NovelToon NovelToon
Saat Aku Berhenti Berharap

Saat Aku Berhenti Berharap

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lisdaa Rustandy

Dua tahun menjadi istri dari pria cuek nan dingin yang tak pernah mencintaiku, aku masih bersabar dalam pernikahan ini dan berharap suatu hari nanti akan ada keajaiban untuk hubungan kami.
Tetapi, batas kesabaranku akhirnya habis, saat dia kembali dari luar kota dengan membawa seorang wanita yang ia kenalkan padaku sebagai istri barunya.
Hatiku sakit saat tahu dia menikah lagi tanpa izin dariku, haruskah dia melakukan hal seperti ini untuk menyakiti aku?
Jujur, aku tak mau di madu, meskipun awalnya aku meyakinkan diriku untuk menerima wanita itu di rumah kami. Aku memilih pergi, meminta perpisahan darinya karena itulah yang ia harapkan dariku selama ini.
Aku melangkah pergi meninggalkan rumah itu dengan hati yang hancur berkeping-keping. Kupikir semua sudah berakhir begitu aku pergi darinya, namun sesuatu yang tak terduga justru terjadi. Ia tak mau bercerai, dan memintaku untuk kembali padanya.
Ada apa dengannya?
Mengapa ia tiba-tiba memintaku mempertahankan rumah tangga kami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#12

Alden terkejut bukan main, pipinya terasa panas dan sakit oleh tamparan keras yang berasal dari telapak tangan sang ibu.

"Anak kurang ajar! Nggak tahu di untung! Kamu sudah membuat malu kami sebagai orang tuamu!" Bu Tamara marah besar pada putranya, dengan emosi meluap-luap.

"I-ini ada apa, Bu? Kenapa Ibu tiba-tiba datang menampar Aku dan marah-marah seperti ini?" tanya Alden bingung. Ia benar-benar tak mengerti.

"Masih berani tanya ada apa? Jangan pura-pura lugu kamu! Ibu, kalau sudah berbuat seperti ini, itu artinya karena Ibu sudah tahu hal busuk yang kamu lakukan di belakang kami!"

Alden semakin tak mengerti. "Hal busuk apa, Bu? Aku gak pernah melakukan apapun."

"Kamu bilang gak pernah? Lalu, berpoligami tanpa seizin dari istri pertama, apakah itu bukan hal yang busuk? Kamu menikahi wanita lain tanpa sepengetahuan kami, lalu membawanya ke rumah ini dan membiarkan Naysila pergi mengalah untuk wanita itu. Apakah itu bukan kebusukan, Alden!"

Alden terbelalak, jelas ia terkejut karena tak tahu ibunya mengetahui permasalahan rumah tangganya dari siapa. Sementara ia dan Naysila tak pernah menceritakan apapun kepada sang ibu.

"Bu... Ibu tahu dari mana tentang hal itu?" tanya Alden lagi.

"Ibunya Naysila tadi menghubungi kami dan mengatakan bahwa Naysila pulang ke rumahnya dalam keadaan menangis. Naysila memang tidak bercerita apa-apa, tapi orang tuanya bisa merasakan bahwa pernikahan anaknya sedang diambang kehancuran. Terlebih, mereka melihat cincin kawin di jari manis Naysila juga tidak ada. Akhirnya, mereka memaksa Naysila untuk bercerita yang sebenarnya. Walaupun awalnya sulit untuk mengaku, pada akhirnya Naysila mengakui bahwa kamu sudah menikahi wanita lain dan membawanya ke rumah kalian."

"Ibu benar-benar syok mendengar cerita itu, sama sekali nggak pernah menyangka kalau Putra yang selalu Ibu banggakan tega mengkhianati istrinya sendiri. Kamu jahat, Alden! Ibu malu punya anak seperti kamu!"

Alden mematung. Kata-kata ibunya terasa seperti pisau yang mengoyak harga dirinya dalam sekali tebas. Tatapan sang ayah yang dingin dan penuh kekecewaan pun menambah beban yang menggelayuti dadanya. Ia ingin menjelaskan, tapi lidahnya terasa kelu. Semua yang dilakukan memang atas rencana, tapi bukan tanpa alasan, meski tetap menyakitkan.

"Bu, Ayah… tolong dengarkan aku dulu," ucap Alden, suaranya bergetar menahan gejolak di dadanya. "Aku memang salah… aku akui. Tapi semua ini aku lakukan bukan tanpa alasan, aku punya alasan sendiri mengapa melakukannya. Aku pikir ini yang terbaik."

