Akay, pemuda yang kadang bermulut pedas, terjebak dalam pernikahan dengan Aylin, gadis badung yang keras kepala, setelah menabrak neneknya. Itu adalah permintaan terakhir sang nenek—dan mereka harus menandatangani perjanjian gila. Jika Akay menceraikan Aylin, ia harus membayar denda seratus miliar. Tapi jika Aylin yang meminta cerai, seluruh harta warisan neneknya akan jatuh ke tangan Akay!
Trauma dengan pengkhianatan ayahnya, Aylin menolak mengakui Akay sebagai suaminya. Setelah neneknya tiada, ia kabur. Tapi takdir mempertemukan mereka kembali di kota. Aylin menawarkan kesepakatan: hidup masing-masing meski tetap menikah.
Tapi apakah Akay akan setuju begitu saja? Atau justru ia punya cara lain untuk mengendalikan istri bandelnya yang suka tawuran dan balapan liar ini?
Apa yang akan terjadi saat perasaan yang dulu tak dianggap mulai tumbuh? Apakah pernikahan mereka hanya sekadar perjanjian, atau akan berubah menjadi sesuatu yang tak pernah mereka duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Tawuran
Hari demi hari berlalu, tapi Aylin masih tak kunjung ditemukan. Di tengah kesibukannya bekerja, Akay tak henti-hentinya mencari gadis itu—istrinya, yang kabur entah ke mana. Meski pernikahan mereka terjadi bukan atas dasar cinta, lebih menyerupai negosiasi yang terpaksa diterima, tetap saja Akay merasa bertanggung jawab.
Sebagai pria yang telah mengikrarkan janji suci di hadapan Tuhan, ia tidak bisa begitu saja mengabaikan Aylin. Ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya setiap kali ia mengingat betapa keras kepala gadis itu, bagaimana tatapan marahnya saat menandatangani surat pernikahan, dan bagaimana Aylin memilih pergi daripada menerima kenyataan.
Akay menghela napas panjang, mengemasi barang-barangnya dengan perasaan campur aduk. Besok, setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia harus kembali ke kota untuk melaporkan hasil kerja kepada atasannya. Namun, pikirannya tidak bisa lepas dari satu pertanyaan yang terus mengganggunya.
"Ke mana bocah keras kepala itu?" gumamnya sambil memasukkan berkas-berkas ke dalam tas. "Dia lenyap bagai ditelan bumi. Tidak mungkin dia hanya bersembunyi tanpa rencana, bukan? Apa dia benar-benar ingin memutuskan semua hubungan dengan keluarga ini?"
Akay menatap layar ponselnya. Tidak ada pesan, tidak ada petunjuk. Hanya keheningan yang terus menjawab setiap pencariannya.
Sial.
Ia tidak pernah menyangka akan sebegitu repotnya hanya karena seorang Aylin.
***
Akay mengetukkan jarinya ke setir, matanya terasa berat setelah tiga bulan sibuk mengurus proyek dan mencari istrinya yang raib tanpa jejak. Kini, mobilnya melaju perlahan di tengah hiruk-pikuk kota yang selalu sibuk dengan aktivitas penghuninya.
Rasa lapar mulai menggerogoti perutnya, tapi ia mengabaikannya. Yang terpenting sekarang hanyalah sampai di tujuan—dan mungkin, jika keberuntungan berpihak padanya, menemukan jejak Aylin di kota ini.
Namun, matanya menyipit saat melihat kerumunan remaja berlarian di depan. Beberapa di antaranya membawa benda tajam, wajah mereka penuh semangat untuk bertempur.
"Sial, tawuran lagi? Mereka itu sekolah buat menimba ilmu atau nyari musuh, sih? Benar-benar pelajar yang kurang ajar,” gumamnya, segera memutar setir untuk mencari jalan lain. Ia tak punya waktu untuk terjebak di kekacauan anak-anak SMA yang entah berantem karena apa.
Tapi sebelum mobilnya benar-benar berbalik arah, ujung matanya menangkap sesuatu yang membuat jantungnya mencelos. Seorang gadis di antara kerumunan itu. Rambut panjang, tubuh ramping, dan wajah yang meski hanya sekilas, terasa sangat familiar.
