NovelToon NovelToon
Two Years As Mrs. Jang

Two Years As Mrs. Jang

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:431
Nilai: 5
Nama Author: Oliviahae

Raju Kim Gadis Korea keturunan Indonesia yang merasa dirinya perlu mencari tahu, mengapa Ayahnya menjadi seorang yang hilang dari ingatannya selama 20 tahun. dan alasan mengapa Ibunya tidak membenci Pria itu.

Saat akhirnya bertemu, Ayahnya justru memintanya menikah dengan mafia Dunia Abu-abu bernama Jang Ki Young Selama Dua tahun.

Setelah itu, dia akan mengetahui semua, termasuk siapa Ayahnya sebenarnya.

Jang Ki Young yang juga hanya menerima pernikahan sebagai salah satu dari kebiasaannya dalam mengambil wanita dari pihak musuh sebagai aset. Namun Bagaimana dengan Raju Kim, wanita itu bukan hanya aset dari musuh, tapi benar-benar harus ia jaga karena siapa Gadis itu yang berkaitan dengan Janjinya dengan Ayahnya yang telah lama tiada.

Akankah Takdir sengaja menyatukan mereka untuk menghancurkan atau Sebaliknya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oliviahae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perburuan di Bukit Timur

Pagi itu Mansion Keluarga Jang bernafas berbeda. Udara terasa lebih padat, seolah setiap langkah anak buah membawa beban rencana yang hanya diketahui oleh beberapa orang saja. Para penjaga berbaris lebih rapi dari biasanya. Mobil-mobil hitam berkilat terparkir rapi di halaman depan, sinar matahari memantul dari kap mobil seperti kilatan peringatan.

Raju berdiri di depan lemari, menarik napas panjang. Ini hari yang Jang Ki Young sebut sebagai “hari berjalan-jalan ke bukit”. Ia tidak percaya sepenuhnya.

Dari tatapan Ki Young semalam, jelas bahwa hari ini bukan rekreasi. Ada sesuatu yang ingin diuji pria itu, dan entah kenapa Raju merasakan hal itu berkaitan dengan sesuatu yang lebih besar daripada sekadar menghirup udara segar.

Raju menyentuh pergelangan tangannya yang masih terasa bekas dingin gas melemahkan itu. Tubuhnya sudah pulih, namun Ki Young selalu muncul dalam ingatannya saat mengangkatnya dengan marah bercampur panik, seolah hidupnya menggantung di benang yang tidak boleh putus.

Ia menggigit bibir.

Ia tak pernah suka bergantung pada siapa pun.

Ketukan pelan terdengar di pintu.

“Nyonya Jang, semua sedang berkumpul,” suara Sekretaris Oh Seung Min terdengar sopan, tapi tegang. “Tuan Jang menunggu di halaman.”

Raju berjalan keluar.

---

Halaman depan Mansion tampak seperti titik kumpul operasi besar. Semua orang mengenakan pakaian trekking hitam yang sama, simple, cepat dikenali, dan mudah bergerak.

Para istri dan wanita pendamping berdiri di barisan masing-masing, beberapa terlihat kesal karena harus bangun pagi, beberapa tampak berusaha terlihat manis agar tidak mencurigakan, dan satu-dua wajah tampak menyimpan sesuatu yang sulit diuraikan.

Choi Da Hee menatap Raju sebentar dan hanya tersenyum tipis. Senyum yang sulit dibaca apakah itu ketulusan atau bentuk observasi halus.

Min Seo Rin memutar matanya saat melihat Ki Young menoleh sebentar ke arah Raju.

Han Eun Bi melambai kecil. “Nyonya Jang, pakaianmu lucu,” katanya blak-blakan. Seo Rin langsung menepuk lengannya pelan, memberi kode agar ia diam.

Di belakang mereka, tiga wanita pendamping juga hadir. Jang Woo Jin, berdiri tak jauh dari mereka dengan pakaian yang sama, tampak seperti mau ikut bersafari namun sikapnya lebih waspada ketimbang rileks.

Ki Young muncul terakhir, mengenakan pakaian yang sama dengan aura berbeda, senyap, dingin, tapi mengintimidasi secara alami. Ia menatap seluruh barisan seperti seorang komandan melihat pasukannya.

“Baik,” katanya singkat. “Kita akan ke Bukit Timur. Anggap ini kegiatan rutin untuk melihat kemampuan bertahan kalian.”

Beberapa wanita langsung cemas.

Seo Rin mengangkat tangan kecil kecil. “Oppa… kita cuma jalan-jalan, kan?”

Ki Young menatapnya datar. “Tentu saja. Ini jalan-jalan.”

Seo Rin menelan ludah.

Ki Young melanjutkan, “Hari ini tidak ada kompetisi. Aku hanya ingin melihat bagaimana kalian bersosialisasi di luar Mansion.”

Tiga pasang mata langsung bergerak resah, milik Da Hee, Seo Rin, dan Eun Bi. Mereka tahu, kata-kata Ki Young biasanya berarti berbeda.

Tapi tatapan Ki Young tidak tertuju pada mereka.

Matanya jatuh langsung pada Jin Hwa walaupun dia langsung mengalihkan nya.

Jin Hwa tersenyum manis. Terlalu manis.

Raju yang berdiri agak di sisi belakang bahkan bisa merasakan ada sesuatu yang tidak biasa pada cara wanita itu melipat tangan.