"Apakah itu yang terbaik menurutmu?!" seru Pak Haldy, untuk pertama kalinya angkat suara. Suaranya tegas, tajam, dan sarat emosi. "Kamu tahu seberapa hancurnya hati perempuan itu saat mengetahui suaminya menikah lagi tanpa seizinnya? Naysila, yang sudah kamu ikrarkan akan kamu lindungi seumur hidupmu, sudah kamu hancurkan hatinya tanpa rasa kasihan. Ini bukan sekadar kesalahan, Al. Ini adalah pengkhianatan!"

Alden tertunduk. Napasnya terasa sesak. "Aku... gak pernah mencintai Naysila, Yah. Bahkan sejak awal kami menikah. Aku mencoba, sungguh... selama dua tahun aku berusaha mencintainya, membangun cinta itu sedikit demi sedikit. Tapi perasaan itu gak pernah datang. Aku gak bisa melihat Naysila dengan tatapan penuh cinta, yang ada aku selalu membencinya."

Perkataan Alden membuat Bu Tamara menggeleng tak percaya. "Jadi selama dua tahun ini... kalian hanya berpura-pura bahagia di hadapan kami?"

Alden mengangguk. "Awalnya kupikir aku bisa belajar mencintainya," lanjut Alden dengan suara lemah. "tapi lama-lama aku sadar... aku justru menyiksanya. Dan menyiksa diriku sendiri. Aku pikir... dengan cara ini, Naysila akan menyerah dan pergi, lalu dia bisa menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya."

"Dan kamu memutuskan itu tanpa bicara dengannya?!" bentak Bu Tamara, matanya memerah karena marah. "Kalau kamu memang merasa tidak layak, bicarakan! Bukan dengan cara menyakitinya seperti ini! Kamu pikir cinta itu bisa diganti dengan manipulasi dan drama murahan?! Dua tahun kalian menikah, seharusnya sejak awal saja kamu menceraikan dia, bukan sekarang!"

Alden tak bisa berkata-kata. Semua kata yang ingin ia ucapkan menguap begitu saja. Di balik tubuhnya yang tegap dan statusnya sebagai pria sukses, saat ini ia hanya tampak seperti anak kecil yang tertangkap melakukan kesalahan besar.

Tiba-tiba, Bu Tamara menatap tajam ke arah rumah. "Di mana wanita itu sekarang? Yang kamu bawa masuk ke dalam hidupmu dan dijadikan alat untuk menghancurkan pernikahanmu sendiri?!"

Alden menoleh ke arah rumah. "Dia masih di dalam, Bu. Tapi... dia bukan penyebabnya. Semua keputusan dan tindakan itu... aku yang mulai. Dia juga korbanku, Bu."

"Tidak ada yang bersih di antara kalian berdua! Kalian sama saja!" Bu Tamara berseru, lalu melangkah cepat masuk ke dalam rumah, disusul Pak Haldy.

Alden mengejar, panik. "Bu, tolong jangan buat keributan lagi... Serena tidak bersalah, aku yang salah sepenuhnya dalam hal ini. Biarkan aku yang selesaikan semuanya."

Namun terlambat. Bu Tamara sudah menaiki tangga dan membuka pintu kamar Naysila dengan keras.

Di sana, Serena masih terduduk di lantai, menangis dengan wajah kusut dan mata sembab. Ia terkejut melihat kemunculan Bu Tamara yang mengamuk, dan buru-buru berdiri.

"Kamu... keluar dari rumah ini sekarang juga! Wanita sialan!" hardik Bu Tamara tajam.

Serena menggigit bibirnya, mencoba menahan tangis. "Bu... saya tahu saya salah. Tapi tolong... jangan usir saya seperti ini..."

"Kamu pikir setelah menghancurkan pernikahan anak saya kamu masih pantas tinggal di sini?!" Suara Bu Tamara melengking, tajam dan penuh kemarahan. "Kalau kamu masih punya harga diri, keluar sekarang juga sebelum saya sendiri yang seret kamu keluar!"

"Saya tidak rela wanita seperti kamu masuk dalam kehidupan anak saya, apalagi mengakui kamu sebagai menantu!" tambah Bu Tamara.

Alden maju ke depan ibunya. "Bu, biar aku yang akan mengantar Serena pergi. Biarkan aku menyelesaikan ini dengan cara yang baik... Tolong, jangan sakiti dia, Bu."

Pak Haldy yang sedari tadi diam, berkata, "Kamu hanya punya dua pilihan, Al. Perbaiki rumah tanggamu dengan Naysila… atau lupakan kami sebagai orang tuamu!"

Perkataan itu membuat Alden terpaku. Air matanya jatuh lagi. Semuanya semakin rumit. Ia tahu, orang tuanya tak terima dengan apa yang telah ia lakukan pada Naysila. Bagi mereka, Naysila adalah wanita yang sempurna dan menantu idaman, wajar jika mereka lebih berat melepas Naysila daripada menjaga perasaan anaknya sendiri.