Akay mengerutkan dahi, matanya menyipit tajam. “Gila… Itu Aylin? Pakai seragam SMA?” gumamnya tak percaya. Ia bahkan sempat mengucek matanya, memastikan pandangannya tidak menipunya.
“Nggak mungkin… Aku menikahi anak SMA?”
Jantungnya berdetak lebih cepat, pikirannya bergejolak antara logika dan kenyataan. Ia menoleh cepat, matanya liar mencari sosok gadis itu di antara kerumunan pelajar yang berlarian. Namun, seperti bayangan yang muncul sekilas, gadis itu telah menghilang, seolah menertawakan kebingungannya.
"Brengsek!" Akay mengumpat, tangannya mencengkeram setir erat.
Tidak. Tidak mungkin.
Istrinya tidak mungkin masih SMA. Tidak mungkin juga ikut tawuran.
"Apa aku udah kebanyakan begadang sampai halu lihat dia?" gumamnya, tetapi perasaan aneh terus mengusik pikirannya.
Dengan kesal, ia menepikan mobilnya, keluar, dan berjalan cepat ke arah kerumunan yang mulai tawuran.
Ia harus memastikan.
Jika itu benar-benar Aylin…
Istrinya benar-benar butuh digebrak otaknya!
Langit mendung menambah suasana mencekam di tengah kekacauan tawuran yang meledak semakin liar. Akay mengumpat, tubuhnya bergerak cepat menembus kerumunan, mendorong dan menepis siapa pun yang menghalangi jalannya. Matanya liar mencari sosok yang tadi ia lihat.
Teriakan dan suara benda tumpul menghantam tubuh terdengar di sekelilingnya, tapi Akay tak peduli. Dia hanya punya satu tujuan.
Lalu, di tengah hiruk-pikuk itu, matanya menangkap sosok yang selama ini ia cari.
Aylin.
Dan sialnya, gadis itu sedang bertarung!
"Astaga... gimana bisa istriku ternyata anak tawuran?" gumamnya frustrasi.
Namun sesaat kemudian Akay membulatkan matanya melihat Aylin berhadapan dengan dua orang pelajar lain. Gerakannya gesit dan lincah, tapi tetap saja, dia hanya seorang gadis kecil di tengah arena pertempuran brutal yang dikuasai oleh para pelajar pria.
Sebelum Akay sempat meneriaki namanya, jeritan seseorang membuat tubuhnya menegang.
"AWAS, Aylin!"
Aylin menoleh, matanya membesar melihat sebuah balok kayu besar diayunkan ke arahnya dari belakang. Ia tidak sempat menghindar.
Sial!
Akay melompat ke depan. Dalam sekejap, tangannya mencengkeram balok kayu itu, menghentikannya sebelum menghantam kepala Aylin. Dengan satu tendangan keras, si pelaku langsung terlempar ke tanah.
Aylin masih syok, tidak percaya bahwa dirinya masih hidup. Tapi dia lebih syok lagi saat melihat wajah lelaki yang kini berdiri di depannya.
Akay.
Sebelum ia sempat bereaksi, beberapa pelajar lain masih berusaha menyerangnya. Namun, Akay sudah bergerak lebih cepat. Tinju dan tendangannya melayang tanpa ampun. Pelajar-pelajar itu tumbang satu per satu dalam hitungan detik. Bahkan teman-teman Aylin sampai ternganga melihat bagaimana lelaki dewasa itu menghancurkan lawan-lawannya dengan mudah.
Setelah semua beres, Akay menarik pergelangan tangan Aylin dengan kasar.
"Pulang!" suaranya tegas, penuh amarah.
Aylin yang akhirnya tersadar langsung menepis tangannya. "Hah?! Gue nggak mau!"
Akay memejamkan mata sejenak, mencoba meredam emosinya yang memuncak. Dia sudah lelah, dia sudah capek, dan sekarang istrinya yang badung ini malah melawan?
"Gue nggak nanya lo mau atau nggak," geram Akay.
