Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Sinar matahari sore menerpa wajah Delila yang terlihat sendu. Alan memperhatikan Delila yang berkali-kali mengusap pipinya dengan ibu jari. Alan yakin bahwa Delila tengah menangis saat ini.
Alan yang sudah tak tahan hingga akhirnya memasuki kamar Delila. Sementara Delila masih duduk terdiam belum sadar akan keberadaan Alan di kamarnya.
Alan pun berjalan mendekat tapi Delila masih asik dengan lamunannya. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat Delila yang sedang menonton berita tentang Lucas Wiratama di layar ponselnya.
Mendadak ada yang bergemuruh di dalam sana. Tiba-tiba hatinya terasa begitu panas, dadanya merasa sesak, dan juga hatinya begitu ngilu. Kedua tangannya mengepal kuat menahan emosi yang siap meledak. Entah kenapa Alan merasa begitu marah, rasanya begitu sakit saat ini.
Tak bisa di pungkiri bahwa rasa bencinya pada Lucas belum juga hilang. Terbukti saat ini kala dia melihat Delila yang masih melihat berita tentang Lucas. Alan sangat yakin jika saat ini rasa sakitnya itu karena Lucas telah merebut Luna.
"Delila!" panggil Alan dengan nada yang sedikit meninggi. Dia sudah tak bisa menahan diri lagi.
Delila pun terkejut dan segera menolehkan kepalanya.
"Eh Alan, kamu sudah pulang?" tanya Delila terkejut dan segera tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
"Iya, sejak tadi aku mengetuk pintu kamarmu berkali-kali tapi kamu malah asik melamun sambil melihat hp sampai nggak sadar aku masuk ke kamarmu," ucap Alan penuh sindiran. Entah kenapa dia merasa kesal pada Delila saat ini.
Mendengar itu Delila segera menekan tombol home agar tampilan layarnya kembali ke tampilan awal. Delila terlihat gugup dan panik saat melakukan itu.
"Mmm ... aku cuma baca berita dan gosip aja. Maaf aku nggak tahu kalau kamu pulang sore," ucap Delila penuh sesal.
"Its ok Delila, aku ngerti kok. Harusnya aku yang minta maaf karena telah lancang masuk ke kamar kamu. Aku hanya merasa kehilangan karena bukan kamu yang nyambut aku di luar dan ternyata malah asik melamun disini." Alan kembali berucap dengan nada sindiran. Dia sendiri pun tak mengerti kenapa dia bisa merasa marah seperti ini.
"Ya udah aku mau mandi dan ganti baju dulu." Lanjutnya yang kemudian berjalan keluar meninggalkan Delila begitu saja.
"Alan, mau aku buatkan kopi?" tanya Delila takut-takut. Dia tahu kalau sikap akan sedikit berubah.
"Tak usah, bentar lagi aku mau keluar," jawab Alan tanpa menoleh. Dia pergi dengan perasaan dongkol di hatinya.
"Kamu mau kemana?" tanya Delila lagi tapi Alan tak meresponnya. Dia melanjutkan langkahnya hingga menghilang di balik pintu.
Delila terdiam untuk beberapa saat. Dia memikirkan hal apa yang telah membuat Alan bersikap seperti itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Apa Alan tadi melihat berita tentang Lucas?" gumam Delila sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Ah kalau memang benar, pasti aku telah mengingatkannya pada Luna," lirih Delila dengan perasaan penuh sesal.
"Ya, pasti karena itu," Delila membenarkan pikirannya tentang apa yang mempengaruhi perubahan sikap suaminya itu.
🌷🌷🌷
Sementara di kamarnya, tampak Alan melemparkan jas nya dengan asal. Begitu juga dengan sepatunya yang bernasib sama. Alan melemparkan nya ke sembarang arah.
Alan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan memijit pelipisnya yang terasa ngilu.
"Ada apa denganku?" gumam Alan yang masih bingung dengan dirinya.
