"Aku akan berusaha melawan badai yang akan menerpaku kapanpun itu. Aku siap menerima serangan badai yang besar sekalipun. Aku tidak takut kepada besarnya badai, aku tidak gentar terhadap ganasnya badai. Aku juga tidak akan menyerah walau badai itu terus menggulungku. Aku akan berusaha berdiri di atas badai itu. Aku akan menghadapi badai itu. Aku akan melawan badai itu. Aku akan menari diatas badai itu pula. Hingga pada akhirnya, badai itu bisa menyatu dengan diriku. Aku adalah badai dan badai adalah aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kondisi Wilayah Kekaisaran Wei
Saat ini keadaan Kekaisaran Wei sangat kacau tidak karuan, peperangan terjadi di mana-mana. Seolah tiada hari tanpa darah, tiada hari tanpa kematian. Setiap hari selalu saja ada kematian yang tak sedikit jumlahnya, entah itu dari aliran putih, hitam, atau bahkan netral.
Situasi ini tercipta ketika beberapa tahun lalu ada seseorang yang membagikan informasi bahwa salah satu kitab pusaka, yaitu Kitab Halilintar telah ditemukan.
Lokasinya ada di hutan larangan di belakang wilayah Kekaisaran. Tentu saja siapapun tahu akan sejarah Kitab Halilintar. Ya ... benar, kitab itu adalah peninggalan salah satu legenda terkuat di Kekaisaran Wei, salah satu negara di Benua Utara.
Kitab itu merupakan peninggalan Pendekar Guntur. Siapa yang tidak mau memiliki Kitab Halilintar? Semua orang pasti menginginkannya, karena konon jika seseorang memiliki Kitab Halilintar, dia bisa menjadi yang terkuat di Kekaisaran Wei.
Semua orang pasti akan memperebutkan kitab ini, baik aliran hitam, putih, netral, bahkan kekaisaran pun ikut berusaha untuk mendapatkan Kitab Halilintar.
Namun seiring berjalannya waktu, kitab itu tak kunjung juga ditemukan. Semua orang kecewa dengan kenyataan. Mereka sudah rela berkorban nyawa, tapi yang diperjuangkan malah tidak ada.
Tapi meskipun Kitab Halilintar belum ditemukan oleh mereka, perang tetap saja terjadi. Aliran hitam berniat untuk mengambil alih kekuasan Kasiar Wei Lhuo.
Ibukota yang dulu aman, damai, dan tentram. Kini sudah berubah 180 derajat, desa itu berubah menjadi medan pertempuran. Suasananya begitu mencekam, rumah yang dulunya terjejer rapi sekarang menjadi berantakan tidak karuan. Mayat-mayat warga dan para pendekar yang tewas banyak tergeletak di pingir jalan.
Didalam kekaisaran, para petinggi sedang melakukan rapat bagaimana untuk mengalahkan kelompok aliran hitam yang berberapa tahun terakhir sudah menyerang wilayah kekaisaran.
Kaisar Wei Lhuo terlihat sangat kebingungan, lebih dari separuh rakyatnya sudah banyak menjadi korban kebiadaban sekte aliran hitam. Desa-desa yang tadinya ramai orang berdagang, ramai kehidupan. Sekarang menjadi sebaliknya, desa itu menjadi sangat sepi seperti desa mati.
"Jendral Gui Huo, bagaimana situasi diluar saat ini?" tanya Kaisar Whei Lhuo.
"Situasi masih kacau Kaisar, tapi serangan aliran mulai berkurang. Mungkin karena pasukan mereka jumlahnya tinggal sedikit," jawab Jendral Gui Huo.
"Tapi bukan hanya pasukan aliran hitam, pasukan aliran putih dan netral pun berkurang lebih dari separuhnya. Bahkan pasukan kita juga sama," lanjutnya.
"Hmmm ... kirim sumber daya yang banyak kepada sekte-sekte yang sudah membantu kita di medan perang. Berikan kompensasi yang sesuai," perintah Kaisar.
"Baik Kaisar." jawab Jendral Gui Huo.
"Penasihat Mu, sebarkan undangan kepada semua aliran putih dan netral bahwa aku ingin mengadakan rapat untuk membentuk aliansi," kata Kaisar.
"Baik Kaisar." jawab Penasihat Mu Ying.
Di tempat lain
Sekte Lembah Beracun yang merupakan aliran hitam juga sedang menggelar rapat bersama para tetuanya untuk mengatur strategi.
Sekte Lembah Beracun adalah salah satu dari sekte aliran hitam kelas menengah yang sedikit lagi akan mencapai kelas atas, sekte ini memiliki 16 tetua dengan satu Kepala Tetua. Kepala tetua sekte Lembah Beracun bernama Fang Yun, dia merupakan Pendekar Dewa tahap lima.
"Fu Wai, bagaimana menurutmu menghadapi situasi saat ini?" tanya Fang Yun kepada Fu Wai. Fu Wai adalah salah seorang Tetua Lembah Beracun yang ahli dalam strategi perang.
"Kita bergerak menyerang Kekaisaran, pasukan kita sekarang memang tinggal sedikit, tapi kita suruh saja sekte-sekte yang mau bergabung dengan kita untuk menyerang istana kekaisaran. Dengan bergabungnya beberapa sekte, kita akan lebih mudah menyerang," jelas Fu Wai.
"Aku akan mengumpulkan sekte-sekte yang mau bergabung dengan kita untuk menyerang Istana Kekaisaran," ucap Fu Wai.
"Segera lakukan, aku yakin keadaan kekaisaran saat ini sedang buruk. Jadi kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jangan sia-siakan kesempatan ini," kata Fang Yun sambil menyuruh Fu Wai untuk melaksanakan perintahnya.
"Baik Kepala Tetua." jawab Fu Wai dan segera pergi meninggalkan ruang rapat.
semoga utk cerita2 lain penulis bisa insaf 🤣🤣🤣
kasian Thor membuat cerita seperti ini 🤣🤣🤣
katanya belajar dan mencontoh Kho Ping Ho,,,, jaaaaauuuuhhh thor