NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Dosen

Menikah Dengan Dosen

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikah Kontrak
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Demi melanjutkan hidup, Hanum terpaksa melarikan diri keluar kota untuk menghindari niat buruk ayah dan ibu tiri yang ingin menjualnya demi memperbanyak kekayaan. Namun siapa sangka kedatangannya ke kota itu justru mempertemukannya dengan cinta masa kecilnya yang kini telah menjadi dosen. Perjalanan hidup yang penuh lika-liku justru membawa mereka ke ranah pernikahan yang membuat hidup mereka rumit. Perbedaan usia, masalah keluarga, status, masa lalu Abyan, dan cinta segitiga pun turut menjadi bumbu dalam setiap bab kisah mereka. Lalu gimana rasanya menikah dengan dosen? Rasanya seperti kamu menjadi Lidya Hanum.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Thirty Four

Abyan sangat gugup, ia sudah merapikan kemejanya berkali-kali padahal sudah terlihat sangat rapi. Hari ini ia akan membawa Zea ke hadapan keluarga nya. Semoga rencananya berjalan dengan lancar, dan semoga ayahnya tidak melontarkan pertanyaan di luar nalar.

Abyan menoleh ke samping kanannya, memperhatikan Zea sudah siap dengan dress sederhana yang indah. Rambutnya digerai dengan pita berwarna putih dijepit di belakang rambutnya.

Dia terlihat sangat cantik, namun bukan itu yang ia pikirkan. Ia memperhatikan sepertinya gadis itu terlihat sedikit gugup.

"Lo gak perlu tegang, kita udah belajar kan? Lo ingat kan harus jawab apa?" Tanya Abyan.

"Iyah Lo tenang aja, gue bisa kok ngadapin keluarga Lo, sebelumnya kan udah pernah ketemu juga waktu itu kuliah bareng. Yang ada lo tuh yang gugup nya kebangetan sampai keringatan kayak gitu" Zea menunjuk pelipis Abyan.

"Oh iya?"

Abyan ingin mengelap pelipisnya dengan lengan kemejanya, namun Zea mencegahnya

"Eh jangan..."

Zea dengan sigap mengelap pelipis Abyan dengan tisu.

"Gue bisa sendiri" Abyan langsung mengambil tisu itu dari tangan Zea.

"Oh oke"

Abyan mengelap keringatnya.

"Sorry kalau gue lancang" ucap Zea.

"It's okay" ucap Abyan.

Situasi menjadi canggung, mereka saling diam tanpa menatap. Tak lama kemudian Darren datang dengan mobilnya.

"Sorry, udah buat kalian nunggu lama"

Darren menurunkan jendela mobilnya dan melihat calon pasutri itu berdiri berjauhan. Darren menepuk jidatnya pelan.

"Ini seriusan?" Tanya Darren.

"Apanya?" Abyan bertanya balik dengan wajah ketus nya.

"Kalian seriusan pasangan calon suami istri? Berdirinya jauh jauhan gitu?"

Zea hanya tersenyum.

"Memangnya harus gimana?" Tanya Abyan.

"Kayaknya sebelum nikah Lo harus kursus dulu deh" Darren memberi saran.

"Banyak banget bacot Lo"

"Gue ragu banget nih rencana bakal Gatot alias gagal total, kalau gaya lu begitu"

Abyan mendekati mobil Darren dan langsung menyumpal kan tisu bekas keringat pada mulut Darren.

Pria itu langsung memuntahkan nya keluar jendela seraya memaki Abyan dengan kesal.

"Masuk Ze" Abyan membukakan pintu mobil untuk Zea.

Gadis itu masuk kedalam dan membenarkan posisinya duduknya agar nyaman.

Lalu setelah itu Abyan beralih membuka pintu mobil bagian depan dan duduk di sebelah Darren.

Darren memperhatikan tingkah sepupunya dengan geleng-geleng kepala.

"Ini lu seriusan part dua?" Tanya Darren tak habis pikir.

"Apa lagi sih? Lo banyak tanya banget sumpah"

Darren mengusap wajahnya kasar.

