NovelToon NovelToon
Di Sebatas Saling

Di Sebatas Saling

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Enemy to Lovers
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Magisna

Apa dasar dalam ikatan seperti kita?
Apa itu cinta? Keterpaksaan?

Kamu punya cinta, katakan.
Aku punya cinta, itu benar.
Nyatanya kita memang saling di rasa itu.

Tapi kebenarannya, ‘saling’ itu adalah sebuah pengorbanan besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episot 23

"Mbak Puja, kamu dipanggil Pak CEO ke ruangannya!" Seorang wanita dari divisi satu memberitahu dari ambang pintu. Dia mendapat pesan Kavi karena baru menyerahkan sebuah laporan pada bos-nya itu.

Puja melengak. "Aku?"

"Ya, kamu."

Setelah diam dua detik, Puja menyahut, “Ah, iya, Mbak. Makasih.” Keningnya jadi mengernyit heran mengingat ini terlalu aneh, "Ada apa Kavi panggil aku?"

Berkas hasil kerja sudah sepenuhnya terwakili oleh Riska, manager divisi-nya untuk sampai ke tangan Kavi, tapi kenapa pria itu malah memanggil secara khusus?

Apakah ada masalah keluarga?

"Puja!” Rekan di sampingnya menepuk bahu Puja. “Cepet ke ruangan Pak Kavi sebelum dia ngomel.”

Terhentak imaji, Puja mengangguk.

"I-iyaa. Aku ke sana sekarang.”

Pada Puja, beberapa rekan satu divisi menatap tak tenang. Puja sedikit heran dengan ekspresi mereka saat beranjak dari kursinya. "Ada apa?" tanyanya pada semua. "Kalian kenapa?"

"Semoga kamu lolos, ya, Puja." Seorang rekan pria memperingatkan dari kubikelnya. “Semangat!”

Yang lain mengangguk setuju, termasuk manager-nya sendiri. "Berdo'alah."

Puja sungguh tak paham. "Memangnya kenapa?" Dia bertanya ingin tahu alasan mereka.

Satu dari semua orang menjelaskan singkat, "Kalo seorang karyawan biasa seperti kita dipanggil secara khusus oleh CEO, tandanya ada kesalahan yang dia buat. Semoga kamu baik-baik aja saat keluar dari sana nanti."

Mereka ingat seseorang bernama Agus Pahlevi. Kavi memecatnya tanpa belas kasih. Agus melakukan kesalahan pada pekerjaannya yang membuat semua orang kerugian waktu. Ada juga yang lainnya, dan mengalami nasib yang sama.

"Kesalahan sekecil apa pun, tak akan mudah aku tolerir. Jadi jaga kualitas kalian sebisa mungkin."

Begitu bunyi peringatan Kavi saat pidato di aniversary perusahaan tahun lalu, dikemukakan jelas oleh seorang rekan perempuan berkacamata.

Kening Puja mengerut tebal, sedikit terkejut dengan kabar yang ini kali pertama dia tahu mengenai sosok Kavi Manggala. "Kesalahan?" Sementara dia tidak merasa melakukan kesalahan apa pun, seingatnya.

"Sudah, cepet sana! Sebelum kamu diamuk beneran! Pak Kavi gak pandang bulu, yang jelek ataupun cantik kayak kamu, kalo orang itu salah, dia akan bersikap sama."

Tidak ada waktu terpekur lagi, Puja mengangguk, memudarkan segala pertanyaan sementara ini. Sesegera mungkin bergerak sesuai arahan rekan-rekannya.

"Apa Kavi segalak itu?" gumamnya, bertanya pada diri sendiri. Tapi lekas dilupakan karena hal tersebut bukan yang terpenting untuk sekarang.

Sepanjang jalan menuju ruang CEO, pikirannya terus diganggu dengan pertanyaan serupa, tentang apa kesalahan yang dia buat dalam pekerjaan. Pasalnya selama ini dia sudah berusaha dengan sangat keras. Jimmy bahkan terus memujinya karena bisa dengan cepat menyesuaikan diri, dan tugas yang dikerjakan semakin hari semakin mendapat poin.

"Itu berarti hasil kerjaku gak seburuk itu, 'kan?"

Dari pikiran tepis-menepis sejenis itu, dia kembali mencubit diri, sadar dengan satu hal: 'Bisa melakukan semua bukan berarti tanpa cela dan tanpa cacat'. Kavi mungkin menemukan kesalahan mendetail dari pekerjaannya. Tapi ....

