Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Rose
“Gisella cepatlah atau aku akan meninggalkan mu!” teriak Rose saat Ia menurunkan kaca mobil sedikit untuk melihat Gisella.
“Sebentar-sebentar, Rose aku kesulitan sekarang.” ucapnya dengan terengah-engah, Gisella berusaha untuk memakai sepatu hak tingginya dengan benar sambil berjalan menuju mobil yang sudah menunggu
Rose hanya bisa menghela nafas panjang menyadarkan tubuhnya sepenuhnya ke belakang dengan perasaan marah.
Gisella segera membuka pintu mobil lalu duduk di kursi penumpang dengan acak-acakan, Ia meletakkan barang bawaannya ke sembarangan arah, lalu mengatur nafasnya dengan duduk diam.
“Jika kau seperti ini lagi aku akan meninggalkan mu tidak peduli apa pun yang akan terjadi.” desis Gisella dengan raut wajah kesal menyilangkan tangannya di depan dadanya.
Gisella mencondongkan tubuhnya perlahan, Ia meletakkan dagunya di atas bahu Rose lalu berbisik di telinga kakaknya.
“Kau terlihat seksi saat marah Rose, aku yakin para bangsawan di sana akan terpikat dengan kecantikan mu itu... Jadi jangan marah-marah Kakak ku, karena wajah bahagiamu jauh lebih seksi dan hot.” Gisella dengan sengaja mengembuskan napas setiap perkataannya di telinga Rose.
Rose melirik ke arah Gisella dengan sinis dan dingin memalui cermin mobil yang menghadap langsung pada Gisella.
“menjauh dariku sebelum ku patahkan lehermu.” desisnya meneteskan peringatan keras kepala Gisella.
Gisella yang mendengar perkataan itu, hanya bisa segera mundur, lalu tertawa canggung dengan mengaruk pipinya beberapa kali.
David yang melihat kejadian itu tidak bisa menahan senyuman di wajahnya yang seharusnya dia sembunyikan karena tahu Rose sedang suasana hati yang buruk, dia kembali fokus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Gisella kini sedang meraba-raba isi tasnya berniat untuk memakai parfum favoritnya sekarang, namun setelah penggeledahan yang cukup lama, dia sadar bahwa dia meninggalkannya di atas meja riasnya.
“oh tidak Parfum ku ketinggalan di rumah, David putar balik mobilnya aku ingin mengambil parfum ku sekarang.”
Rose segera membantah Gisella dengan berkata ke pada David.
“Jangan putar balik, sudah terlambat sekarang kita sudah tidak ada waktu lagi.” Katanya sambil memandangi pepohonan yang rindang di sekeliling mobil mereka.
“tapi kakak itu Parfum favoritku, barang itu tidak ada yang menjualnya di sana, aku ingin memakainya saat di pesta.” gumam Rosella dengan nada sedih yang di buat-buatnya.
“Kevin juga memiliki itu, minta saja padanya nanti.” Usul Rose.
Senyuman licik mulai berbentuk di bibir montok Gisella, terdengar juga suara cekikikan kecil di sana.
“Kau benar Kevin juga memilikinya, ah peluang yang bagus.”
Rose hanya bisa melirik ke arah Gisella melalui cermin mobil, dia melihat wajah licik Gisella terpasang di sana.
Gisella mulai menyandarkan kepalanya di kaca mobil menikmati pohon-pohon besar dan hawa dingin yang menyelimuti perjalanan mereka, perlahan kelopak matanya pun mulai terasa berat menit tiap menitnya, menutup mata sepenuhnya Gisella tertidur dengan pulas dan tidak menyadari apa pun lagi.
“sudah tertidur.” gumam Rose saat melihat sedikit ke belakang kursi penumpang.
“Mungkin nona Gisella sudah kelelahan sayang, setelah persiapan yang begitu rumit dan menyusahkannya.” balas David menatap Rose dengan tersenyum.
“itu mungkin dia terlalu bersemangat tadi, namun aku bahkan tidak tahu apa yang dia bawa.” Rose pun mulai menguap merasa kelopak matanya juga semakin berat.