"Lo itu seharusnya duduk dibelakang, duduk disamping calon bini lu. Kasihan tuh dia sendirian"

Abyan menoleh kebelakang.

"Lo ga papa kan duduk sendirian dibelakang?" Tanya Abyan.

"Nggak papa kok bii" jawab Zea.

Abyan kembali menoleh kedepan.

"Jalan" titahnya pada Darren.

"Lo bener bener yeee" Darren geleng-geleng kepala melihat tingkah Abyan.

***

Sadam duduk di sofa ruang tamu dengan perasaan gelisah. Seminggu yang lalu ia bagai menerima doorprize mendengar pernyataan Abyan yang ingin menikah dan akan memperkenalkan calon istri pada keluarga Tirtayasa. Sadam sangat tidak percaya pada keputusan mendadak Abyan secara tiba-tiba, Ini sangat tidak mungkin.

Diruang tamu Adryan juga menunggu kehadiran adiknya, ia sangat amat penasaran. Setelah kepergian Jasmine keluar negeri Abyan begitu tertutup dan rasanya sangat tidak mungkin ia menemukan tambatan hati. Apalagi Abyan masih sangat berharap Jasmine kembali ke Indonesia, bagaimana mungkin secepat ini Abyan move on?

"Rasanya gak mungkin banget deh pah, tu anak tiba-tiba mau nikah aja" ucap Adryan memecah suasana hening.

Sadam hanya diam.

"Iya benar itu, jangan-jangan dia cuman buat drama doang" ucap Alexa.

"Atau jangan-jangan pah, dia mau nikah karena cuman pengen dapat bagian warisannya?"

"Iya kamu bener Adryan, mama juga mikir sampai sana" Alexa menyetujui pemikiran Adryan.

"Ya kan ma... Dia aja yang munafik, menolak semua bantuan dari keluarga ini. Tapi apa?? Ujung-ujungnya dia mau nikah terus ambil alih saham? Ambil alih warisan? Terus nuntut sana sini. Papa gak usah percaya sama dia"

Dirham sangat geram mendengar perkataan Adryan.

"Bisa gak sih kamu gak usah berfikiran negatif sama adik kamu sendiri?"

"Om tau apa? Abyan tuh orang nya memang licik, dan munafik"

"Terus kamu tau apa juga soal Abyan? Emangnya kamu dari kecil sama dia? Kamu kenal sifat dia? Kamu bicara kayak gitu tentang Abyan kelihatan banget kamu iri sama dia"

Adryan berdiri tak terima dengan perkataan Dirham.

"Maksud om apa? Aku iri sama anak pembawa sial kayak dia"

"Kamu itu gak dewasa banget Yan... Kok kamu mau sih menikah sama dia An?" Ejek Dirham.

Anara hanya menunduk, ia malu melihat tingkah Adryan.

Salah satu orang terpercaya Sadam menghampirinya, dan membisikkan sesuatu di telinga Sadam.

"Aku gak terima om katain aku begitu, enak aja aku iri sama dia, aku tuh lebih baik dari dia"

"Diam lah Adryan...!!" Bentak Sadam.

"Sumpah gue malu banget punya kakak kaya Lo" ucap Keira.

"Lo diam aja penghianat"

Darren masuk kedalam rumah dan melihat semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang tamu.

Sadam melihat Darren dan tersenyum, lalu setelah itu Darren menoleh ke belakang dan memberikan isyarat pada Abyan. 

Abyan dan Zea berdiri di depan pintu rumah keluarga Abyan. Zea menggenggam ujung bajunya erat, merasa sangat gugup.

Namun, yang lebih mengejutkannya adalah tangan Abyan yang terulur ke arahnya.

"Sorry, sorry banget tapi gue harus pegang tangan Lo..." Bisik Abyan dengan lembut.

Zea terkejut, jantungnya berdebar lebih kencang. Selama ini Abyan selalu menjaga jarak, dan sekarang pria itu meminta izin untuk menyentuhnya?

Hati Zea menghangat. Ia tersenyum kecil dan mengangguk. Gadis itu menurut. Abyan lalu meraih tangan gadis itu dan memegang nya.

Zea tersenyum.

