Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Bukan Vei!
Lion kembali ke Apartemen dengan keadaan mabuk berat. Airin yang sudah tidur terbangun saat mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Dia melihat suaminya yang berjalan sempoyongan.
"Kamu mabuk lagi?" Airin membantu memapah suaminya ke arah tempat tidur. "Kenapa selalu mabuk sih? Apa semua masalah hanya bisa diselesaikan dengan mabuk?"
Airin membuka baju suaminya dan mengambil air hangat juga lap untuk membersihkan tubuh suaminya yang bau alkohol ini. Meski sesekali tangan Lion menepisnya, tapi Airin tidak menyerah begitu saja.
"Aku bingung dengan kamu, bagaimana aku harus menghadapi kamu? Apa aku harus terus berusaha menjadi Vei agar kamu bisa melirikku?"
Airin mengelap tubuh suaminya dengan air mata yang menetes begitu saja mengenai dada suaminya. Isakan yang tidak bisa ditahan, melihat keadaan suaminya yang seperti ini, Airin juga bisa merasakan jika ada sebuah luka besar bagi Lion, yang sekarang dia lampiaskan pada Airin.
"Apa dia begitu menyakitimu?"
"Vei, jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu"
Airin tersenyum miris mendengar suaminya yang mengatakan itu. Bahkan disaat tidak sadar saja, memang hanya Vei yang ada dalam pikirannya. Tidak mungkin Airin bisa menggantikan posisi Vei yang sudah terlanjur melekat di hatinya.
"Lion, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Bisakah kamu mempunyai sedikit ruang untuk aku dihatimu?"
Airin menggantikan pakaian Lion, lalu menyelimutinya. Menatap wajah tampan suaminya yang tertidur sekarang. "Seandainya kamu tahu sebesar apa cintaku, aku berjuang mengejarmu satu tahun lamanya. Tapi, kamu sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk aku masuk ke dalam hatimu"
Airin kembali naik ke atas tempat tidur, menatap kembali pada suaminya. Dengan keberanian karena Lion yang sedang tidur, Airin beringsut mendekat dan memeluk suaminya. Menyandarkan kepalanya di dada bidang Lion.
"Aku ingin kamu bisa melihat cintaku, aku ingin kamu melihatku tanpa melihat Vei"
*
Lion terbangun saat merasakan sesuatu yang berat di dadanya. Ketika sadar ada seseorang yang tertidur di atas dadanya. Lion melihat wajah tenang Airin yang tertidur dengan memeluknya. Tangannya berada di dadanya juga. Lion meraih tangan yang diperban itu.
Lalu dia melirik ke arah foto yang terpajang di dinding kamar. "Vei, apa kamu sengaja membuat dia datang ke kehidupanku? Karena dia mempunyai kemiripan yang sangat intens denganmu?"
Lion menatap sudut mata Aruna yang terdapat tahi lalat kecil disana. Entah kenapa sejenak jantungnya berdebar kencang hanya karena melihat tahi lalat kecil itu. Tanpa sadar tangannya terangkat dan mengelus tahi lalat itu.
"Ternyata kau memiliki tahi lalat disini ya"
"Emh.." Elusan tangan Lion membuat Airin terbangun, dia langsung mendongak dan menatap wajah suaminya. "Eh, kamu sudah bangun ya. Maaf karena tidur di dada kamu"
Airin langsung bangun terduduk dengan menundukan kepalanya. Dia sangat takut Lion kembali marah.
"Kau tidak usah pergi bekerja hari ini, tanganmu juga terluka. Aku sudah berikan surat cuti pada Chris"
Airin hanya mengangguk saja, dia menatap suaminya yang turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah ruang ganti. Airin segera memegang pipinya yang terasa panas, jelas dia merasakan Lion mengelus pipinya tadi.
"Apa dia mulai menerimaku ya? Ah, jangan terlalu berharap lebih Airin! Nanti kau akan kecewa"
Airin pergi ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Pagi ini dia hanya berharap akan ada hari baik untuknya.
