Dihamili Adik Angkat

Dihamili Adik Angkat

Malam Yang Dingin Itu

"Eh cupu ngapain lu di sini? Ganggu pemandangan aja lu dasar!" bentak teman kampus Rafly yang lain yang memang sering membuli dirinya itu.

Rafly hanya diam saja tak berani membalas hinaan itu.

"Dasar culun lu! Pergi lu dari sini!"

"Apa salah adik saya kok kalian ngatain begitu sih? Itu udah masuk pembulian namanya saya bisa loh laporin masalah ini ke pihak kampus biar kalian semua nggak ulangin kayak gitu lagi!" ancam Dinda kakak angkatnya Rafly yang tiba-tiba saja datang.

Rafly yang melihat kedatangan wanita cantik yang memakai dress selutut motif bunga itu tersenyum cerah dan ia bersembunyi di belakang Dinda.

Sedangkan mahasiswa lain yang tadi sudah membuli Rafly mereka pun menunduk takut.

"Ya udah kalau gitu saya minta maaf, Kak. Jangan laporin saya, kasihan orang tua saya di rumah yang udah biayain saya kuliah, Kak," ucap para pembuli itu memelas.

"Itu kalian tau kenapa malah kalian lakuin? Ngebully orang itu kan salah, masih aja kalian lakuin! Cepetan minta maaf ke Rafly bukan ke saya!" balas Dinda tegas.

Akhirnya para pembuli itu pun meminta maaf pada Rafly namun Rafly hanya diam saja meski ia kesal.

Setelah itu Dinda mengajak Rafly untuk pulang namun adik angkatnya itu memintanya untuk jangan pulang dulu, ia berkata ingin jalan-jalan bersama Dinda di mall. Ia pun tersenyum manis dan tentu saja menuruti kemauan adik angkat kesayangannya itu.

Setibanya di mall, Rafly dan Dinda jalan-jalan bersama keliling mall sambil bergandengan tangan. Memang mereka sudah terbiasa seperti itu, bahkan mereka terkadang saling melempar senyum.

Dinda mampir ke toko pakaian dalam karena ia teringat barang yang ia butuhkan, Rafly pun meski ia merasa malu namun ia ikut masuk ke dalam toko itu.

"Nah ini bagus nih!" seru Dinda begitu ia melihat ada dress namun sangat minim itu. Ia pun menyentuh gaun itu dan ia menyukai bahannya yang lembut dan dingin yang menurutnya pasti sangat nyaman bila dipakai.

"Kak Dinda ngapain beli baju kurang bahan kayak gitu?" tanya Rafly yang sepertinya tak suka melihatnya.

Dinda tersenyum nakal. "Ada deh," katanya. "Kamu nggak akan paham ini kan urusan perempuan."

"Tapi yang penting Kakak nggak akan pakai baju ginian di depan si Bara kan?"

Dinda menghela napas mendengar pertanyaan dari Rafly. "Ya bukan lah, Raf. Kamu tuh ada ada aja deh masa iya sih aku begitu kan malu."

"Bagus deh." Rafly tampak lega lalu ia tersenyum tipis.

Setelah itu Dinda pergi ke kasir untuk membayar gaun minim warna merah itu, barulah ia dan Rafly lanjut keliling lagi hingga akhirnya mereka berakhir di kafe karena Rafly merengek minta makan ia sangat lapar katanya.

Dinda tertawa kecil melihat cara makan Rafly yang sangat cepat dan berantakan itu.

"Pelan aja makannya, aku nggak bakalan minta kok!" gurau Dinda sambil mengusap saus yang menempel di pipi adiknya itu. Sedangkan Rafly hanya nyengir saja dan lanjut makan dengan lahap.

"Kenyang banget," ujar Rafly sambil mengusap-usap perutnya itu.

"Abis ini kita mau pergi ke mana lagi? Apa mau pulang aja?" tanya Dinda lalu ia menyeruput jusnya dengan anggun.

"Pulang aja deh."

Dinda mengangguk, ia kemudian tersenyum menatap adiknya yang menurutnya menggemaskan itu.

Merekapun pulang mengunakan mobil mewah yang Dinda kemudikan itu. Begitu mereka sampai rumah mereka dibuat terkejut oleh kemunculan Viona di depan pintu, ia adalah ibunya Rafly yang tampangnya memang selalu judes.