Mereka pun melangkah masuk ke dalam rumah, bersiap menghadapi masa depan yang tidak bisa mereka prediksi.

Abyan membawa Zea kehadapan keluarganya. Meskipun tadinya Abyan tidak ingin memperkenalkan Zea kepada Keluarga Tirtayasa. Atau lebih simpel nya ia tidak mau berurusan dengan mereka.

Begitu Abyan dan Zea masuk, mereka langsung disambut oleh berbagai ekspresi dari anggota keluarga.

Di sofa utama, Sadam, ayah Abyan, duduk dengan ekspresi datar namun penuh pengaruh.

Di sampingnya, Alexa, ibu tiri Abyan, melipat tangan dengan pandangan tidak suka.

Berdiri di sudut ruangan, Adryan, kakak Abyan, menatap mereka dengan tatapan menilai, bibirnya sedikit menyeringai.

Namun, di sisi lain, dua adik perempuannya, Keira dan Aca, justru terlihat sangat bersemangat.

"Waaah, jadi ini calon kakak ipar kita?" seru Keira antusias.

Aca mengangguk cepat. "Kakak cantik banget!"

Bahkan Dirham, paman Abyan, ikut tersenyum sambil mengangguk puas. "Bagus, bagus... Setidaknya Abyan tahu cara memilih."

Namun, sebelum suasana mencair, suara tajam Alexa memotong momen itu.

"Jadi ini perempuan yang kamu bawa ke rumah? Aku tidak menyangka seleramu cukup... sederhana, Abyan."

Zea langsung menegang, sementara Abyan menggenggam tangannya lebih erat.

Adryan tertawa kecil. "Lucu juga. Kamu yang selama ini sulit didekati perempuan, tiba-tiba membawa seseorang ke rumah dan bilang mau menikah."

Abyan menatap tajam Adryan. "Aku nggak perlu persetujuan kalian. Aku hanya ingin mengenalkan Zea."

Abyan mempersiapkan Zea pada ayahnya lebih dulu.

Zea menyalami Sadam dan tersenyum ramah padanya. Zea menyenggol lengan Abyan agar pria itu turut kiranya menyalami ayahnya.

Abyan dengan canggung mengulurkan tangannya untuk meraih tangan ayahnya, ia pun turut mencium punggung tangan ayahnya.

"Duduk lah kalian" suruh Sadam dengan wajah datarnya.

Tidak tau kenapa perasaan Sadam begitu terenyuh melihat Abyan menyentuh dan mencium punggung tangannya, sangat tidak biasa baginya.

"Kalian kenal dimana? Kok sepertinya terlihat familiar" Tanya Sadam.

"Dia teman kuliah ku, sekarang jadi perawat di rumah sakit Medina" jawab Abyan.

Sadam terlihat mengangguk.

"Sudah berapa lama kalian berhubungan?" Tanya Sadam.

"Baru satu bulan" jawab Abyan.

Jawaban itu membuat semuanya keheranan.

"Sebulan? Dan kamu memutuskan untuk menikah?" Tanya Sadam.

"Iya" jawab Abyan singkat.

"Kita emang teman semasa kuliah, dan cukup dekat juga. Saat lulus kuliah kita lost contact, dan ketemu lagi saat saya lagi nanganin Oma nya Abyan dirumah sakit, lalu kita jadi sering ketemu, sering ngobrol dan kita memutuskan untuk menjalin kedekatan" bantu Zea.

"Bukannya kamu bilang tidak tertarik dengan pernikahan? Kenapa sekarang ingin menikah?" Tanya Sadam dengan serius.

"Sekarang aku berubah pikiran, aku ingin menikah"

"kamu memutuskan hal itu begitu cepat? Kamu cuman mau main-main?"

"Nggak, aku serius ingin menikahi Zea" jawab Abyan.

"Ini sudah keputusan kami bersama... Dan kami yakin untuk menikah" ucap Zea.

"Jadi kamu perawat di rumah sakit Medina?" Tanya Sadam.

"Iya om" jawab Zea dengan tersenyum.

"Berarti keseharian kamu hanya dirumah sakit saja?"

