Kisah yang menceritakan tentang keteguhan hati seorang gadis sederhana, yang bernama Hanindya ningrum (24 tahun) dalam menghadapi kemelut rumah tangga, yang dibinanya bersama sang suami Albert kenan Alfarizi (31 tahun)
Mereka pasangan. Akan tetapi, selalu bersikap seperti orang asing.
Bahkan, pria itu tak segan bermesraan dengan kekasihnya di hadapan sang istri.
Karena, bagi Albert Kenan Alfarizi, pernikahan mereka hanyalah sebuah skenario yang ditulisnya. Namun, tidak bagi Hanin.
Gadis manis itu, selalu ikhlas menjalani perannya sebagai istri. Dan selalu ridho dengan nasib yang dituliskan tuhan untuknya.
Apa yang terjadi dengan rumah tangga mereka?
Dan bagaimana caranya Hanin bisa bertahan dengan sikap dingin dan tak berperasaan suaminya?
***
Di sini juga ada Season lanjutan ya say. Lebih tepatnya ada 3 kisah rumah tangga yang akan aku ceritakan. Dan, cerita ini saling berkaitan.
Selamat menikmati!
Mohon vote, like, dan komennya ya. Makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Hanin berdiri di depan pintu kamar Kenan. Menarik nafas panjang, menenangkan kerisauan hatinya yang kian terasa.
"Nona, tolong jaga tuan. Maaf saya harus pergi dulu. Saya mau mengusut penyebab kecelakaan tuan." Berryl menunduk hormat, tanpa menunggu jawaban dari Hanin, pria itu sudah melangkahkan kakinya menuju lantai bawah.
Setelah kepergian Berryl, Hanin membuka pintu kamar itu, pelan. Terlihat cahaya remang disana. Gadis itu melangkah masuk. Matanya nyalang mengarah pada pria yang terbaring di atas ranjang.
"Astagfilullahhal adzim. Ya Allah, apa yang terjadi dengan suami hamba?" Hanin beristiqfar saat melihat kening dan leher suaminya terbalut. Meski remang, Hanin masih dapat melihat beberapa luka dan memar di area wajah sang suami.
Hanin, bersimpuh di lantai. Memperhatikan dengan seksama tubuh sang suami. Memastikan kalau tidak ada sesuatu yang fatal. Terlihat air mata gadis itu mulai meleleh. Dia berusaha menahan isak tangisnya. Hanin begitu tak tega melihat luka yang ada diwajah leher dan lengan sang suami.
"Kenapa kau menangis, aku belum mati." Suara bariton pria yang sedang sakit, mengejutkan Hanin. Gadis itu spontan berdiri.
"Maaf mas." Hanin segera mengahapus jejak air matanya.
"Apa mas butuh sesuatu?" Hanin menunduk sedikit.
"Duduklah!" Kenan menarik tangan Hanin, membuat gadis itu terduduk di tepi ranjang.
"Apa mas kesakitan?" Hanin masih diliputi kerisauan. Tangannya membelai lengan pria itu.
"Aku tidak apa-apa. Hanya tergores sedikit." Kenan mencoba untuk duduk.
"Ah,," erang pria itu, tangannya memegang balutan lehernya.
"Mas, jangan banyak gerak. Mas baring aja ya!" Hanin ingin membantu suaminya berbaring kembali.
"Aku mau kekamar mandi." Kenan menahan tangan Hanin.
Gadis itu terpana sebentar, "Oh. Kalau gitu aku bantu ya mas." Tangan Hanin sekarang beralih kepunggung Kenan, membantu pria itu untuk duduk. Kemudian memapahnya menuju kamar mandi.
"Apa mas, bisa sendiri disini?" Hanin mendudukkan suaminya di atas kloset.
"Apa kau mau menungguku pipis?" Kenan kembali bertanya.
Muka Hanin memerah malu. Gadis itu menggeleng pelan, kemudian berjalan menuju pintu keluar. "Kalau mas sudah selesai, panggil saja. Aku berdiri dibalik pintu mas." Hanin berucap di sela langkahnya.
Kanan terlihat menyunggingkan bibirnya, "Sejak kapan gadis itu mulai terlihat lucu?" Dia bergumam.
Hanin bersandar di dinding samping pintu kamar mandi. Dia sengaja tak mengunci pintunya. Agar dia bisa memantau Kenan dari arah luar.
"Apa yang kau pikirkan?" Kenan sudah berdiri di depan pintu.
"Eh mas, sudah selesai. Biar ku bantu mas." Hanin menaruh satu tangan pria itu dipundaknya. Dan sepertinya Kenan hanya menurut saja.
"Apa mas mau minum, atau makan sesuatu?" Hanin berucap di saat membantu Kenan berbaring. Dan menyelimuti kembali tubuh suaminya.
"Tidak, ini masih malam. Pergilah istirahat. Aku tidak apa-apa." Ucap Kenan.
"Aku mau shalat malam dulu mas, Tidurlah." Hanin ingin mengusap rambut Kenan. Namun tangannya terhenti di udara. "Dia kekasih sahabatmu Nin." Terngiang suara di telinganya. Dan langsung menghentikan gerakan tangan wanita itu.
