Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Mario yang sudah kesal sejak berada di kantor kini semakin kesal mendengar rekaman yang dikirim Lisa.
Dimana di rekaman itu terdengar jika Aura seperti wanita jal*ang yang menjajakan tubuhnya dengan Om-Om hanya untuk sebuah apartemen mewah. Apartemen yang di dapatkan dengan diskon ternyata hanya omong kosong belaka.
"Awas kau Aura!" Dengus Mario yang kemarahannya sudah menumpuk.
Lisa masih berada di apartemen Aura, tanpa mau beranjak pergi, ia hanya menunggu boom waktu yang akan membuat Mario dan Aura berpisah, dengan begitu ia bisa memiliki Mario seutuhnya tanpa berbagi dengan wanita lain.
"Aura, ini-" Lisa yang sejak tadi mencoba mencari celah untuk menjatuhkan Aura kini mendapatkan angin segar.
Saat keluar dari kamar mandi, Lisa menunjukan perlengkapan mandi seorang pria.
Aura yang sedang duduk di sofa depan televisi menyipitkan matanya, tak percaya dengan apa yang di pegang Lisa.
'Kenapa Om Haikal meninggalkan peralatan mandi di sana, bukankah itu kamar untuk tamu,' pikir Aura sambil mengurut pelipisnya untuk berpikir.
"Ya, seperti yang kamu lihat," jawab Aura yang tidak ingin menjelaskan apapun, karena menurutnya juga tidak perlu ada penjelasan.
"Jadi kamu sudah menginap bersama dengan pria lain!" Kata Lisa lagi dengan nada sinis.
"Ck, itu urusan ku Lisa.. kamu tidak perlu menatap ku seperti itu," Aura lama-lama kok kesal sendiri, melihat Lisa yang sepertinya sengaja mencari kesalahannya.
Aura, kalau Mario tahu kamu bisa di tinggalkan!"
"Bukankah itu yang kamu inginkan Lisa!"
Mata Lisa melotot, begitu juga dengan Aura yang kini sudah tak bisa menutupi rasa kecewa dan sakit hatinya.
"M-maksud kamu apa Aura, aku menginginkan apa?" Lisa masih mengelak, meskipun ekspresi wajahnya sudah gugup.
"Cih, kau masih menutupi bangkai yang kamu sembunyikan Lisa!" Tatapan Aura begitu tajam.
Lisa yang tak mau kalah memilih mengakuinya saja.
Lisa melipat tangannya di depan dada dengan wajah pongah nya.
"Jadi kau sudah tahu Aura?" katanya dengan senyum bangga, "Dengan begitu aku tidak perlu lagi menjelaskan padamu tentang hubungan ku dengan Mario bukan," lanjutkan lagi tanpa rasa bersalahnya.
Justru wajah Lisa menunjukan kebanggaan untuk dirinya sendiri jika dirinya berhasil menggaet seorang Mario, anak orang kaya yang memiliki perusahaan dimana-mana.
Aura hanya bisa tersenyum masam, ia tak menyangka Lisa yang dia kenal baik dan bersahabat dengannya justru mengakuinya tanpa adanya rasa bersalah, jadi selama ini dia telah salah memilih sahabat.
"Kau-"
Ting.. tong...
Bunyi bel apartemen membuat Aura melangkah menuju pintu, dan saat membukanya ia cukup terkejut saat tubuhnya di dorong kebelakang dengan sebuah tangan besar mencekik lehernya.
"Kau ternyata tak lebih dari wanita jal*ang Aura!" Napas Mario memburu, tatapan matanya memerah dengan kilatan kemarahan yang besar.
"Mar-uhuk..." Aura tak bisa mengeluarkan suaranya, yang ada dia hanya merasakan sakit dilehernya yang di cekik, udara dalam paru-parunya terkikis membuat dadanya sesak.
"Sayang, selama ini dia menjadi simpanan Om-Om, dia tadi mengakuinya saat aku menemukan peralatan pria didalam kamar mandi."
Ucapan Lisa bagaikan bensin yang disiram keatas bara api yang berkobar. Mario yang belum melampiaskan kemarahannya sejak di kantor kini menjadi tak terkendali saat mendengar tentang perselingkuhan Aura. Pria itu menjadi kalap hingga tak memperdulikan wajah Aura yang sudah memucat karena cekikan dilehernya.
Sedangkan Lisa hanya bisa tersenyum penuh kemenangan melihat bagaimana Mario memberi hukuman pada Aura yang munafik.