"Seharusnya Kavi nggak mengutuk dan memecat aku karena kesalahan yang sedikit, bukan? Harusnya begitu. Seorang bos harus punya hati yang besar." Terus saja meracau pada diri sendiri. “Lagian Papa pasti gak setuju kalo ada dipecat anaknya. Hehe.” Pada akhir nepotisme itu tetap berlaku.

Sebanyak pikiran terjejali hal mengenai Kavi, sejauh itu juga Puja melangkah sampai tak terasa sudah berada di depan pintu ruang CEO.

Sesaat sempat terdiam karena ragu untuk masuk, namun segera ditepisnya dan mulai mengetuk pintu.

"Masuk!" Sahutan Kavi dari dalam ruangan.

Pintu dengan langkah tegas dan memaksa percaya diri. Namun ketegasan itu seketika menciut lagi.

Aura kelam tiba-tiba menyergap saat pasang kaki Puja melewati mulut pintu dan sudah resmi berada di dalam.

Entah karena nuansa abu-abu dari dinding dan properti, atau dari Kavi sendiri?

Ternyata sedingin ini menghadapi wakil direktur secara langsung, walau jelas kalimat itu hanya bualan bagi Puja sendiri. Pertemuannya dengan pria itu sudah melibatkan fisik meski belum memakan fase yang lebih jauh. Suami istri--terdaftar, diakui secara sah oleh hukum negara--tidak ada tipuan.

Kembali ke saat ini.

Tidak ada Gia Marta atau siapa pun di ruangan ini, sapuan mata Puja hanya menangkap Kavi seorang diri.

Terlihat pria itu duduk di kursinya dengan tatapan serius mengarah pada sehelai berkas yang dia baca. Masuknya Puja ke dalam ruangan seolah 'tak masuk perhatiannya.

Dengan pelan sedikit kaku, Puja melangkah mendekat ke meja kebesaran suaminya. Berdiri di hadapan lelaki itu lalu bertanya, "Ada apa Pak Kavi memanggil saya?"

Sepasang mata Kavi mencuat naik. Berkas yang dibaca tak lagi menarik, segera dia menaruhnya ke atas meja dan mencampakkan.

Menanggapi Puja berperan layaknya karyawan di hadapannya dengan bersikap formal, membuat kedua sudut bibir pria itu tertarik ke samping membentuk senyuman lucu walau sangat tipis sekali. "Kenapa lama banget?" tanyanya.

Puja mengerjapkan mata. Kaget sedikit dengan tanggapan yang bukan jawaban dari apa yang dia tanyakan sesaat lalu. Setelah itu, segera dia menjawab, "Maaf, saya berjalan lambat saat kemari karena memikirkan untuk apa saya dipanggil ke ruangan Anda. Apakah saya melakukan kesalahan dalam pekerjaan?"

Namun sialan Kavi malah terkekeh setelah diam beberapa saat. Jawaban yang menurutnya terdengar sangat mengesankan. Sebentar saja, detik berikutnya dia kembali meluruskan wajah.

 "Ya, kamu memang ada melakukan kesalahan."

Puja melengak dengan kerutan di dahi. "Mana mungkin?" Meneruskan pertanyaan di hati, dia bertanya langsung, "Benarkah? Di bagian mana?!"

Kavi menyeringai dan menatapnya, lalu berdiri.

Sementara Puja masih kental butuh kejelasan dari pernyataannya, pria itu tahu-tahu sudah berada tepat di hadapannya.

"Aku cuma kangen kamu ... istriku."

Celetukan itu seketika membulatkan mata Puja.

Apaan-apaan si Kavi?

 Kalimat macam apa yang barusan dia ucapkan itu? Aku? Kamu? Dan Rindu?

Kavi pasti kesurupan!

 "Kav ... kamu lagi nggak sakit, 'kan?" tanyanya lantas, di mode bingung bercampur aneh.

Tapi si Kavi malah tersenyum.

"Sayangnya kamu bener," jawabnya lantas, lalu menandaskan tiga detik setelah itu, "Sakit karena kamu selalu menghindari aku."

Dari kening yang terus mengernyit, Puja terlihat semakin merasa aneh. “Aku gak hindarin kamu," tukasnya mengelak.

“Oh, ya?" Kavi tak yakin. “Tapi kok aku ngerasa kita lagi kucing-kucingan, ya?”

Puja melengak lagi. Kucing-kucingan katanya.

 Perkataan Kavi itu langsung membawa pikiran Puja pada tiga hari yang sudah lalu, terhitung dari semenjak rapat dengan Atlantic. Di rumah Jun, iya, dia bersikap seolah tak mengenal Kavi.