Tanpa aba-aba, Akay membungkuk dan melemparkan Aylin ke pundaknya seperti mengangkat karung beras.
"HEH! LEPASIN GUE, CABAI SETAN! LEPAS!" Aylin menjerit, meronta-ronta sekuat tenaga. Kakinya menendang udara, tangannya memukul-mukul punggung Akay.
Namun, Akay bahkan bergeming.
"Diam, bau kencur!" balasnya tanpa ampun.
Teman-teman Aylin yang masih tersisa hanya bisa melongo.
Sebagian bengong, sebagian bingung.
Mereka baru saja menyaksikan pertempuran brutal… dan kini berubah menjadi drama sepasang kekasih di tengah arena tawuran.
Kerumunan pelajar yang tersisa masih terdiam, mulut mereka sedikit menganga saat sosok pria tadi menggendong Aylin begitu saja seperti membawa karung beras.
Seorang anak yang masih terduduk di aspal, wajahnya penuh lebam, mengerjap bingung. "Tunggu… siapa tadi?"
Yang lain ikut bersuara. "Kayaknya Aylin kenal sama dia."
"Tapi siapa? Kok kita nggak pernah lihat dia?"
"Gila, dia keren banget! Sekali tendang langsung tumbang!"
"Iya, jago bela diri!"
"Eh, tapi serius, dia ganteng banget nggak sih?" Seorang siswi yang wajahnya masih shock tiba-tiba berseru, membuat beberapa temannya meliriknya dengan tatapan 'fokus dulu, woy'.
Namun, kebingungan mereka belum sempat terjawab ketika suara sirene polisi mulai terdengar dari kejauhan.
Mata mereka membesar.
"POLISI!!!"
Seakan ada alarm otomatis di kepala mereka, seluruh pelajar yang masih tersisa langsung panik.
"LARI!!!"
Tanpa menunggu lebih lama, mereka langsung berhamburan, melompati pagar, menyelinap ke gang-gang kecil, bahkan ada yang nekat bersembunyi di balik tumpukan kardus.
Tawuran yang baru saja terjadi berubah menjadi pemandangan kosong dalam hitungan detik. Yang tersisa hanya puing-puing kekacauan… dan pertanyaan yang belum terjawab.
Siapa lelaki itu?
Di sisi lain Aylin dimasukkan ke dalam mobil oleh Akay. Aylin mendengus kesal, tangannya sudah di gagang pintu, bersiap kabur. Namun, suara Akay yang datar tapi penuh ancaman membuatnya membeku.
"Silakan turun kalau mau masuk berita besok pagi. ‘Siswi SMA Diamankan Polisi Karena Tawuran’ pasti jadi headline menarik."
Aylin spontan menoleh dengan tatapan membunuh. "Kau mengancamku?"
Akay berdeham, memutar mobil dengan tenang, lalu melajukannya menjauhi lokasi tawuran.
Ia menghela napas kasar sebelum melirik istrinya. Rambut dikuncir kuda, seragam sekolah lengan pendek yang digulung asal-asalan, dan rok di atas lutut. Napasnya tercekat melihat itu semua.
Dengan tangan yang sudah pegal menahan emosi, ia memijat pelipisnya. "Ya Tuhan…" gumamnya.
Aylin meliriknya malas. "Apa lagi?"
...🌟🌟🌟...
..."Mungkin kamu bertanya, mengapa aku yang baik ini harus berjodoh dengan dia yang penuh masalah? Jawabannya sederhana : karena Tuhan tahu kamu cukup kuat untuk membantunya menemukan jalan pulang."...
..."Jangan heran jika hatimu yang tulus berlabuh pada seseorang yang penuh liku. Mungkin, Tuhan ingin melihatmu menjadi pelita yang menerangi jalannya, menguji seberapa besar cintamu mampu mengubahnya."...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Akay merasa dijebak nenek ros menikahi cucunya...
Darah Akay sudah mendidih si Jordi ngajak balapan lagi sama Aylin...benar² cari mati kamu Jordi..ayo Akay bilang saja ke semua teman² Aylin kalo kalian sudah menikah
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