NovelToon NovelToon
Nikahi Aku, Pak

Nikahi Aku, Pak

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:67.2k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Ingin berbuat baik, Fiola Ningrum menggantikan sahabatnya membersihkan apartemen. Malah menjadi malam kelam dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kesuciannya direnggut oleh Prabu Mahendra, pemilik apartemen. Masalah semakin rumit ketika ia dijemput paksa orang tua untuk dijodohkan, nyatanya Fiola sedang hamil.

“Uang yang akan kamu terima adalah bentuk tanggung jawab, jangan berharap yang lain.” == Prabu Mahendra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Hamil

Ola memaksakan diri bekerja dengan kondisi tidak nyaman. Meski pusingnya berkurang, tapi mual dan gejolak di perutnya masih terasa. Ingin mengakhiri lebih awal, majikannya ada di unit. Tante Gladys sibuk live di aplikasi media sosialnya.

Sebisa mungkin Ola tidak ikut muncul, beberapa kali ia sering ikut terlibat dalam konten media sosial wanita itu.

“La, Ola sayang. Kita ke bawah yuk,” ajak Gladys.

“Mau apa tante?”

“Ada belanjaan aku, nanti kamu bawa ke sini aku jalan. Ada janji makan siang di luar,” ujar Gladys sambil memastikan penampilannya sudah sempurna.

“Siap, tante.”

Karena pergi bersama Gladys, meski Ola mengenakan seragam tidak masalah ia menggunakan lift khusus penghuni gedung. Ola berdiri mendampingi Gladys yang menunggu di lobby, berbincang dengan sesama penghuni lainnya.

“Nona Fiola.” Mendengar namanya disebut, ola pun menoleh dan tersenyum meski dalam hati merutuk.

“Selama siang, Om Arta.”

Pria bernama Arta itu tersenyum, Gladys pun ikut menyapa Arta dan menghampiri lalu berbincang dengan Arta meski tatapannya tertuju pada Ola.

“Kalian mau kemana?” tanya Arta kali ini menatap bergantian Gladys dan Ola.

“Makan siang,” sahut Gladys. “Ola mau ke atas lagi, ini masih jam kerja.”

“Nona Fiola, bagaimana kalau ….”

“Tidak bisa Arta, tidak bisa. Dia sibuk,” ujar Gladys menyela ucapan Arta sambil menggeleng.

“Biar Fiola yang jawab. Memang kamu pengacaranya.” Arta tertawa sumbang.

“Sebaiknya kamu urus masalahmu, sebelum aku panggil security. Jangan ganggu Fiola,” ujar Gladys.

Arta mengangkat kedua tangannya dan mengalah lalu mengedipkan mata pada Ola. “See you next time cantik.”

“Jangan percaya dia dan jangan mau ikut kalau dia mengajak kemana pun. Buaya darat, aku tahu sepak terjangnya dan kamu,” tunjuk Gladys ke arah Ola. “Tipe perempuan yang menarik untuknya. Cantik, polos dan sederhana. Kamu dengan aku?” tanya Gladys lirih.

“Dengar tante.”

“Good!”

Entah mimpi apa semalam, merasa hari ini tidak beruntung. Baru saja ketemu buaya darat, pandangan Ola tertuju pada seorang pria yang baru saja melewati pintu lobby. Prabu Mahendra. Lebih parah, Gladys mengenal pria itu dan menyapa sambil melambaikan tangan.

Prabu menghampiri lalu mereka berjabat tangan. Ola merasa tubuh Gladys terlalu kurus sama seperti dirinya, tidak memungkinkan untuknya sembunyi. Dari pada menatap pria itu, ia malah menunduk.

“Ah itu belanjaanku datang. Sukses terus Prabu, aku duluan.”

“Hm.”

“Ola, ayo.” Ola hanya mengangguk saat melewati Prabu yang masih menatapnya.

Ada beberapa paper bag yang Ola bawa kembali ke unit Gladys. Berharap sudah tidak ada Prabu di lobby lalu gegas menuju lift khusus karyawan.

