(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12 Menanti Kabar
Sebenarnya Audrey sangat ingin mama dan opa menemaninya lebih lama, tapi Audrey tidak ingin opanya yang sudah tua kelelahan. Audrey harus merelakan keluarganya pulang dengan mobil yang dipersiapkan Nicko.
"Mama dan papa pulang dulu. Sebaiknya kamu istirahat, Sayang." Ny. Valeria mencium pipi menantunya. "Jaga diri baik-baik," kata Tuan Alexander menyambung kata-kata istrinya.
Audrey tersentuh melihat kedua mertuanya peduli pada dirinya. Tidak seperti putra mereka yang kasar dan arogan.
"Terima kasih Ma, Pa."
Ny. Valeria dan Tuan Alexander melangkah pergi meninggalkan Audrey di rumah besar itu. Dua orang pelayan datang membantu Audrey untuk melepaskan gaun dan aksesoris pernikahan yang dipakainya. Audrey mengamati kamar yang disiapkan khusus untuknya atas perintah Nicko. Kamar yang akan ditempati Audrey memang tidak sebesar kamar Sofia, namun tetap dua kali lipat lebih besar dibandingkan kamar miliknya di rumah. Baju-baju dan barang milik Audrey juga sudah tersusun rapi di dalam lemari. Tampaknya Nicko telah mengantisipasi semua keperluan Audrey dengan baik.
Audrey teringat ucapan Nicko sebelum pergi mengantarkan Reiner dan Sofia.
"Nona Audrey, Anda akan tinggal disini selama Nona Sofia belum pulang, karena rumah ini milik Tuan Reiner yang dihadiahkan kepada Nona Sofia. Kalau Nona Sofia pulang, Anda baru boleh meninggalkan rumah ini. Saya harap Nona mematuhi kata-kata saya sesuai isi perjanjian yang Nona tandatangani. Semoga Anda nyaman tinggal disini."
Nicko tampaknya memperingatkan Audrey agar tidak melanggar kontrak pernikahan.
Aku yakin Sofia akan segera pulang.
Aku harus sabar untuk tinggal sementara di rumah ini.
Sofia pasti sembuh dan keadaan akan kembali normal.
pikir Audrey meyakinkan dirinya sendiri.
.
.
.
.
Hi, para readers kesayangan. Terima kasih atas dukungan dan kesetiaan kalian membaca novelku.
Bagi yang penasaran dengan tampilan visual dari Audrey dan Reiner, berikut aku berikan gambarnya (maaf author suka dengan wajah aktris dan aktor Thailand, jadi comot foto mereka)
Audrey Maureen, 28 tahun, cantik dan imut
Reiner Hilario Bratawijaya, 30 tahun, ganteng, awet muda, gagah, dan kharismatik.
Jangan lupa, dukungannya para readers supaya author makin semangat.
...****************...
Esok harinya, Audrey lebih memilih untuk mengunjungi mama dan opanya. Audrey sengaja berbelanja bahan-bahan kue agar bisa membuatkan cake lemon untuk opanya. Walaupun baru sehari pindah dari rumah keluarganya, Audrey sudah sangat merindukan mereka.
"Cucu opa sayang, apa kamu akan menginap disini menemani Opa?" tanya Opanya sambil menyantap cake lemon yang masih hangat.
Audrey menuangkan teh ke dalam cangkir opanya.
"Maaf opa, Audrey sekarang sudah menikah jadi harus tinggal di rumah suami Audrey," jawab Audrey lembut.
"Oh iya cucu opa sudah menikah kemarin. Siapa nama suamimu, Opa lupa."
Audrey tersenyum mendengar pertanyaan opanya. Di usianya saat ini, opanya memang sering melupakan banyak hal.
"Reiner Hilario, Opa."
"Namanya susah sekali diucapkan. Orangtua mana bisa hafal," gumam Opanya.
Audrey dan Bu Olin hanya tertawa mendengarkan omelan opa.
"Drey, apa kamu gak kesepian di rumah sebesar itu hanya dengan para pelayan. Lebih baik kamu menginap sehari disini. Suamimu khan sedang di luar negri menemani Sofia," kata Bu Olin mengkhawatirkan putrinya.
"Audrey gak bisa menginap, Ma. Besok Audrey harus masuk kantor seperti biasa. Semua baju dan barang Audrey sudah dipindahkan ke rumah Rein. Rumah itu memang ditempati Sofia, tapi itu milik Rein. Jadi Rein berpesan agar Audrey menjaga rumahnya selama dia di luar negri," jawab Audrey mencari alasan.