"Malam ini, aku tidur di sini mas. Kalau aku tidur dibawah, aku tidak akan tenang, aku akan terus merisaukanmu. Setelah selesai shalat nanti, aku akan kembali ke kamar ini" Hanin tersenyum, kemudian berjalan keluar kamar.
Kenan terus memandang kearah punggung gadis yang telah menghilang dibalik pintu. Ada kehangatan yang dirasakan hatinya. Sudah lama, sejak ayah dan ibunya meninggal. Ada orang lain merisaukannya, selain dari sang Oma.
Suara kicauan burung, dan silaunya cahaya mentari pagi yang cerah, membuat Kenan terbangun dari tidurnya. Pria itu mengerjabkan matanya beberapa kali. Dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terlebih area leher keatas.
Matanya mengerah sekeliling, dan terhenti tepat disampingnya.
Terlihat Hanin, istri yang sudah dinikahinya lebih dari 2 tahun lalu itu, masih terlelap disamping tempat tidurnya.
Hanin tertidur dengan posisi duduk di atas kursi kecil, dengan dada dan kepalanya bersandar diranjang tepat disebelah kiri Kenan.
Tangan kanan pria itu terangkat, dia menyingkirkan rambut halus yang menempel pada pipi Hanin. Gadis itu tidur tanpa mengenakan jilbabnya, hingga Kenan bisa dengan leluasa memandang wajah mungil gadis itu.
Kenan mulai membelai rambut panjang Hanin beberapa kali, kemudian tangannya beralih kekening, turun ke pipi, dan berhenti di bibir. Bayangan ciuman yang pernah terjadi beberapa waktu lalu, kembali terlintas di ingatan Kenan. Ada sesuatu yang terasa langsung bangkit dibawah sana.
"Ih, apaan sih tong, masa cuma megang wajah gadis ini sedikit, kamu langsung bangun." Kenan memaki si othong didalam hati.
Pria itu menarik nafas dalam beberapa kali. Memejamkan mata, mencoba menekan sahwatnya.
"Lo, mas udah bangun? Maaf mas, aku ketiduran disini." Hanin terlihat sudah menegakkan posisi duduknya.
Kenan sedikit kaget karena Hanin tiba-tiba sudah bangun. Pria itu gelagapan, dia gengsi kalau aksinya tadi diketahui oleh Hanin. Namun, dia sangat terpesona melihat wajah cantik Hanin ketika bangun tidur. Ditambah dengan rambut hitam lurusnya. Sungguh menambah keayuan wajah wanita itu.
"Ehm. Iya, aku baru aja bangun. Kenapa kau sudah terbangun. Apa ada sesuatu yang terjadi?" Kenan memastikan. Disela kegugupannya.
"Terjadi apa? Aku terbaangun karena merasa cahaya terlalu silau." Hanin menaruh tangan di depan matanya, dia melihat kearah jendela yang sengaja dibukanya tadi malam.
"Oh, bukan apa-apa. Maksudku juga itu. Aku tadi terbangun juga karena cahaya itu." Kenan merasa kembali lega. "Huh, syukurlah." Gumamnya dalam hati.
"Apa mas mau kekamar mandi? Mari aku bantu mas!" Hanin berdiri, tangannya meraih selimut Kenan, berniat ingin membukanya. Namun Kenan dengan sigap menahan tangannya.
"Tidak usah, tolong bikin kan saja aku sandwich dan Jus. Aku lapar." Perintah pria itu.
Hanin melepaskan tangannya dari selimut, gadis itu meraih jilbabnya yang terletak di atas meja kecil, yang ada disebelah ranjang.
"Baiklah, tunggu sebentar ya mas." Hanin tersenyum, kemudian melangkah keluar kamar.
"Uh... syukurlah, kalau sempat gadis itu tadi membuka selimutku. Bakal ketahuan kalau aku sedang *****." Kenan mengusap wajahnya beberapa kali.
Pria itu bangun, memaksakan melangkah kekamar mandi, berniat membersihkan dirinya. Berharap si othong cepat tidur kembali.
Tak lama Hanin terdengar mengetuk pintu. Gadis itu masuk dengan membawa nampan.
"Sarapannya mas, habis itu minum obatnya." Ucap Hanin sambil menaruh nampan di atas meja. Dianmemotong-motong sandwich menjadi lebih kecil. Agar sang suami lebih gampang memakannya.
Tanpa bersuara pria itu terlihat sudah menikmati roti lapis yang dibawa sang istri. Meminum jus dan memakan obat yang diberikan oleh dokter tadi malam.
"Makasih." Ucap Kenan, Membuat langkah Hanin terhenti. Gadis itu baru melangkah sambil membawa nampan tadi, berniat ingin kembali ke dapur.
"Tidak usah terlalu sungkan mas, aku ini istrimu." Hanin tersenyum, kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
Kenan hanya terpaku diranjangnya. Merasakan Kalimat ISTRI yang diucapkan Hanin. Namun entah kenapa kali ini, Kalimat gadis itu terasa singgah dihatinya.
TBC
Mohon dukung karyaku ya readers, Bantu vote, like dan jadikan favorite.
Aku tunggu komennya.
MAKASIH
sorry gwa baca sampe sini