"Iya om"

"Biasanya hal-hal kayak gini tuh ditanyain nya ke cowok gak sih?" Bisik Keira ke Aca

Aca hanya nyengir, karena ia pun tidak tahu.

"Orang tua kamu gimana? Setuju dengan keputusan kalian ingin menikah?"

"Saya udah gak punya orang tua lagi..."

"Oh maaf saya nggak tau"

"Iyah om nggak papa..."

"Aduhh kok panggil om sih, panggil nya papa dong" ledek Dirham.

Zea hanya tersenyum saja mendengar perkataan Dirham.

"Terlalu berlebihan" celetuk Adryan.

Anara menyenggol lengan suaminya.

"Iya kak panggil nya papa dong..." Ucap Keira.

Zea terlihat sangat canggung.

Ekspresi wajah Sadam terlihat sangat serius, suaranya berat dan penuh wibawa. "Abyan, aku hanya ingin tahu satu hal."

Semua mata tertuju pada Abyan dan Zea.

"Kenapa kamu memilih Zea untuk menjadi istrimu?"

Ruangan menjadi hening.

Zea menoleh ke Abyan, menunggu jawaban yang bahkan ia sendiri ingin tahu.

Abyan terdiam sesaat, lalu akhirnya menatap langsung ke mata ayahnya.

Dan saat ia membuka mulut, kalimat yang keluar adalah sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu apakah itu kebohongan atau bukan.

Abyan menarik napas dalam, mencoba menenangkan hatinya. Lalu, dengan suara yang terdengar mantap, ia berkata:

"Karena aku ingin move on."

Semua orang di ruangan itu tampak terkejut, termasuk Zea.

"Move on?" Alexa mencibir. "Jadi kamu menikahi perempuan ini hanya karena pelarian?"

Adryan tertawa kecil. "Aduh, kasihan sekali calon pengantinmu, Zea. Dia bahkan tidak memilihmu karena cinta."

Abyan tetap berdiri tegak, meskipun dalam hati ia merasa sedikit goyah. "Aku tidak melihat pernikahan ini sebagai pelarian. Aku ingin membangun hidup yang baru, meninggalkan masa lalu yang selama ini menghantuiku. Zea adalah seseorang yang bisa membantuku melakukan itu."

Zea menunduk, perasaannya campur aduk.

Ia tahu Abyan tidak pernah mengatakan bahwa ia mencintainya. Tapi mendengar langsung bahwa pernikahan ini hanyalah cara Abyan untuk move on dari sesuatu—atau mungkin seseorang—membuat hatinya terasa nyeri.

Namun, sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, suara Sadam kembali terdengar.

"Masa lalu apa yang ingin kamu lupakan, Abyan?"

Abyan menatap langsung ke mata ayahnya. "Semua hal yang berhubungan dengan rumah ini."

Alexa mendecakkan lidahnya, jelas tersinggung. "Jadi kamu ingin meninggalkan kami? Oh, betapa tragisnya."

Adryan bersandar santai di sofa, tangannya menyilangkan dada. "Jangan bilang ini semua gara-gara perempuan itu dulu? Siapa namanya? Oh, Jasmine?"

Abyan menegang.

Zea merasakan genggaman tangan Abyan mengerat sesaat sebelum pria itu cepat-cepat mengendurkannya kembali.

Alexa tersenyum miring. "Ah, benar. Aku ingat sekarang. Kamu pernah sangat menyukai gadis itu, bukan?"

Abyan tetap diam, tidak mau menanggapi provokasi mereka.

Namun, Zea merasa perutnya mencelos. Jasmine?

Siapa Arumi?

Ia ingin bertanya, tapi ini bukan tempat yang tepat.

Dirham, paman Abyan, yang sejak tadi diam akhirnya berbicara. "Cukup. Kita di sini bukan untuk mengungkit masa lalu Abyan. Kita seharusnya membahas masa depannya."

Sadam mengangguk, lalu menatap Zea untuk pertama kalinya dengan pandangan yang lebih dalam.

"Zea, apakah kamu yakin ingin menikahi Abyan, meskipun kamu tahu dia hanya ingin move on?"