"Jadi selama ini kau hanya beralasan agar aku tak menyentuh mu, hah! Kau justru dengan sengaja melayani pria lain! Kau benar-benar jal*ang Aura!!"
Plak
Tubuh Aura terhuyung sampai tersungkur ke lantai, tangannya menyentuh pipinya yang baru saja mendapat tamparan dari Mario yang begitu keras.
Lisa merangkul lengan Mario dengan mesra, wanita itu tersenyum penuh kepuasan.
"Jadi kamu tidak salah memilih aku untuk menjadi selingkuhan mu sayang, karena ternyata wanita yang kamu kira baik itu ternyata berkepala ular!" Ucapan Lisa membuat Aura menarik bibirnya dengan sinis.
Meskipun sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan sedikit darah, namun gejolak membara dalam dadanya yang kecewa dan marah melenyapkan rasa sakit pukulan yang dia terima.
"Kalian memang pasangan yang menjijikan!" Desis Aura dengan sinis.
"Heh, kamu tidak berkaca sendiri, huh!" Lisa menunjuk wajah Aura dengan geram.
Mario yang masih diliputi rasa marah menarik tangan Aura dan menyeretnya dengan sekuat tenaga membuat Aura merintih dan meronta.
"Lepas Mario! Kau mau apa! Kau pria baji*ngan!!" Umpat Aura yang diseret paksa oleh Mario.
"Kau tahu, selama ini aku hanya memanfaatkan dirimu untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, pria mana yang akan bertahan dengan wanita naif sepertimu yang tidak ingin disentuh tapi justru menjajakan tubuhnya dengan pria tidak jelas, huh!" Mario membawa Aura masuk kedalam kamar mandi dan melepasnya kedalam bathub.
"Aku munafik Aura! Kau wanita munafik yang menjijikan!" Mario mengguyur tubuh Aura dengan air shower yang yang mengalir.
Pria itu seperti kerasukan setan hingga menganiaya Aura. Seharunya Aura yang membuat perhitungan dengan Mario tapi justru sebaliknya, Mario lebih dulu menyerangnya.
Sedangkan di luar, Haikal baru saja sampai dengan napas naik turun, pria itu berjalan tergesa sampai menabrak punggung Lisa kuat yang berdiri diambang pintu kamar mandi, menyaksikan bagaimana penyiksaan yang di lakukan Mario.
Bruk
Tubuh Lisa sampai membentur lantai sangking kerasnya Haikal menabraknya, membuat Lisa meringis kesakitan.
"T-tuan Haikal," gumam Lisa dengan wajah tak percaya.
Napas Haikal semakin memburu dengan tatapan tajam penuh kemarahan, Aura sudah tak berdaya dengan keadaanya yang basah, di tambah Mario yang gelap mata melihat pemandangan seksi tubuh Aura yang transparan hasil dari bajunya yang basah.
Dengan dada bergemuruh hebat, Haikal menarik kerah bagian baju belakang Mario dan mendaratkan kepalan tinju sekuat tenaga tepat di wajah Mario.
Bugh
Tubuh Mario terpental ke samping, pria itu tersungkur dengan luka wajah yang langsung lebam, mungkin tulang wajahnya sempat bergeser.
"Papa," gumam Mario dengan tak percaya.
"Aura," Gumam Haikal dengan tatapan mata yang sulit di artikan, hanya saja kemarahan dimata Haikal belum mereda melihat bagaimana keadaan Aura.
Aura yang menunduk perlahan mendongak, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri dengan wajah begitu menyedihkan.
Darah Haikal semakin mendidih melihat sudut bibir Aura yang sobek, telapak tangannya yang besar menyentuh wajah Aura dengan dada yang sesak, hatinya terasa sakit melihat wanita didepanya yang begitu menyedihkan.
"Om," suara Aura terdengar bergetar, wanita itu begitu ketakutan.
Tatapan Haikal beralih pada Mario yang masih tersungkur, membuat tubuh Mario kian menegang melihat tatapan papanya yang seperti serigala marah.
"P-pa, ini-" Mario perlahan menyeret tubuhnya mundur saat Haikal mulai berdiri.
Pertama kali Mario melihat kemarahan ayahnya yang begitu mengerikan.
'Kenapa Papa bisa ada di sini? Kenapa perilakunya begitu lembut dengan Aura,' Pikiran Mario justru tertuju pada hubungan keduanya, ia tidak berpikir bagaimana seharunya meyelamatkan diri dari kemarahan sang Ayah.