet, mencari resep-resep kue yang menarik perhatiannya.

“Aku ingin membuat brownies” celetuk Felix setelah melihat gambar brownies yang terlihat lezat di ponselnya.

Ini masih sekitar jam delapan malam, dia sudah makan malam jam enam tadi bersama Danny, Jini, Handika dan Lianna di cafe dekat rumah sakit. Jadi saatpulang tadi dia langsung mandi lalu tiduran disini.

PR??

Felix sedang malas, lagian besok hari Sabtu, jadi besok itu libur... tapi dia janji akan ikut Nana mengunjungi tempat yang ia beli, yang akan menjadi cafenya. Handika juga mau ikut besok.

PR nanti saja, sekarang belanja bahan-bahan membuat Brownie saja dulu, bisa membeli di supermarket terdekat, disana bahan-bahan sudah lengkap.

Untung di kosan ini dapurnya juga sudah lengkap ada ovennya segala. Jadi Felix bisa membuat segala masakan yang ia inginkan.

“Lix..” pintu kamar Felix terbuka, menampilkan wajah babak belur Handika.

“Kenapa?” tanya Felix sambil memasang jaketnya.

“Mau kemana Lix?” tanya Handika.

“Kamu sendiri kesini ngapain?”

“Bosen.. males ngerjain PR, main game yuk!”

Felix menatap Handika datar “Gak, aku mau ke supermarket, mau ikut??”

“Ngapain?”

“Beli bahan buat brownies..”

“IKUT!! Bikin cookies juga dong Lix”

“Boleh aja..”

“Felix yang terbaik!!”

.

.