Zea menelan ludah.

Ia bisa saja mundur sekarang.

Ia bisa saja berkata bahwa ia tidak ingin menikah dengan seseorang yang hatinya masih terjebak di masa lalu.

Tapi ia juga ingin percaya bahwa seiring berjalannya waktu, Abyan bisa belajar mencintainya.

Maka dengan suara pelan, ia menjawab:

"Aku yakin."

Abyan menoleh ke arahnya, sedikit terkejut.

Zea tersenyum lembut, meskipun ada luka yang ia sembunyikan. "Aku ingin menjalani ini bersama Abyan, tidak peduli apapun alasannya sekarang."

Sadam menatapnya beberapa detik, lalu akhirnya mengangguk pelan.

"Baiklah. Jika itu keputusan kalian, aku tidak akan menghalangi."

Namun, Alexa dan Adryan tidak terlihat senang.

Dan Zea tahu, perjalanan ini masih jauh dari kata mudah.

Setelah mendengar keputusan Abyan dan Zea untuk menikah, Sadam menatap mereka dengan serius.

"Kapan kalian berencana menikah?" tanyanya tiba-tiba.

Abyan terkejut. Ia sama sekali belum menentukan tanggal. Ia bahkan tidak menyangka ayahnya akan menanyakan hal seperti ini.

Zea yang duduk di sampingnya ikut terdiam, menunggu jawaban Abyan.

"Aku... belum menentukan tanggalnya."

Sadam mengangguk pelan. "Baik. Aku punya beberapa saran. Kalau kalian ingin menikah dalam waktu dekat, kita bisa mengatur segalanya agar berjalan dengan baik."

Alexa yang sejak tadi mendengarkan langsung mencibir. "Oh? Jadi sekarang kamu benar-benar ingin mendukung pernikahan anakmu yang ini?"

Adryan yang duduk di seberang Abyan juga menyeringai. "Jangan-jangan karena cewek ini matre? Makanya dia mau cepat-cepat nikah."

Zea mengeratkan genggaman tangannya di pangkuannya, tapi ia tetap diam. Ia tahu ini bukan saatnya membalas perkataan mereka.

Abyan menoleh tajam ke arah Adryan. "Jaga ucapanmu."

Sadam menepuk meja, membuat semua orang kembali diam.

Lalu, ia menatap Abyan. "Aku ingin tahu. Mahar apa yang akan kamu berikan untuk Zea?"

Zea menoleh, tidak menyangka Sadam akan bertanya sesuatu seperti itu.

Sementara itu, Alexa dan Adryan semakin terlihat kesal.

"Mahar?" Adryan mendengus sinis. "Tentu saja dia bakal minta yang mahal. Perempuan zaman sekarang pasti begitu."

Zea menoleh, tidak menyangka Sadam akan bertanya sesuatu seperti itu.

Sementara itu, Alexa dan Adryan semakin terlihat kesal.

"Mahar?" Adryan mendengus sinis. "Tentu saja dia bakal minta yang mahal. Perempuan zaman sekarang pasti begitu."

Abyan menatap Zea sebentar sebelum menjawab. "Aku akan berdiskusi dulu dengan Zea. Aku ingin memberinya sesuatu yang berarti, bukan sekadar nominal."

Sadam mengangguk, puas dengan jawaban itu. "Bagus. Seorang suami harus tahu bagaimana menghargai istrinya."

Alexa semakin gelisah di tempat duduknya. "Kau sungguh berubah, Sadam. Biasanya kau tidak pernah peduli pada Abyan. Kenapa sekarang jadi perhatian?"

Sadam tidak menanggapi. Ia hanya melanjutkan pertanyaannya.

"Lalu, hadiah apa yang kamu inginkan untuk pernikahanmu?"

Abyan menegang.

Sadam melanjutkan, "Almarhum kakekmu meninggalkan banyak warisan untukmu. Jabatan di perusahaan, saham, bahkan semua yang kamu inginkan sudah ditulis olehnya. Kamu hanya tinggal meminta."

Alexa dan Adryan saling berpandangan. Wajah mereka jelas menunjukkan ketidaksukaan.