"Sarapan dulu"
Lion menoleh dan mengangguk, dia berjalan ke arah meja makan dan mengambil satu potong roti lapis yang dibuatkan oleh Airin.
"Kapan kau akan memotong rambutmu? Aku ingin melihatmu memotong rambut"
Senyuman Airin langsung memudar, ternyata apa yang dia harapkan sama sekali tidak terjadi. Nyatanya Lion masih menjadi seseorang yang terobsesi Airin menjadi mantan kekasihnya. Menjadikan Airin berpenampilan seperti orang lain.
"Aku tidak akan memotong rambutku! Aku ingin tetap seperti ini. Cukup cara berpakaianku yang harus aku ubah, tapi aku tidak ingin memotong rambutku!"
Wajah tenang Lion, seketika berubah dingin. Dia melempar roti lapis yang baru satu gigitan dia makan ke atas meja. "Jangan memancing amarahku. Kau harus menjadi Vei!"
"Aku bukan Vei, aku Airin. Dan aku tidak akan menjadi Vei"
Plak.. Satu tamparan mendarat keras di pipinya. Meninggalkan bekas kemerahan yang terasa panas.
"Berapa kali aku bilang, aku menikahimu karena kau mirip dengan Vei!"
Airin sama sekali tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Hatinya begitu hancur mendengar kalimat yang terus terucap dari bibir suaminya.
"Apapun yang terjadi, aku tidak akan mau menjadi Vei!"
Airin segera berlari masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan keras. Bersandar di pintu dengan tangisan yang pecah. Memegang pipinya yang terasa panas bekas tamparan dari suaminya.
"Aku bukan Vei, dan aku tidak mau menjadi orang lain"
*
Malam hari, meski sedikit tidak percaya diri untuk pergi bertemu sahabatnya. Memoles makeup sedikit tebal untuk menutupi pipinya yang memerah.
"Pakai gaun ini!" Lion melemparkan satu gaun berwarna sedikit gelap pada Airin yang sedang merias wajahnya di depan meja rias.
Airin menghela nafas, ketika dia sudah memakai pakaiannya sendiri. Tapi suaminya tetap harus menggantinya dengan pakaian yang dia pilih.
"Kenapa? Apa kau tidak mau memakainya?"
Airin tidak menjawab, dia mengambil gaun itu dan berjalan ke ruang ganti. Segera memakai gaun yang diberikan oleh suaminya.
"Beginikah penampilan perempuanmu itu?"
Airin mencoba tersenyum meski terasa kaku. Dia harus terlihat biasa-biasa saja di depan sahabatnya nanti. Jangan sampai dia membuat Yulita curiga.
Ketika sampai disana, Airin dan Lion sampai lebih dulu. Barulah pasangan Yulita dan Chris ikut datang. Saat Yulita datang, dia sudah menatap Airin dengan tatapan yang lekat.
"Rin, kamu baik-baik saja?"
Airin yang sedang mengajak main anak pertama Yulita yang baru berusia satu tahun lebih ini, langsung terdiam mendengar pertanyaan Yulita yang terlalu tiba-tiba.
"Aku baik Yul, memangnya aku kenapa? Bagaimana dengan kamu? Kehamilan kedua kamu bagaimana?"
"Ya seperti ini saja. Nanti kalau kamu hamil, kamu pasti merasakannya. Semoga kamu cepat menyusul ya"
Airin hanya tersenyum, bahkan dalam hatinya mengatakan jika dia tidak akan mengalami itu. Karena hubungan pernikahan yang seperti ini, mana mungkin suaminya akan membuatnya hamil.
Bersambung
Sumpah pas malem gue nulis bagian ini, nangis woy.. 😭
verina sudah sembuh yg di cari briyan,,mungkin selama ini si bryan yg slalu membantu dan slalu berada di samping verina sehingga nyaman bersama bryan....Airin dan verina sehat sehat berdua...semoga secepatnya di ketahui oleh ayah dan ibunya bahwa mereka saudara kembar...
is ok lah demi cinta habis itu pergi jauhhhhh SE jauh jauhnya ya Airin cari kehidupan baru move on