Kenapa dadanya masih terasa panas dan sesak, hatinya terbakar oleh sesuatu. Mungkinkah rasa bencinya pada Lucas yang sangat luar biasa? Atau justru karena hal lain? Apa karena dia mulai ingat dengan Luna? Ah bukan! Buka karena itu, bahkan dia merasa biasa-biasa saja saat nama Luna muncul di pikirannya.
"Arrrghh shit!" umpat Alan sembari meraup kasar wajahnya yang begitu frustasi. Dia segera beranjak dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Berharap guyuran air dingin bisa mendinginkan hatinya yang terasa panas saat ini.
Cukup lama di bawah guyuran air yang membasahi tubuh polosnya. Sekilas bayangan Delila yang menangis memenuhi isi kepalanya.
Bukan Lucas ataupun Luna, tapi .... Delila. Ya Delila lah yang saat ini dia pikirkan.
"Tidak, aku tidak mungkin cemburu kan? Delila hanya sebatas teman, dan tak mungkin aku cemburu padanya," gumam Alan berusaha menepis perasaannya itu. Kedua tangannya mengepal, dia memukuli dinding untuk melampiaskan kekesalannya.
Kini Alan sudah bersiap untuk pergi. Entah kemana itu dia pun tak tahu, yang penting saat ini dia tak bertemu dengan Delila. Alan takut kalau tak bisa menahan diri kalau berdekatan dengan istrinya. Takut kalau emosinya meledak sedangkan Delila tak tahu apa paa alasannya.
Sementara Delila tengah menunggu dengan perasaan cemas di ruang tv yang berada di luar kamarnya. Meskipun Alan tak mengatakan apapun, tapi Delila cukup sadar bahwa ada yang tidak beres dengan suaminya itu.
"Alan, mau kemana?" tanya Delila ketika melihat Alan yang keluar dari kamarnya. Tampak Alan yang sudah rapi dengan memakai celana jeans, kaos hitam, dan juga jaket. Delila tahu kalau Alan akan pergi.
"Ketemu teman," jawab Alan singkat tak seperti biasanya.
Jauh di dalam lubuk hatinya, ingin sekali Delila bertanya pada Alan. Tapi semua itu dia urungkan karena tak ingin Alan beranggapan bahwa dirinya terlalu bersikap ikut campur. Meskipun statusnya sudah suami istri tapi keduanya tetap ingat dengan batasan yang tak kasat mata di antara keduanya. Dengan berat hati Delila memutuskan untuk diam.
"Aku akan pulang larut malam." Lanjutnya lagi kemudian berjalan menuju tangga tanpa menolehkan wajahnya. Alan terus berjalan tanpa mempedulikan keberadaan Delila di sana.
Tiba-tiba ada rasa sakit yang menjalar memasuki celah hatinya. Dulu Alan pernah bersikap dingin di awal pernikahannya, tapi sekarang keadaannya berbeda. Delila merasa sedih dengan apa yang di lakukan Alan padanya.
Setelah kepergian Alan, Delila segera beranjak dan berjalan memasuki kamarnya. Tampak Delila yang tengah berbaring di atas ranjang dengan ponsel dalam genggamannya.
Delila berusaha mengalihkan pikirannya dengan melakukan banyak hal pada ponselnya. Tapi, semua itu nihil bayangan Alan terus menari-nari di kepalanya. Dia terus memikirkan apa yang membuat Alan bersikap seperti itu.
🌷🌷🌷
Di sisi lain, Alan tengah berputar-putar tak tentu arah. Hingga akhirnya dia menghentikan mobilnya di sebuah cafe yang cukup ternama. Dia berjalan dengan langkah gontai memasuki cafe itu dan memilih tempat duduk berada di sudut paling ujung.
Tak berselang lama minuman yang di pesan pun telah tiba. Namun belum sempat menikmati minumannya, dia kembali memanggil pelayan yang meletakkan minumannya di atas meja.
"Mas, kayak nya salah meja deh. Saya nggak pesan ini."
.
.
.
🌷Bersambung🌷
yah dah di pastikan ini mah novel sering tahan nafas 😁😁😁😁
pantes kalau Lucas sma Luna