Tapi Puja tetap merasa ada yang salah dengan pria itu sekarang, sampai tak tahu harus menanggapi dengan kalimat yang bagaimana. Sampai akhir .... “Aku lagi kerja, kamu juga lagi kerja, sebaiknya kita gak banyak membuang waktu buat hal-hal aneh kayak gitu! Bukankah kamu bos yang disegani karena kinerja?”

Itu bentuk pengalihan paling benar.

Sialnya Kavi malah terkekeh. “Kamu bener. Tapi ini kan perusahaan aku. Sebanyak apa pun pandangan mereka berubah, gak akan ada yang berani pecat aku.”

Iya, itulah Kavi Manggala, Puja mengakui.

Perkataannya tidak bisa disangkal.

Puja hanya bisa membuang wajah.

“Jadi ... kenapa kamu hindarin aku?”

Pertanyaan itu lagi dilontarkan Kavi.

Puja masih belum mempersiapkan apa pun sebagai jawaban. Namun dalam hati dia mengaku bahwa, “Aku cuma gak mau baper sama semua sikap kamu, lalu dengan mudah menjatuhkan hati sampe sulit bangun kembali kayak dulu. Aku takut kamu cuma mau jebak aku aja, Kavi. Aku cuma jaga hati aku sendiri.”

1
Wan Trado
puja demi obsesinya rela menyiksa diri, sayang kavi lebih mengagungkan kesempurnaan, kalaupun sekarang kavi mulai terlihat menyukai puja itu semata karena puja berubah secara fisik..!! coba kalau tetap seperti dulu tampilan puja 3 kontainer pun cinta yang dibawakan puja takkan berarti..
jadi lupakan obsesi cintamu puja..
ada jim dan jun, walaupun mereka belum teruji, jim karena kedekatan kerja.. jun terkesan memancing di air keruh..
Wan Trado
disaat kavi bergerak ke perubahan dari keegoisan, gantian puja mulai membohongi perasaan demi benteng kekerasan hati kavi yang sudah lama tercipta
Wan Trado
mulaiii... kann.. 😆
Wan Trado: wuiiih ada narsisme disini.. 😂
but, okelah Semoga sepadan dg hasil.. 😁
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Asalkan aku gk termasuk dari kebodohan itu, maka dunia orang waras akan tetap baik2 aja🤣
total 4 replies
Wan Trado
wah wahhh.. nakal yaa @Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт
Wan Trado
bisa ga perumpamaan nya yg lebih manis dikit... ini kan jadi bau tau.. 🤣🤣
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: hiperbola juga butuh plesetan, Kak./Toasted/wkwkwkwk!
total 1 replies
Wan Trado
tunggu saja sampai puja juga membentengi hatinya darimu dan aku mulai mencari celah untuk menguasai benteng hatinya puja, batinnya juna berkata..
Wan Trado: komentator belajar nulis pulak 🤣🤣
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Hahaha!
Ada yg menambahkan.
total 2 replies
Be___Mei
Annyeonghaseooooo 👻👻👻
Be___Mei: Kwkwkw nanti kita tanyakan kepada rumput yang bergoyang 😂
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Annyeong haseo, Eonni. Gomawo sudah mampir./Smile/
Bogoshipeo ... kapan ada rilisan baru di akunmu?
total 2 replies
Wan Trado
untuk sementara tidak ada komentar
Wan Trado
yakin ga akan terjebak dg janjimu hari ini kavi... yakiiinn..??
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: "janji adalah jebakan"..🤣
total 1 replies
Wan Trado
ngomelin siapa sebenarnya sihh.. 😂
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Hahaha!

Gomawoyo ....🤩
Wan Trado: sungguh spesial wanita satu ini... 😊
nih ☕ spesial buat 👉 kamu..
total 3 replies
Wan Trado
dimanaaa😁
Machan
gua berasa balik ke jaman sekolah, punya temen namanya Kokom dipanggil baskom🤣
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Gua juga ada temen namanya Idrus dipanggil Kardus🤣
total 1 replies
Machan
anjay, baskom cuciaan
Machan
minyaaaaakkkk
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Wkwkwk!
Balik ke sisi melo dulu gua🤣
total 1 replies
Wan Trado
☝aku datang.. 🤝
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: Wkwkwk! Selamat dadang, Kak..
total 1 replies
Wan Trado
harus ada suprise karakter ya kak, jangan lurus-lurus saja dari tidak suka menjadi bucin.. 😁👍
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт: udah ...
speechless🥲
Wan Trado: i told you before, always 👉 you 😍
total 5 replies
Wan Trado
hadir dan nyimak perangainya dulu.. 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!