Namun, Abyan tetap diam selama beberapa detik, sebelum akhirnya berkata dengan suara tegas:

"Aku tidak ingin apa pun."

Sadam menaikkan alisnya. "Tidak ingin apa pun?"

Sadam menaikkan alisnya. "Tidak ingin apa pun?"

"Aku hanya ingin satu hal." Abyan menatap ayahnya langsung. "Berhenti mengincar rumah almarhumah mama."

Hening.

Zea ikut menoleh ke Abyan, tidak menyangka permintaan itu.

Namun, Alexa tertawa sinis. "Jadi itu yang kamu inginkan? Tidak tertarik dengan saham, kekuasaan, atau jabatan? Hanya rumah itu?"

Adryan menggelengkan kepala. "Konyol. Rumah itu seharusnya jadi milik keluarga utama. Mama sudah lama tiada, Abyan. Apa gunanya mempertahankannya? Rumah itu terlalu mewah dan mahal untuk orang seperti mu tinggal disana, lagipula setelah menikah hanya kalian berdua yang tinggal disana, lebih baik rumah itu serahkan pada keluarga ini"

Abyan mengepalkan tangan. "Itu bukan hak kalian."

Sadam memperhatikan Abyan sejenak sebelum mengangguk pelan. "Baiklah. Kalau itu yang kamu inginkan, aku akan mempertimbangkannya."

Alexa langsung menoleh tajam. "Kamu tidak serius, kan, Sadam?"

Sadam tidak menjawab, hanya menatap Abyan dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Sementara itu, Zea menggenggam tangan Abyan di bawah meja, mencoba menyalurkan ketenangan.

Ia baru menyadari satu hal.

Pernikahan mereka bukan hanya tentang mereka berdua. Tapi juga tentang pertarungan Abyan untuk mempertahankan sesuatu yang sangat berharga baginya.

Dan Zea harus bersiap menghadapi semua itu bersamanya.

"Jadi kamu nggak mau menerima warisan dari almarhum kakek?"

"Nggak, simpan saja. Karena Aku ingin mengembangkan usaha ku sendiri tanpa naungan dari siapapun. Aku saat ini sedang merintis perusahaan kecil dan aku yakin bisa mengembangkan nya dengan lebih baik"

"Lo tuh jadi orang gak usah belagu, tinggal terima aja apa susahnya sih?" Ucap Adryan.

"Gue bukan kayak Lo yang apa-apa main terima bersih, gue terbiasa dengan tahap dan proses"

"Lo nantang gue? Lo ngajak gue bersaing?" Adryan tak terima dengan perkataan Abyan.

"Kalau Lo anggap nya gitu, gue terima"

Adryan berdiri dan mencengkeram kerah baju Abyan.

Semua orang panik.

"Lo jangan nantangin gue kalau mau hidup Lo aman"

"Lo apa-apaan sih yan..." Darren mencoba memisahkan dua saudara yang sedang memanas.

"Minggir Lo, gak usah ikut campur" ucap Adryan.

"Adryan cukup!!" Bentak Sadam.

Adryan tidak mau melepas cengkeraman nya, Abyan menatapnya santai.

"Gue gak suka tatapan Lo itu" ucap Adryan

"Lo takut kalah dari gue?" Tanya Abyan.

Sadam berdiri dan menarik lengan Adryan, emosi pria itu sangat memuncak.

Adryan menarik lengannya, dan pergi meninggalkan ruang tamu.

Ruangan itu masih dipenuhi ketegangan.

Alexa dan Adryan tampak jelas tidak terima dengan keputusan Sadam yang mempertimbangkan permintaan Abyan.

Zea, yang duduk di samping Abyan, masih bisa merasakan ketegangan di genggaman tangan pria itu.

Sementara itu, Sadam menatap Abyan lama, seolah mencoba membaca pikirannya.

Namun, Abyan tahu betul bahwa di balik kata-kata itu, pasti ada sesuatu yang disembunyikan.

Alexa tersenyum sinis, lalu menatap Zea. "Kau tahu, Zea? Hidup bersama Abyan tidak akan semudah yang kau kira."