“kau juga harus tidur kan, kau juga lelah sayang setelah mengurus semuanya dengan sendiri, kemari dan sandarkan kepala mu pada lenganku ku.” David sedikit bergeser berupaya untuk lebih dekat dengan Gisella.
Rose pun mulai menyandarkan kepalanya pada lengan David, bergeser sedikit mencari posisi yang nyaman, dia pun kembali menguap yang membuat mata Rose berkaca-kaca.
*Mhm... Sayang, jika sudah berada di pesta nanti jangan terlalu genit oke, kau tahu bagaimana pencemburunya aku saat menyangkut tentang mu.”bisiknya pelan di ujung kepala Rose sambil menciumnya beberapa kali.
“aku tahu... Aku juga tidak akan pernah macam-macam.” Suara Rose terdengar semakin tidak jelas akibat rasa kantuknya, Ia pun mulai menutup matanya perlahan, tertidur di lengan David dengan damai.
tidak ingin membuat Rose terbangun, David pun menurunkan kecepatannya sedikit, mengemudi dengan sangat berhati-hati dan waspada.
Setelah beberapa saat berlaku, gerimis hujan menemani mereka, Rose terlihat masi tertidur sedangkan Gisella mulai terbangun dari tidurnya akibat kedinginan.
"David kau sudah membawa selimut yang aku titipkan dari pelayan kan, dimana selimutnya aku ingin pakai sekarang." tanyanya dengan mengantuk.
"ya nyonya, selimut itu ada di belakang bangku mu, tidak jauh anda bisa mengulurkan tangan dan mengambilnya."
Gisella menggeserkan badanya sedikit mengulurkan tangannya untuk meraba-raba tampa melihat, merasakan kain lembut menyentuh telapak tangannya, Gisella pun mulai menarik ke atas membuka gulungan selimut lalu segera menyelimuti tubuhnya yang sudah kedinginan.
"huft syukurlah...." gumanya sendiri.
saat Gisella bersiap akan tidur lagi, dia sekelas melihat kakaknya yang kini sedang bersandar pada David, mata Gisella langgsung terbuka penuh menyerbu kedepan mereka.
"apa-apaan ini, mengapa Rose tertidur di lengan mu, ini bisa membuat Rose menjadi perbincangan di para bangsawan jika mereka melihatnya." Gisella segera bersiap ingin menjauhkan kakaknya dari David.
"sebentar Gisella jangan salah paham, mungkin nona Rose hanya tidak sadar saat melakukannya, dia sudah sangat kelelahan dengan pekerjaan yang di serahkan sepenuhnya kepadanya, kan nona Gisella.. jadi biarkan Rose beristirahat dengan tenang untuk memulihkan energinya kembali."ujar David.
Gisella terdiam saat memandangi wajah Rose yang tertidur pulas di sana, perkataan David benar apa adanya, Rose lah yang menyiapkan semuanya dengan sendiri tanpa bantuan siapa pun.
"tentu saja saya akan membangunkan nona Rose saat kita akan sampai, tenang saja nona Gisella, saya juga tidak ingin menimbulkan konflik apa pun, terutama tentang seorang gadis yang berbakat dengan seorang sopir." ucap David tersenyum pahit saat merendahkan dirinya sendiri.
"baiklah, aku mengerti, bagus jika kau sudah sadar, ibu ku berniat akan menjodohkan Rose dengan seseorang yang setara dengannya." Gisella pun kembali menyandarkan tubuhnya, meringkuk di balik selimut miliknya, menutup matanya perlahan mencoba untuk tertidur kembali.
Cekraman David pada setir mobil mulai mengencang hingga jari-jarinya memutih di sana saat mendengarkan perkataan Gisella, hatinya sangat sakit mengetahui perjodohan yang akan dan akan memisahkan mereka berdua, namun dia hanya bisa tersenyum melirik ke arah wajah Rose yang damai, bagaimana pun juga dia hanya ingin yang terbaik untuk Kekasihnya meskipun harus merelakannya cintanya sendiri.
mobil terus melaju membawa mereka bertiga semakin dekat dengan castel Kevin, cahaya lampu mulai terlihat dari kejauhan, David pun membelokkan setir mobilnya memasuki kawasan Kevin.