NovelToon NovelToon
Dihamili Adik Angkat

Dihamili Adik Angkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Bad Boy / Office Romance
Popularitas:20.1k
Nilai: 5
Nama Author: Soufflenur

Dinda, wanita cantik berusia 25 tahun itu sangat menyayangi adik angkatnya yang bernama Rafly yang usianya lebih muda enam tahun darinya. Karena rasa sayangnya yang berlebihan itulah membuat Rafly malah jatuh cinta padanya. Suatu malam Rafly mendatangi kamar Dinda dan merekapun berakhir tidur bersama. Sejak saat itulah Rafly berani terang-terangan menunjukkan rasa cintanya pada Dinda, ia bahkan tak peduli kakak angkatnya itu sudah memiliki tunangan.

"Kamu harus putusin si Bara dan nikah sama aku, Dinda!" ucap Rafly.

"Aku nggak mungkin putusin Bara, aku cinta sama dia!" tolak Dinda.

"Bisa-bisanya kamu nolak aku padahal kamu lagi hamil anakku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soufflenur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dipaksa Melupakan

Dinda pun pulang lalu ia masuk ke dalam gudang, Rafly menoleh dan ia tersenyum lega melihat Dinda mendatanginya.

Dinda mengajak Rafly keluar namun ia menghindar ketika pemuda berkacamata itu berniat untuk memeluknya.

Rafly tampak kecewa. "Kenapa, sayang? Kamu nggak kangen sama aku? Padahal aku kangen banget sama kamu."

"Udah nggak usah banyak omong! Kamu mau keluar apa nggak nih kalau nggak mau ya udah aku kunciin lagi kamu di sini!" balas Dinda dengan sinis.

Ucapan sinis Dinda yang tak biasa itu tentu saja membuat Rafly terkejut. Mengapa sekarang wanita yang ia cintai itu malah bersikap dingin padanya.

Tanpa berkata apapun Dinda keluar dari gudang itu diikuti oleh Rafly.

"Apa yang terjadi sama kamu, Din? Kenapa kamu jadi cuek sama aku? Aku ini salah apa ke kamu?" tanya Rafly setelah ia dan Dinda berjalan beriringan menuju meja makan.

Namun Dinda diam saja, ia kemudian menyuruh Rafly untuk makan dulu namun Rafly menggelengkan kepalanya.

"Jawab aku dulu kamu kenapa? Kenapa kamu berubah kayak gitu? Bilang ada apa sama kamu?" tuntut Rafly.

"Aku bilang buruan kamu makan kamu kan belum makan."

Rafly menggenggam tangan Dinda ketika wanita itu berniat untuk pergi. Ia harus tahu apa yang sudah terjadi dengan Dinda.

Dinda menghentikan langkahnya dan ia menghela napas berat. "Lepasin!" perintahnya dingin.

"Jawab dulu ada apa, sayang?"

"Kamu tuh ngomong apa sih? Emang aku kenapa? Kamu liat aku ini baik-baik aja kan jadi ngapain kamu nanya pertanyaan yang nggak jelas kayak gitu!" balas Dinda sinis tanpa menoleh ke arah Rafly.

"Udah ya aku sibuk banget banyak banget kerjaan yang harus aku kerjain." Dinda melepaskan genggaman tangan Rafly lalu ia pun berlalu pergi meninggalkan Rafly yang terdiam itu.

"Gua harus cari tau sendiri," tekad Rafly.

Rafly merasa lega karena ia sudah bebas sekarang ini ia pun makan setelah itu ia akan kembali menanyakan apa yang terjadi dengan Dinda nanti.

Setelah Dinda masuk ke dalam kamarnya sendiri tangisannya pecah, ia menutup mulutnya guna untuk menutupi suara tangisnya itu. Betapa hatinya sakit saat bersikap sinis pada Rafly namun itulah yang harus ia lakukan meskipun terpaksa dan itu ia lakukan demi Rafly. Yang penting sekarang ini Rafly sudah bebas.

"Maafin aku, Raf," bisik Dinda pada angin.

Besoknya Rafly memang datang ke kamarnya Dinda namun ia tak dibukakan pintu. Ia tetap tak menyerah meski usahanya itu sia-sia. Ia tetap menunggu Dinda keluar. Dan ia pun menghampiri Dinda saat wanita itu baru saja keluar dari kamarnya itu.

"Aku mau ngomong sama kamu, Din," ucap Rafly.

"Tapi aku nggak bisa, aku sibuk banget kamu tau itu kan!" balas Dinda lalu ia pun berniat pergi. Ia menghela napas panjang ketika Rafly kembali menggenggam tangannya itu.

