NovelToon NovelToon
Cinta Di Ujung Senja

Cinta Di Ujung Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: LaLibra

Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Talak

Shima merasakan dadanya semakin sesak karena terlalu lama menangis. Matanya berubah menjadi sebesar bola tenis. Ia berbaring di kamar yang dulu ia pernah tinggali bersama Cello. Sedangkan Kim dan Andre memutuskan untuk kembali ke kota.

Shima masih saja memikirkan Cello walaupun perkataan suaminya tersebut sangat melukai hatinya. Sangat disayangkan jika pernikahannya yang belum genap 2 bulan sudah diujung perceraian. Apalagi mengingat jika anaknya nanti akan lahir tanpa sosok ayah. Anaknya akan tumbuh tanpa orang tua yang genap. Memikirkan hal itu membuat Shima jadi merindukan ayahnya dan ia menangis lagi. Mungkin esok, ia akan mengunjungi makam ayahnya.

____________

Malam berlalu begitu cepat. Shima terbangun dengan wajah bantal khas orang bangun tidur. Ia berjalan menuju kamar mandi, namun belum sempat sampai, ia merasakan celananya basah seperti ngompol. Perutnya mendadak melilit dan saat ia memeriksa ternyata celananya sudah penuh dengan darah.

Shima menjerit dan berteriak memanggil Santi.

"Mbaaak.. Mbaaak Santi"

Santi berlari tergopoh menghampiri Shima di kamarnya.

"Ada ap... " Belum sempat ia bertanya ia mendadak lemas saat melihat Shima berlumuran darah.

"Kamu kenapa Shima? " Santi menangis dan membawa Shima agar bersandar di bahunya.

"Perutku sakit mbak hiiiikkkssss.. Hiikkksss"

"Pak Dirmaaaaaan.. Bii Nuurrr"

Santi memanggil semua orang yang ada di rumah.

Bi Nur dan Pak Dirman berlari tergesa menghampiri arah suara majikannya memanggil.

Shima yang sudah terkulai lemas, di bopong dan di bawa ke klinik. Sampai di Klinik, Dokter memeriksa kandungan Shima, dan segera melakukan tindakan.

Santi dan Bi Nur menangis terisak. Mereka takut jikalau sampai terjadi apa- apa dengan Shima. Waktu berjalan terasa sangat lambat. Detik jarum jam semakin membuat suasana jadi menakutkan. Santi dan Bi Nur tak henti memohon pada Tuhan, agar Shima dan bayinya diselamatkan.

Dokter yang selesai memeriksa Shima pun akhirnya keluar.

"Bagaimana kondisi Adik saya Dok?" Santi bercucuran air mata.

"Pasien mengalami pendarahan. Syukurlah segera dibawa kemari, sehingga ibu dan bayinya bisa kami selamatkan"

Santi merasakan lega setelah sekian lama dadanya bagai di timpa beban berat.

"Lalu bagaimana adik saya Dok? Apa saya sudah bisa menemuinya di dalam?

" Biarkan pasien istirahat dulu ya Bu. Setelah kondisinya stabil dan siuman, baru Ibu boleh masuk ke dalam. Kalau begitu saya tinggal dulu, permisi"

Santi mengangguk pada Dokter.

Bi Nur yang sedari tadi hanya menangis, kini sudah bisa bernafas lega walaupun di hatinya masih menyimpan rasa sakit, karena disaat kondisi Shima yang seperti sekarang, Ibunya entah dimana berada.

Melihat kondisi Santi yang pucat seperti tak dialiri aliran darah, Bi Nur mengajak Santi untuk duduk di kursi tunggu.

"Bu, apa Pak Devan sudah diberi tahu? "

Santi baru teringat jika ia belum mengabari Devan sama sekali.

"Belum Biii, saya terlalu panik. Saya akan kabari mas Devan dulu"

Santi merogoh gawai di dalam tasnya. Ia mencoba membuat panggilan dengan Devan tapi tidak dijawab sama sekali. Sepertinya Devan sedang dalam perjalanan.

_______________

Devan tiba dirumah Cello dan segera menghampiri adiknya.

"Cell.. " Devan membangunkan Cello yang masih tidur.

Cello bermimpi indah. Cello melihat dirinya waktu kecil sedang berada tak jauh dengan ayah dan ibunya. Ia berlari hendak menghampiri kedua orang tuanya. Namun belum sampai ia pada bangku dimana orang tuanya duduk, ayah Cello bangkit dan memberi tanda untuk Cello berhenti. Cello berhenti dan melihat Ayahnya menuntun gadis yang sejak tadi berada di balik pohon. Shima? Gadis itu menuntun anak laki - laki yang rupanya persis dengan dirinya.

"Cell.. Bangunnn.. Kakak siram ya kalau kamu gak bangun sekarang juga. "

Cello sayup - sayup mendengar suara kakaknya memanggil. Ia membuka matanya perlahan.

"Kakak? Pagi buta sudah sampai disini? Kakak gak ada kerjaan lain? "

"Kakak mau bicara serius" Devan mulai merubah ekspresi wajahnya.

"Apa? Tentang Shima? Dia ngadu ke kakak? Pergi kemana dia kak? "

"Cell.. Shima pulang ke kampung. Ia mendapati fakta bahwa ibunya pergi dengan suami barunya. Rumah dan tanah mereka sudah di jual. Dan satu lagi, Shima meminta kakak untuk mengurus perceraian kalian"

Cello hanya diam mematung. Ada sedikit rasa tercubit di hatinya namun rasa itu kalah dengan ego yang besar melebihi bus gandeng.