Zea menegang, tapi ia tetap tersenyum tenang. "Aku tidak mencari yang mudah, Bu."

Alexa mendengus, lalu berdiri. "Kita lihat saja nanti. Aku tidak yakin pernikahan ini akan bertahan lama."

Sadam akhirnya bangkit dari duduknya. "Pertemuan kita cukup sampai di sini."

Namun, sebelum Abyan dan Zea sempat melangkah keluar, Sadam menambahkan sesuatu yang membuat mereka berdua terhenti.

"Abyan, aku harap kau siap dengan konsekuensi dari permintaanmu."

Abyan menoleh, matanya menajam. "Maksudnya?"

Sadam tersenyum tipis, tetapi ada sesuatu yang mengancam di balik tatapan dinginnya. "Aku akan memutuskan apakah aku akan memberikan rumah itu padamu atau tidak... setelah aku melihat apakah pernikahanmu dengan Zea memang pantas diperjuangkan."

Abyan mengertakkan giginya. "Jadi ini ujian, ya?"

Sadam hanya tersenyum samar, lalu melangkah pergi.

Zea menggenggam tangan Abyan lebih erat, mencoba memberinya ketenangan. Tapi di dalam hatinya, ia tahu…

Pernikahan ini baru saja menjadi lebih rumit dari yang ia bayangkan.

***

1
audyasfiya
Hanum kasian bgtt thorr 😭 pulang kerumah Bu Aina ada Ardan, ke tempat kakaknya juga nggak nyaman, dia bener bener nggak punya rumah untuk pulang... yaaa kecuali kalau dia mau nikah sama Abyan
audyasfiya
Wkwk Alexa panik mertuanya mau pulang 🤣🤣🤣
Lorenza82
Cepet update nya yaa thorrr 🥺🥺
Lorenza82
Kasian banget ya si Hanum 🥺 sekalinya dapat temen kek si zea ehhh malah jadi musuhan
Lanjut thorrr lanjut
Sasya
/Cry//Cry//Cry//Cry/
Sasya
Waduhh gawat banget ini
Nurul Fitria
Kasihan banget smaa Hanum
Nurul Fitria
Aduhhh ini mah namanya keluar dari lubang buaya masuk ke lubang harimau 😭😭😭😭😭😭😭😭
Sasya
Zea mending jangan nikah sama Abyan dehh /Smug//Smug/
Sasya
Ibu terhebat 😌😌
Sasya
Lanjutttt Thor /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
audyasfiya
Kasihan banget ya hidup Hanum, dia belum tau kabar bahwa ibunya sudah meninggal dunia, datang ke kota besar niat nya mau melanjutkan hidup malah jadi babu dirumah kakak nya sendiri /Sob//Sob/
Lorenza82
Kasihan sih sebenarnya si zea, dia tuh cuman di jadiin alat aja sama Abyan. Abyan lu redflag woiiii 😭
Lorenza82
Darren si mulut bocor 🤣🤣🤣🤣🤣
Lorenza82
Itulah mengapa jadi cwek tuh rasa sukanya harus di kontrol, Arumi udah berekspektasi ketinggian jadi nya jatuh nya sakit
Lorenza82
Thor kasih Darren jodoh dong...
Lorenza82
Nggak tega Thor aku bacanya, tapi aku penasaran 😭😭😭😭😭
Rossa
Emang paling nggak enak tuh numpang sama orang lain, ya gitu...
Rossa
Dan cwok itu pernah di sindir gitu sama temen ku, jangan pernah jatuh cinta smaa seseorang yang belum selesai sama masa lalu nya, deg... rasanya aku merasa bersalah banget Ama tuh cwok... aku kasih dia harapan palsu, padahal dia serius dan sayang sama aku
Rossa
Aku pernah di posisi Abyan Thor, aku sayang banget sama pacarku dulu. sampai sampai aku susah move on sama dia, kayak aku mikir nya tuh, nggak ada org lain yang kayak dia, dia yg terbaik yg pernah ada. namun keadaan yg harus memisahkan kami. hingga akhirnya saat aku ketemu sama cwok baru rasanya tuh masih ada bayang bayang mantan ku gitu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!