Alden menyadari itu, dan ia tak perlu terus berdebat dengan kedua orang tuanya. Ia mendekati Serena dan memintanya untuk bangkit.

"Kita pergi sekarang, aku gak mau memperkeruh keadaan. Kamu harus pergi, agar aku bisa menyelesaikan masalahku," ucapnya pada Serena.

"T-tapi, Al..." Serena tetap tak mau pergi.

"Jangan buat aku semakin marah, Serena! Jangan buat aku lebih kasar!" bentak Alden.

Akhirnya, Serena berdiri, menatap kedua orang tua Alden bergantian. Ia melihat kemarahan di wajah keduanya, dan ia pun hanya bisa menunduk.

"Aku akan mengantarkan Serena pulang. Aku akan menyelesaikan terlebih dahulu masalahku dengannya. Setelah itu, aku akan kembali dan menyelesaikan semuanya," kata Alden pada orang tuanya.

Bu Tamara menimpali, "Antarkan dia dan jangan pernah biarkan dia muncul lagi di depan mata kami! Putuskan hubungan kalian sepenuhnya! Ibu tidak akan pernah memaafkan kamu, jika sampai hubungan kalian tidak diakhiri!"

"Dengar, Al. Ayah tidak main-main dengan ucapan Ayah tadi. Kamu harus memilihnya. Jika kamu tidak mau memperbaiki hubungan dengan Naysila, maka itu artinya kamu memutus hubungan dengan kami," kata Pak Haldy tegas.

Alden hanya mengangguk. Ia menarik tangan Serena dan membawanya keluar dari kamar itu. Walaupun Serena bersikeras tak mau pergi, namun Alden tetap memaksanya, menarik tangan wanita itu hingga masuk ke mobil.

Alden melesat pergi dengan mobilnya, membawa Serena ke tempat yang jauh agar tak kembali padanya. Alden muak, masalahnya semakin besar dan rumit. Ia harus menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu dengan Serena, sebelum menyelesaikan masalah dengan Naysila dan orang tuanya.

*****

1
Tutuk Isnawati
😍 bu tamara getol bener pgn mntunya bertahan
Tutuk Isnawati
semangat thor😍
Lestari Ari Astuti
ditunggu kelanjutannya,setelah minum jus dari ibunya adel🤭
Tutuk Isnawati
kyanya ini ulah bu tamara biar kluarga adiknya nginep 🤣
Lisdaa Rustandy: sengaja dia mah biar anak mantu satu kamar🤣
total 1 replies
Sunaryati
Karena sejak awal pernikahan kamu langsung menutup hati, dan menyakiti hati dan sekarang malu akan berjuang, setelah merasakan kehilangan saat ditinggalkan
Sunaryati
Jika ragu akan disakiti lagi namun kamu akan beri kesempatan, buat perjanjian Nay
Aretha Shanum
ahh bosen alurnya , menye2 kaya bumi sempit ga ada lski2
Lisdaa Rustandy: iya, emang sempit kok. kalo mau yg luas keluar dari novel aja🤣🤣
total 1 replies
lovina
ketawa sj kalau baca novel modelan gini, wnaitanya selalu naif dan bodoh sdngkan laki2nya selalu di buat semaunya dan ujungnya balikan dgn ending sm semua novel, baca buku berkali2 dgn alur yg sama... niat amat author2 dadakan kek gini g bisa yah buat yg beda, g mungkinkan oyak nya cmn satu tuk semua author...kalau di kritik biasnaya tantrum
Lisdaa Rustandy: maaf, saya sudah berkarya hampir 4thn, jadi bukan dadakan lagi. Setidaknya buatlah versi anda sendiri sebelum menertawakan karya orang lain🤣🤣🤣
total 2 replies
Sunaryati
Kamu renungkan semua kesalahan kamu Alden, dan berpikir cara memperbaikinya. Nayla jika kamu masih ada cinta untuk Alden berpikir jernih baru ambil keputusan.
Lestari Ari Astuti
semoga bersatu kembali
partini
hemmm enak bener jadi laki udah cup sana cup nyesel minta maaf balikan ga jadi baca Thor
Lisdaa Rustandy: tapi Alden gak pernah ngapa2in sama Serena, kan dari awal cuma boongan. Cup sana cup sininya darimana, kak? 😄 Alden masih ORI itu
total 1 replies
Lestari Ari Astuti
di tunggu kelanjutannya
Tutuk Isnawati
nyesel deh sekarang gliran orgny dah. prgi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!