"Aku akan menyetujuinya Kak"

"Shima tengah hamil Cell, anak kamu bagaimana? " Ucap Devan lemah.

"Belum tentu juga itu anakku"

Devan rasanya ingin mencelupkan wajah adiknya ke dalam kloset.

"Kalau ternyata itu anakmu? Bagaimana? Atau jangan - jangan, kamu akan kembali pada Alina? " Devan geram juga lama - lama.

"Aku akan tes DNA saat anak itu lahir. Dan untuk Alina, aku memang masih ada rasa padanya tapi bukan berarti aku akan kembali"

Devan stress sendiri. Devan mengajak pulang Cello untuk menyelesaikan masalahnya walaupun penuh drama Cello yang tidak mau bertemu lagi dengan Shima. Devan duduk dibalik kemudi dan memasangkan sabuk pengaman pada Cello. Ia pun memeriksa ponselnya dan mendapati banyak notif dari aplikasi chat miliknya. Ada 5 panggilan dari Santi. Ia membuka kolom chatnya dan membacanya satu persatu.

Devan terkejut mengetahui Shima pendarahan.

"Shima pendarahan Cell"

Cello acuh tak peduli. Devan mendesah berat.

___________

Pagi yang cerah, mobil Devan membelah jalanan kota.

Hiruk pikuk dan banyaknya lalu lalang aktifitas manusia yang sibuk, mewarnai perjalanan mereka pagi itu.

Baik Cello maupun Devan tidak ada yang berbicara sepatah katapun.

Di klinik.

Devan segera menemui Santi. Santi menangis dipelukan Devan. Beban di dadanya seolah hilang saat melihat suaminya. Memang benar jika suamimu sangat menyayangimu, akan selalu memberi rasa aman dan nyaman untukmu.

Dengan langkah tertatih, Cello masuk ke ruang dimana Shima terbaring lemah. Shima telah sadar dan sudah boleh dikunjungi. Ia mendekati brangkar dimana Shima terbaring lemah. Shima terlonjak kaget mendapati Cello ada di ruangannya tersebut.

"Kamu selalu merepotkan kakakku. Sekarang apa maumu? Akan aku kabulkan segera. Kamu marah saat aku mengatakan itu bukan anakku. Aku akan tes DNA saat anak itu lahir. Aku akan menerimanya jika ia memang anakku. Tapi jika ia bukan anakku, kamu akan melihat betapa kejamnya aku" Ucap Cello dingin.

"Tidak perlu susah payah tes DNA mas. Ini memang bukan anakmu. Sekarang juga ceraikan aku. Aku akan pergi jauh setelah ini" Timpal Shima tanpa air mata sedikitpun.

"Sekarang kamu mengaku juga kalau dia bukan anakku. Baiklah, Shima Kinara Aisyah binti Jatmiko, mulai sekarang kamu bukan istriku lagi. Dan untuk berkasnya, biar aku yang urus saat anak harammu sudah lahir nanti. Karena akan sangat merepotkan mengajukan perceraian jika kamu tengah mengandung walaupun itu bukan anakku"

Cello meninggalkan Shima dan saat pintu tertutup kembali, deraian air mata Shima menganak sungai.

Cello menemui Devan dan Santi.

"Shima bukan lagi istriku kak, dan akhirnya ia mengaku jika yang dikandungnya bukan anakku"

Devan menyeringai.

"Dan kamu percaya? Semoga saja Tuhan membuka matamu suatu hari nanti. Dan asal kamu tahu, kakak yakin jika saat itu tiba, Shima sudah tidak akan bisa kamu gapai kembali."

__________________

Kim yang sedang tertidur dikejutkan dengan datangnya Aditya ke kamarnya. Ia tengah bermimpi indah bertemu Shima, tapi mendadak hilang karena sepupunya yang paling baik sedunia membangunkannya.

"Kiiiiim.. Banguuunnn.. "

"Heeemmmh" Hanyan gumaman saja yang Aditya dapat.

"Heeehhh.. Bangun.. Tante Sofie telpon gua, nanyain lu. Emang ponsel lu kemana d0d0l? "

Aditya menggoyangkan kaki Kim dengan kakinya.

"Biarin aja kenapa sih Dit" Jawab Kim dengan malas.

"Lu gua hitung sampai tiga, kalau gak bangun juga. Gua bilangin tante yaa, kalau lu suka sama bini orang"

Mata Kim yang semula ngantuk, menjadi hilang seketika. Ia segera bangkit dari mimpi indahnya dan menatap Aditya horor.

"Kamu bilang apa sama Mama? "

"Hehehe.. " Aditya memamerkan giginya, dan beringsut mundur perlahan. Dari ponsel Aditya, terdengar lengkingan yang memekakkan gendang telinga.

"Istri siapa yang kamu suka Kim? Kamu mau jadi pe_bin-or? Pulang sekarang ! Mama mau bicara sama kamu! "

Aditya memandangi ponselnya yang lupa ia matikan saat tantenya, menelponnya tadi. Aditya lalu memandang ke arah Kim yang sudah mengeluarkan asap dari kedua lubang hidungnya, siap menerjang Aditya.

1
shabiraalea
🌹untukmu kak
LaLibra: terima kasih kakak sayang 🥰
total 1 replies
LaLibra
Bagus, seperti kisah nyata
LaLibra
Hayuk komen yang banyak dong guys!
Blush✨☃️
Jleb!
LaLibra: /Heart/
total 1 replies
Celty Sturluson
Aku jadi pengen jadi tokoh di cerita ini!
LaLibra: 🥰
terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!