"Rafly lepasin! Aku nggak mau Mama Viona hukum kamu lagi gara-gara liat kita kayak gini!" ujar Dinda tegas.

"Biarin aja aku nggak takut yang penting aku pengen tau jawaban kamu, kamu itu kenapa? Kenapa sikap kamu berubah dalam semalam?"

"Kamu mau tau aku ini kenapa? Yakin kamu mau tau?" tanya Dinda dengan sinis dan Rafly mengangguk.

"Kalau gitu dengerin baik-baik, aku itu benci banget sama kamu jadi mulai sekarang stop ganggu aku terus menerus paham kamu!"

Rafly terkejut mendengar ucapan Dinda itu dan refleks ia melepaskan genggaman tangannya.

"Kamu tau rasa bosen nggak sih? Nah itu yang lagi aku rasain sekarang ini, aku udah bosen sama kamu, Raf. Bosen banget tau nggak!" ucap Dinda lagi kemudian ia berlalu pergi meninggalkan Rafly yang terguncang itu.

Rafly tampak shock, dan ia menunduk sedih.

"Nggak mungkin Dinda yang bilang kayak gitu, gua nggak percaya."

Meskipun Dinda sedih dan merasa bersalah pada Rafly atas ucapannya yang kasar itu namun ia tetap melanjutkan langkahnya lalu ia masuk ke dalam mobilnya. Tangisannya kembali pecah lalu ia menyandarkan punggungnya di kursi kemudi, ia menangis sejadi-jadinya.

Viona menyeruput tehnya dengan pelan, ia tampak duduk santai di sofa yang ada di dalam kamarnya itu.

"Sepertinya Dinda benar menepati janjinya itu, saya harus segera ngomong ke keluarganya Bara untuk membahas pernikahan antara Dinda dan Bara," ujar Viona.

Di tempat lain terlihat Bara yang sedang mabuk dan ditemani oleh banyak wanita di sekelilingnya itu. Ia berkali-kali berteriak marah lalu ia tertawa terbahak-bahak sudah seperti orang yang putus asa sekali.

"Kamu kenapa sayang? Kok tiba-tiba teriak terus teriak terus ketawa gitu?" tegur salah satu wanita itu.

Namun Bara malah membentaknya membuat wanita itu kaget lalu menunduk dan diam.

"Udah kalian nggak usah banyak omong! Kalian semua di sini itu udah gua bayar jadi nggak usah banyak nanya dah nggak usah kepo! Selama duit gua masih banyak gua bakalan aman kok!" seru Bara.

"Iya deh."

"Ya udah ayo lanjut kita bersenang-senang lagi!" seru Bara lagi yang dibalas sorakan dari para wanita muda itu.

Ibunya Bara yang melihat anaknya seperti itu tentu saja ia merasa sangat sedih dan terpukul. Ia juga tak tahu mengapa anaknya bisa seperti itu liarnya. Ketika ia ingin melarang anaknya itu namun ia takut Bara akan marah padanya. Tidak ia tak ingin merasa sakit hati lagi, setelah ia bercerai dari suaminya yang selingkuh itu sudah cukup membuatnya sakit hati dan ia tak ingin menambahnya lagi.

Siangnya Rafly mendatangi kantor Dinda, ia mengunci pintunya agar Dinda tak bisa kabur lagi saat mereka sedang mengobrol serius nantinya.

"Ngapain kamu ke sini hah? Aku kan udah bilang sama kamu jangan ganggu aku lagi!" bentak Dinda sambil mendelik marah melihat kedatangan Rafly yang tiba-tiba itu.

"Kamu tuh kenapa sih? Aku kan ke sini karena kangen sama kamu, sayang. Kamu pasti juga kangen sama aku kan?" balas Rafly dengan smirk bahkan ia membuka kancing kemejanya membuat Dinda terlihat panik namun ia menyukai ekspresi panik wanita cantik pujaan hatinya itu.

Dinda memegang pulpen di tangannya itu dengan erat, ia sedang menahan diri agar ia tak tergoda oleh bujuk rayu Rafly. Karena jika ia goyah maka semuanya akan berakhir sekarang. Walaupun sebenarnya itu sangatlah susah menahan diri, dan kebetulan juga sudah lama ia tak mendapatkan sentuhan dari pemuda itu. Ia menggigit bibirnya dengan pelan tanpa sadar.

Rafly tersenyum miring dan ia berjalan ke arah Dinda.

"Kamu mau ngapain?" pekik Dinda panik ketika Rafly sudah berdiri di hadapannya itu lalu pemuda itu mulai melepaskan ikat pinggangnya.

1
Irni Yusnita
biasa
mawar berduri
kak... singgah di halaman aku ya....
Sahna Yulianto
Buruk
Sahna Yulianto
Kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!