Ki Young mendekati Raju.

“Siapkan dirimu,” katanya pelan hanya untuk dia. “Kau akan berjalan di sisiku.”

Raju hendak protes, “Aku bisa sendiri—”

Ki Young memotong, “Aku tidak tanya pendapatmu.”

Raju mendesah dalam hati.

Mereka mulai menuju mobil masing-masing. Raju ditempatkan dalam mobil yang sama dengan Ki Young dan Sekretaris Oh di jok depan. Suasana di dalam mobil hening beberapa menit, hanya suara mesin yang halus.

“Kenapa harus aku berada di sebelahmu?” akhirnya Raju bertanya.

Ki Young menatapnya sekilas. “Karena ada seseorang yang perlu diawasi. Dan aku butuh kau berada dalam jangkauan jika terjadi sesuatu.”

“Terjadi sesuatu seperti apa?” Raju mengerutkan kening.

“Seperti seseorang yang mencoba mengulang kejadian kemarin,” jawab Ki Young dingin. “Hanya saja kali ini aku tak berniat menunggu sampai kau pingsan dulu.”

Sekretaris Oh menambahkan, “Jin Hwa memang tidak memiliki catatan kriminal seperti yang lain, tapi ada beberapa kejanggalan dalam data asalnya.”

Ki Young menyela, “Dan semalam dia menyentuh gagang pintumu terlalu lama.”

Raju mengerutkan alis. “Hanya karena itu?”

Ki Young menatapnya dengan tatapan ‘kau tidak paham lingkungan ini’. “Dalam dunia kami… gerakan sekecil itu cukup untuk menebak niat seseorang.”

---

Perjalanan ke Bukit Timur memakan waktu sekitar satu jam. Saat tiba, para penjaga sudah berdiri di pos masing-masing. Bukit itu indah, pohon tinggi menjulang, udara segar, dan suara aliran sungai kecil tak jauh dari lokasi perburuan.

Namun kesan indah itu lenyap ketika melihat betapa ketatnya penjagaan.

Choi Da Hee membuka pintu mobil dengan elegan. “Sudah lama kita tidak ikut kegiatan seperti ini.”

Min Seo Rin memegang lengannya, “Unnie… aku takut. Kalau tiba-tiba ada tes lempar pisau atau apa?”

“Tidak akan ada lempar pisau,” Ki Young menyahut tanpa melihat mereka. “Kecuali kalian mencoba menyerang lebih dulu.”

Semua langsung diam.

Jang Woo Jin tersenyum samar. “Ki Young, Aku datang karena perlu memastikan kalau kejadian kemarin tidak terjadi lagi.”

Jang Ki Young menatapnya tajam. “Justru karena itu aku akan menempatkan mu bersama Sekretaris Oh. Jangan ikut campur ujianku kali ini.”

Jang Woo Jin mengangguk, menerima teguran itu.

Sementara itu Raju memperhatikan semua istri dan pendamping yang tampak pura-pura santai. Beberapa mengobrol kecil, beberapa memeriksa kuku mereka, beberapa memandang sekeliling dengan gelisah.

Tapi Jin Hwa…

Wanita itu memandang bukit seperti seseorang yang sedang menilai medan.

Jin Hwa mendekat pada Raju.

“Nyonya Jang,” sapanya lembut, “kau terlihat pucat. Takut ketinggalan atau takut ditinggalkan?”

Nada suaranya mengandung sesuatu, sindiran halus yang tidak disembunyikan.

“Tidak ada satupun yang membuatku takut,” jawab Raju singkat.

“Oh?” Jin Hwa tersenyum miring.

Ki Young sudah berada di samping Raju.“Tetap di sisiku,” katanya pelan namun tajam.

Perburuan dimulai dengan instruksi dari Ki Young. “Tugas kalian sederhana. Ikuti jalur yang ku tandai, dan kembali ke titik awal sebelum matahari turun. Kalian tidak sendiri. Penjagaku menjaga perimeter. Jadi tidak ada alasan… untuk membuat kesalahan.”

Raju merasakan firasat buruk. Ini bukan sekadar jalan-jalan. Ini adalah panggung dan Jin Hwa calon pemeran utamanya.

---

Saat kelompok mulai menyusuri hutan, Ki Young berjalan sedikit di depan, Raju di sampingnya, dan mata-mata para istri mengawasi keduanya.

Sementara jauh di belakang, Jin Hwa tampak memperlambat langkah, seolah hanya menikmati pemandangan, padahal matanya mengawasi Raju tanpa berhenti.

Ki Young menunduk sedikit dan berbisik,

“Mulai sekarang, jangan jauh dariku. Dan jika sesuatu terjadi… tetap tenang.”

Raju mencibir. “Aku bukan anak kecil.”

“Benar,” Ki Young menjawab. “Tapi orang yang ingin mencelakaimu menganggapmu target mudah.”

Raju menatapnya datar. “Terima kasih atas kepercayaannya.”

Ki Young tersenyum tipis. “Jangan salah paham. Aku tidak percaya padamu… tapi aku tidak mau tubuhmu jatuh lagi tanpa aku tahu alasan pastinya.”

Ucapan itu membuat Raju diam.

Di belakang mereka, daun terdengar bergerak.

Jin Hwa berdiri di bawah bayangan pohon, senyumnya samar.

Hari ini… permainan baru dimulai.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!