Rafly langsung menunduk takut lalu ia berdiri di belakang Dinda.

"Ngapain kamu jam segini baru pulang hah? Harusnya kan kamu udah pulang dari tadi! Pergi ke mana kamu hah?" tegur Viona.

"Maaf, Ma. Tapi aku yang ngajak Rafly jalan-jalan jadi aku minta sama Mama jangan marahin dia karena adik aku tuh nggak salah." Dinda menjelaskan.

"Kamu itu selalu aja belain dia, ngapain sih kamu terus menerus membela anak itu?"

DEG!

Rafly terdiam mendengar perkataan kasar yang Viona lontarkan padanya itu sungguh membuat hatinya sakit, ia pun masuk ke dalam rumah melewati Viona membuat ibunya itu semakin naik pitam.

"Dasar anak kurang ajar dia itu!"

"Mama kayaknya udah keterlaluan deh, Rafly itu adik aku dan dia itu bukan anak kurang ajar, Ma. Dia itu anak yang baik dan pinter," tegur Dinda karena menurutnya ibu angkatnya itu sudah sangat keterlaluan kali ini.

"Anak kurang ajar nggak sopan begitu kok kamu bilang baik."

"Aku mau ke kamar dulu," pamit Dinda dan ia berlalu pergi membuat Viona berdecak kesal.

Malam harinya Dinda merasa haus dan ia pun pergi ke dapur, dan ketika ia melewati kamar mandi yang ada di bawah ia terbelalak kaget melihat Rafly yang sedang tampak kedinginan dan pakaiannya pun basah kuyup itu. Ia pun khawatir dan berjalan cepat menghampiri adiknya itu.

"Rafly kamu kenapa? Kenapa kamu bisa basah kuyup kayak gini?" tanya Dinda cemas.

"Dingin, Kak..." lirih Rafly sambil memeluk dirinya sendiri dan badannya pun tak berhenti menggigil karena dingin.

"Ya udah kalau gitu kamu ikut aku," ajak Dinda.

Dinda kemudian mengantar Rafly ke kamar adiknya itu, ia mengurus adiknya dengan baik dan menyelimutinya. Setelah ia memastikan adiknya itu sudah terlelap ia pun kembali ke kamarnya sendiri.

Tengah malam Dinda terkejut saat mendengar ketukan pintu, ia bertanya-tanya dalam hatinya siapa yang datang ke kamarnya malam seperti ini. Dan ketika ia membuka pintunya ia dibuat terkejut melihat Rafly.

"Rafly?"

"Dingin banget, Kak. Aku boleh ya tidur di sini, please..."

Dinda terkejut mendengar permintaan Rafly, namun karena ia tak tega melihat keadaan adiknya yang masih menggigil itu ia pun mengangguk. Rafly mengucapkan terima kasih lalu ia berjalan menuju ranjang dipapah oleh Dinda.

Rafly berbaring di ranjang tidur milik Dinda, sedangkan Dinda mengambil selimut dan bantal yang membuatnya bingung.

"Kakak mau ke mana?"

"Aku tidur di sofa aja," balas Dinda pelan.

"Aku pergi ke kamar Kak Dinda karena minta ditemenin tidur biar aku nggak kedinginan lagi," ujar Rafly lirih.

Dinda terkejut mendengarnya. "Tapi..."

"Please, aku mau tidur sama Kakak, malem ini aja," pinta Rafly memelas.

Dinda pun tak tega, ia akhirnya berbaring di ranjang namun di pinggir.

Rafly kemudian bergerak menarik tubuh Dinda dan memeluknya membuat kakaknya itu memekik kaget.

"Dingin banget, Kak..." gumam Rafly sambil mengeratkan pelukannya itu, ia masih saja menggigil hebat membuat Dinda semakin cemas.

Dinda merasa gugup dan panik ketika Rafly berada di atas tubuhnya dan mendekatkan wajahnya, ia memejamkan matanya ketika bibirnya dicium oleh Rafly dengan lembut lama kelamaan menjadi liar.

"Boleh kan?" tanya Rafly dengan napas yang memburu, dan ketika Dinda mengangguk pelan ia pun mulai melampiaskan keinginannya yang terpendam selama ini pada wanita cantik itu.

Terpopuler

Comments

mawar berduri

mawar berduri

kak... singgah di halaman aku ya....

2025-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!