Nyatanya Prabu masih berada di tempat itu, memandang dari jauh. Jantungnya berdebar saat melihat Ola, mungkin karena rasa bersalahnya. Semakin merasa bersalah saat ingat dia pernah menawarkan uang untuk tanggung jawab karena ulahnya.

“Dia … kurus sekali, tapi cantik,” gumam Prabu.

***

Seharian bekerja dengan rasa tidak nyaman, akhirnya Ola bisa pulang. Beruntung Gladys masih ada di luar, kalau tidak bisa jadi ia masih bertahan untuk lembur membantunya ini dan itu.

Meninggalkan unit sambil memijat dahi, kepalanya terasa berat dan berdenyut lagi. Setelah berganti seragam, Ola menghubungi Maya berharap dapat tumpangan untuk pulang. Dengan kondisinya yang tidak sehat, tidak berani untuk mengendarai motor sendiri.

“Gue udah pulang, dari tadi siang. Ada Pak Prabu di unit, jadi gue dibebastugaskan.”

“Oh,” ucap Ola. Tidak aneh dengan informasi Maya karena tadi siang dia bertemu dengan pria itu.

“Kenapa La?”

“Nggak pa-pa, tadinya mau ikut bareng.”

“Bareng sama Mas Denis aja,” ejek Maya di ujung sana sambil tergelak.

“Ogah. Ya udahlah.” Ola pun mengakhiri panggilan lalu menutup lokernya.

Tidak mungkin naik ojek, Ola memutuskan untuk pesan taksi online. Membuka aplikasi sambil berjalan. Mendadak langkahnya terhenti, ia merasakan lagi pandangannya berputar.

“Mbak Fiola.”

Terdengar suara, tapi pandangan Ola sudah tidak jelas. Tubuhnya terasa semakin lemas bagai jelly dan mendadak gelap.

***

Gama berjalan tergesa. Sejak tadi siang Prabu meninggalkan kantor karena tidak sehat, ia harus menggantikan pria itu. Khawatir butuh sesuatu, bahkan dihubungi saat dalam perjalanan, tapi Prabu tidak merespon.

Biasa parkir di basement, karena terburu-buru Gama parkir tidak jauh dari lobby. Dahinya mengernyit melihat seseorang yang dia kenal. Semakin dekat, terlihat ada yang tidak beres.

“Mbak Fiola,” panggilnya.

Tubuh Ola malah lunglai, beruntung Gama sigap. Kalau tidak bisa dipastikan Ola akan berakhir di lantai.

“Mbak Fiola,” panggil Gama sambil menepuk pipi Ola.

“Kenapa Mas?”

“Ini sepertinya pingsan,” jawab Gama saat security dan penghuni apart menghampirinya.

“Dibawa ke ruang karyawan saja, dia karyawan di sini. Biar saya bantu,” usul salah satu security.

Mendadak Gama tidak tega kalau Ola harus dipegang-pegang oleh para pria itu.

“Jangan, saya bawa ke dokter saja. Saya kenal dia,” ujar Gama. “Siapkan mobil saya.” Gama merogoh kantong celana dan menyerahkan kunci mobil pada security lalu menggendong tubuh Ola.

Rumah sakit terdekat adalah tujuan Gama. Entah mengapa perasaannya mengatakan harus melindungi wanita itu. Kalau saja ada petugas perempuan yang membantunya, mungkin tidak terlalu khawatir.

Sambil fokus mengemudi, sesekali Gama menatap mirror center melihat kondisi Ola yang dibaringkan dikabin tengah. Masih tidak sadarkan diri. Tidak sampai sepuluh menit, memasuki kawasan rumah sakit. Menuju UGD dan berhenti di sana.

“Mas, tolong!” teriak Gama saat keluar dari mobil.

Petugas medis membawa ranjang pasien, Gama memindahkan tubuh Ola ke sana.

“Tiba-tiba pingsan,” ucap Gama.

“Tunggu di sini, pasien akan diperiksa dulu.”

Ponsel Gama bergetar, ada panggilan masuk.

“Halo, pak,” sapa Gama. “saya di UGD rumah sakit.”

“Rumah sakit?” tanya Prabu di ujung sana.

