Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
Setelah urusan di kantor polisi selesai, Rayya merasa lega. Dia telah mengambil keputusan besar, dan meskipun suaminya, sebenarnya tidak sepenuhnya setuju, tapi pria itu tetap mendukungnya. Saka ingin Livia mendapat pelajaran yang lebih lama di penjara, tetapi ide dari Mama Lina terasa lebih masuk akal sekaligus mengerikan. Menghukum Livia melalui pandangan masyarakat akan menjadi tekanan yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan sekadar mendekam di balik jeruji besi.
Sesampainya di rumah, Mama Lina memutuskan untuk kembali menginap. Dia tidak ingin meninggalkan Rayya sendiri saat menghadapi masalah, dia ingin membantu dan menemani Rayya mengembalikan nama baik toko rotinya. Karena dia tidak ingin toko rotinya favoritnya akan gulung tikar begitu saja akibat perbuatan orang tak bertanggu jawab.
"Mama menginap disini lagi ya. Sambil menunggu papa pulang dari perjalanan luar negeri," ujarnya dan duduk santai di sofa ruang keluarga.
Mama Lina telah menyusun rencana matang untuk memulihkan nama baik toko roti milik menantunya. Ia tidak akan membiarkan Livia lolos begitu saja tanpa konsekuensi yang setimpal.
"Iya, ma, kapan pun mama mau menginap boleh saja. Ini kan juga rumah mana. " jawab Rayya sambil menghidangkan minuman dingin untuk mereka bertiga.
"Rayya benar, jika mama ingin menginap tinggal menginap saja. " sahut Saka yang ikut bergabung dengan istri dan mamanya.
"Baguslah, lalu kapan kamu akan membawa Rayya pulang ke rumah? " tanya Lina kemudian.
Saka langsung terdiam mendengar ucapan mamanya. Pasalnya dia sendiri belum mengatakan kepada Rayya tentang siapa dirinya yang sebenarnya dan juga keluarganya. Butuh waktu perlahan untuk mengatakan kepada Rayya tentang dirinya. Karena Saka belum begitu mengenal wanita seperti Rayya. Meski dihatinya dia sudah merasakan sebuah perasaan nyaman saat bersamanya.
"Nantilah ma, pasti aku akan membawa Rayya ke rumah. Untuk saat ini masih belum, karena aku masih sibuk." ujar Saka sambil memberikan isyarat kepada sang mama untuk tidak membahas hal ini.
Lina yang mengerti maksud anaknya hanya bisa terkekeh. Dia tau kalau Saka masih menyembunyikan tentang dirinya kepada Rayya. Entah kenapa putranya itu melakukan semua ini, pasti ada alasannya.
"Sayang apa kamu tidak berniat mencari pembantu di rumah ini? " tanya Lina mengalihkan percakapan mereka.
"Aku rasa untuk saat ini tidak perlu ma. Aku bisa melakukan semua sendiri jika hanya membersihkan rumah dan memasak. Aku sudah terbiasa dengan pekerjaa rumah tangga seperti itu. " jawab Rayya denga senyum lembutnya.
"Kamu memang beruntung Saka menemukan wanita sebaik Rayya, sudah cantik, mandiri dan bisa merawat rumah tangga. Sangat jarang kita menemukan wanita seperti itu di jaman sekarang. " ujar mama Lina.
Dan mendapatkan anggukan kepala dari Saka. Karena apa yang dikatakan oleh mamanya itu memang seratus persen benar. Jarang sekali dijaman sekarang kita bisa menemukan wanita yang serba bisa seperti Rayya.
*********
Di sisi lain, Livia akhirnya bisa kembali ke rumah setelah merasakan menginap di tahanan. Begitu memasuki ruang tamu, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk. Punggungnya terasa nyeri setelah merasakan tidur di lantai penjara yang dingin dan keras. Kelelahan menguasai tubuhnya, tetapi pikirannya terus berputar tentang balas dendam dan membalikkan keadaan.
"Sudah cukup aku dihukum," gumamnya pelan, menatap langit-langit. "Aku harus memulihkan reputasiku."
Tak lama kemudian, kedua orang tuanya duduk di dekatnya, menatap putri mereka dengan campuran rasa lega dan khawatir. Livia melirik mereka sebelum berbicara.
"Aku akan menghubungi Putra," katanya, suara penuh keyakinan. "Dia pasti merindukan ku."
Sejenak, keheningan memenuhi ruangan. Kalimat Livia menggantung di udara, dan reaksi orang tuanya membuatnya mengernyit curiga. Ayahnya menghela napas panjang, sementara ibunya menggigit bibir seakan menahan sesuatu.