Bu Olin mulai curiga dengan sikap putrinya, "Kamu mau masuk kantor besok? Apa kamu gak mengajukan cuti menikah ke Pak Rizal? Walaupun kamu gak mengundang mereka, seharusnya kamu tetap memberitahu ke atasanmu kalau kamu menikah Sabtu kemarin."
Audrey menggelengkan kepala, "Audrey sengaja gak mengatakan tentang pernikahan Audrey ke Pak Rizal dan teman-teman kantor. Audrey gak enak hati karena gak bisa mengundang mereka. Pestanya dilakukan mendadak jadi Audrey gak mungkin memaksa Rein dan Sofia untuk mengundang banyak orang."
"Ya sudah terserah kamu saja. Oh, ya gimana kabar Sofia. Apa Sofia sudah dioperasi?"
"Sofia belum memberi kabar, Ma. Mungkin Sofia dan Rein sedang sibuk menjalani prosedur pemeriksaan sebelum operasi."
"Iya mama dengar dari berita-berita di TV, pengobatan kanker darah sangat sulit. Apalagi operasi sumsum tulang belakang resikonya besar. Semoga Sofia kuat menghadapinya," ucap Bu Olin prihatin.
Audrey bertambah khawatir memikirkan keadaan Sofia. Sejak kemarin malam, Audrey berharap Sofia atau Rein menelpon untuk mengabarkan persiapan operasi Sofia. Tapi belum ada satu kabar pun yang diterimanya.
Audrey melirik jam dinding di rumahnya sudah menujukkan pukul tujuh malam. "Ma, Audrey siap-siap pulang ya. Audrey pesan taksi online dulu," kata Audrey sembari memesan taksi melalui aplikasi di ponselnya.
Baru saja Audrey selesai menekan tombol order, sebuah nomor tak dikenal muncul di layar ponselnya.
Mungkin ini Sofia
pikir Audrey senang.
"Halo Audrey, Sofia ingin bicara denganmu," suara Reiner terdengar tidak sabar.
"Halo, Sofia gimana keadaanmu disana? Apa kamu baik-baik aja?" tanya Audrey cemas.
Sofia menjawab dengan suara lemah, "Drey, maaf aku baru sempat mengabarimu. Kemarin begitu sampai di rumah sakit, dokter langsung meminta aku menjalani serangkaian pemeriksaan untuk persiapan operasi. Hasilnya baru keluar hari ini. Siang tadi aku juga muntah dan mengeluarkan banyak darah. Enam jam lagi aku akan dioperasi. Tolong doakan aku, Drey, supaya aku kuat."
Audrey tidak tahan membayangkan bagaimana rasa sakit dan ketakutan yang sedang dialami Sofia. Audrey ingin sekali menangis, namun ia bertahan agar suaranya tidak berubah di telinga Sofia, "Sayang, percayalah Tuhan akan menolongmu. Aku akan mendoakanmu sepanjang malam supaya kamu kuat. Segalanya akan baik-baik aja. Berjuanglah Sofia, demi papamu, demi Rein, dan demi aku. Kamu pasti sembuh."
"Makasih, Drey, kamu sahabat terbaikku selamanya. Tolong jaga Rein ya. Aku juga titip papa. Kalau kamu ada waktu, tolong temui dan hibur papaku. Aku takut papa akan kesepian kalau harus hidup sendiri. Anggaplah papaku sebagai papamu," kata Sofia terisak.
Dada Audrey terasa sesak mendengar pesan Sofia. "Tuan Jonathan gak akan sendirian karena kamu akan sembuh. Kamu yang harus menjaga Rein dan papamu. Berjanjilah untuk tetap bertahan."
"Sekali lagi thanks, Audrey. Aku harus tutup telponnya sekarang. Cium dan peluk untukmu," kata Sofia mengakhiri telponnya.
Audrey terduduk lemas di kursi. Bu Olin yang mendengar pembicaraan Audrey dan Sofia ikut merasa prihatin. Ia mengelus rambut putrinya itu dengan penuh kasih. Bu Olin tidak ingin Audrey mengalami kesedihan mendalam untuk kedua kalinya jika Sofia harus pergi selama-lamanya.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣
stelah hasil pnyelidikanmu terkuak,kamu akan mnyesal Reiner😡😡😡😡
Knp Audrey bodoh ea,hnya demi prsahabatan lgsung memutuskan mau" aja...
penderitaanmu akan di mulai dari prnikahan ini Audrey