Gama menjelaskan alasan dia berada di sana.

“Saya hubungi mbak Maya, setelah itu baru balik ke tempat bapak,” ucap Gama.

“Tunggu sampai Maya datang!” titah Prabu lagi.

Lima belas menit kemudian, Maya pun tiba. Dengan nafas terengah dia menanyakan di mana Ola.

“Masih di dalam,” jawab Gama menuju UGD.

“Astaga Ola, kenapa nggak bilang kalau lo lagi sakit,” gumam Maya lalu duduk di kursi stainless karena belum diperbolehkan bertemu Ola.

Gama menjauh karena fokus dengan ponselnya. Sebagai asisten Prabu tentu saja dia sangat sibuk, apalagi seharian ini membackup aktivitas atasannya.

“Keluarga Nona Fiola Ningrum.”

“Saya mbak,” ujar Maya menghampiri.

“Mbak keluarganya?”

“Iya, saya kerabatnya. Keluarganya di kampung,” jawab Maya lalu mengikuti perawat tadi menemui dokter.

Gama mengekor ke dalam, berdiri di balik tirai ikut mendengarkan penjelasan dokter.

“Ha-mil, dok? Teman saya hamil?”

“Betul. Untuk lebih jelas bisa konsultasi dengan poli obgyn. Sementara biarkan pasien di sini. Tekanan darah dan gula darahnya rendah, kurang asupan makanan. Bisa jadi karena awal kehamilan,” jelas dokter. “Kalau cairan infusnya habis baru pasien boleh pulang.”

Maya hanya mengangguk tidak bisa berkata-kata, pun saat perawat mengatakan agar mengurus administrasi dan menyerahkan formulir untuk dibawa ke kasir ia masih bingung.

“Biar saya yang urus,” ujar Gama mengambil form di tangan Maya.

1
Uthie
kirain Mas Gama pulang-pulang udah nikahin Maya secara pribadi ke keluarganya 😂

biar pulang-pulang langsung bisa dilanjut adegan godaan Maya nya 🤣
Uthie
Maya Kocak abisss 🤣
Uthie
Hahaha.... gemeshin banget mereka niii yaaa 😂😂
Adit monmon
menghayal nya ketinggian mel
MACA
ya udah kalo mau ikut jejak ola, mulai aja dr jd art
Julia Juliawati
dadar amel pny penyakit hati iri dengki susah klo ky gitu. dtg ke kota jd gembel kau. jgn smpe krj di tempat Prabu bisa" jd duri dlm rmh tangga ola
khyti
heh mel mel.. gak gitu jg konsepnya
takdir idup org beda² kelesss... gak harus jg sama. fiola itu sdari dlu dah kalian sakitin makanya skrg idupnya dikasih nikmat bahagia
lah kamu, org gakda syukur nya kok mau enak²nya saja. Prabu gak akan kasih lah apalagi kamu berpotensi pembawa bencana
Siti Dede
Nasib orang beda beda Markonaaaaah, orang baik hati dan tidak sombong aja belum tentu bernasib baik. Halu ketinggian
AstutieEcc
ngarep jadi Cinderella ya mel/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Hearty 💕
Nggak semudah itu kali Mel
Siti Hafsah
Amel²..kamu lupa,kamu itu tidak punya hati sebaik Ola,Jd jgn mimpi dpt pangeran atau sultan🤭🤭🤭
Esih Esih
alah s comel berharap kaya pergi ke jakarta gak tau nya jd gembel
Valen Angelina
waduh jgn deh kasih kerjaan .. dkat2 fiona pasti mau bikin ulah
Nur Adam
lnujut
Felycia R. Fernandez
judul nya ,Gibah ala Maya dan Ola kk Dtyas 😆😆😆😆🙏
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣
gara gara main air tuh...
Felycia R. Fernandez
semakin ya curhat nya May 😆😆😆😆
Felycia R. Fernandez
ntar,aku baca dulu ya kk,nanti aku kasi tau judulnya 🤣🤣🤣
Purnama Pasedu
maya kaget
hiro_yoshi74
ih nvak sabar nunggu bab selanjutnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!