"Ada apa?" tanya Livia curiga. "Kenapa kalian diam saja?"
"Livia…" Ibunya mencoba bicara dengan hati-hati, tetapi ayahnya memotong langsung.
"Putra memutuskan pertunangan kalian."
Dunia terasa berhenti berputar seketika bagi Livia. Wajahnya memucat, dan tatapannya membeku.
"Kalian bercanda, kan ayah, ibu?" suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.
"Tidak, Nak," jawab sang ibu lirih. "Mamanya Putra tidak mau memiliki menantu dengan catatan kriminal."
Livia terdiam lama. Kemarahan dan rasa tidak percaya bercampur aduk di dadanya. Putra, pria yang selama ini mencintainya, ternyata dengan mudah memutuskan hubungan mereka hanya karena satu kesalahan.
"Tidak bisa," gumam Livia sambil menggeleng. "Aku harus bicara dengannya. Dia tidak mungkin meninggalkanku begitu saja."
"Kami sudah mencoba bicara dengannya, tapi dia dan mamanya bersikeras memutuskan pertunangan kalian," kata ayahnya.
"Iya, malah mama Putra ingin anaknya itu kembali kepada Rayya dan menikah dengannya. " Arin sepertinya menyalakan percikan api dihati anaknya agar memanas
Mata Livia memanas, tetapi bukan karena sedih. Ini adalah penghinaan. Bagaimana mungkin putra dan Ibunya melakukan hal seperti ini. Membuangnya begitu saja saat tau kesuksesan Rayya dengan usaha bakerynya.
"Rayya, wanita itu. Kenapa selalu menganggu kehidupan ku. Tidak bisakah dia menjauh dari hidupnya dan membiarkannya hidup tenang dalam bayang-bayang dirinya.
"Aku tidak akan membiarkan Rayya hidup dengan tenang. " Kata Livia penuh kemarahan.
"Jangan melakukan apapun kepada Rayya, apa kamu lupa dengan surat kesepakatan yang sudah kamu tanda tangani tadi. Jangan sampai membuat Rayya kesal dan akhirnya memasukkanmu kedalam penjara lagi. " ujar Arin ibunya.
Mendengar ucapan ibunya, Livia mendengus kesal. Dia benar-benar lupa dengan kesepakatan yang baru saja dia tanda tangani tadi, dan mengingat sesuatu. Cepat-cepat dia mengambil ponselnya dan memastikan sesuatu.
Matanya benar-benar membulat sempurna saat melihat video tentang permintaan maaf dirinya sudah di tayangkan.
"Sial, ini benar-benar memalukan. Kenapa harus seperti ini sih. " ucapnya kesal.
Arin segera mengambil ponsel anaknya dan melihat apa yang membuat Livia terlihat begitu kesal. Dia juga terlihat shock ternyata video yang diambil tadi sudah diunggah di beberapa media sosial dan dibaca oleh ribuan orang.Dan pasti beberapa di antara mereka adalah tetangganya.
"Memalukan ini benar-benar memalukan. " ucap Irwan sang ayah. " aku kira video tadi hanya untuk pribadi dan bukti polisi. Tidak taunya diunggah seperti ini. Ini benar-benar sangat memalukan. Bagaimana jika tetangga pada tahu? "
"Duh, ibu sudah nggak bisa menunjukkan batang hidung ibu lagi kalau begini. " gumam Arin gelisah.
"Sudahlah masa bodoh dengan apa yang terjadi. Aku harus ke tempat Putra sekarang dan meminta penjelasan dari pria itu. " kata Livia dan segera beranjak dari duduknya menuju kamar untuk membersihkan dirinya.
***********
Sementara di rumah Rayya, Mama Lina mulai mengatur langkah-langkah untuk membalikkan keadaan. Dia tidak akan membiarkan usaha menantunya hancur begitu saja. Ia mulai menghubungi beberapa kenalan lama, tokoh masyarakat disekitar toko itu, dan media lokal yang dia kenal.
"Kita akan mengadakan acara amal besar di toko roti Rayya," ucapnya penuh semangat kepada Saka dan Rayya ketika makan malam. "Kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa kita tidak bersalah dan bangkit dari keterpurukan."
Rayya mengangguk, mulai melihat harapan di balik ide cemerlang ibu mertuanya. Acara amal itu bukan hanya untuk memulihkan nama baik toko mereka, tetapi juga membangun kembali kepercayaan pelanggan.