7 Jiwa yang dipertemukan dan bahkan tinggal di satu atap yang sama, Asrama Dreamer.
Namun, siapa sangka jika pertemuan itu justru membuat mereka mengetahui fakta yang tak pernah ketujuhnya sangka sebelumnya?.
hal apa itu? ikuti cerita mereka di What Dorm Is This
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raaquenzyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 (bayangan kejadian)
Hari ini seolah tak terjadi apapun, ketujuhnya sepakat untuk berangkat sekolah. Awalnya memang merasa takut tapi mereka harus mencoba berani demi mendapatkan bukti tentang asrama sekaligus sekolahan itu. Karena mereka yakin, sekolah memiliki hubungan dengan alasan mereka selalu di teror makhluk selama tinggal di asrama.
"Yang lain, tolong usahain jangan ninggalin Cakra sama Aji. Mereka yang paling kecil, tugas kita jaga mereka, kalau emang kita ngerasa ada yang aneh, jangan lupa di laporin lewat group chat yang kita buat." tegas Marvel. Tugasnya adalah menjaga teman - teman yang lebih muda, jadi mau tidak mau ia harus bertindak tegas dalam masalah yang tengah mereka hadapi ini.
"Kalau nggak ada jaringan gimana, bang?" tanya Nando.
"Gue yakin kalau kita bisa hubungi satu sama lain, buktinya kita bisa saling tukar pesan padahal, pesan buat orang tua kita ga ke kirim." jelas Marvel membuat keenam temannya mengangguk.
"Lo, juga bang. kalo ada apa - apa langsung hubungi salah satu dari kita. Kelas lo di lantai bawah, sementara gue sama yang lain di atas. Beneran langsung telepon gue kalau ada sesuatu yang menurut lo aneh ya!" tegas Noah. Sang pemimpin hanya mengangguk sembari menunjukkan senyum lembutnya.
"Takut ... Gimana kalau di sekolah kita di ganggu lagi?" lirih Aji membuat Nando yang awalnya hanya duduk diam di single sofa menghampirinya.
"Ayo jangan khawatir tentang apapun untuk sementara ini, kita mau cari tahu kejadian yang pernah terjadi di sekolah maupun asrama yang buat kita diganggu kan? Tenang aja, ada gue sama yang lain. Kita semua akan lindungi lo, paham?" Pria jangkung itu mengangguk.
"Inget, ya! Saling jaga, jangan ninggalin satu sama lain. Bel istirahat langsung temuin bang Marv di kelasnya." Semuanya mengangguk.
Tekad ketujuhnya sudah bulat memutuskan akan menetap beberapa minggu atau bulan di sini, hingga segalanya yang bersangkutan dengan mereka terungkap.
****
Marvel tersentak, napasnya terengah - engah. mimpi buruk baru saja menimpanya, entah bagaimana caranya ia bisa tertidur saat berada di kelas tadi. Kini keadaan kelasnya sudah sangat sepi, ia bingung apakah bel istirahat sudah berbunyi? Atau jam pulang?
Ia sendiri tidak tahu tepatnya jam berapa ia tertidur, kini ia melirik jam dinding yang terlihat begitu kuno dan berdebu namun masih terlihat angkanya. Rupanya masih istirahat jam pertama, ia menghela napas lega. Namun, tak lama keningnya mengerut, tadi pagi Reihan berkata jika mereka akan menghampiri Marvel di istirahat pertama. Tapi, kenapa hingga saat ini ia tidak melihat teman - temannya? Aneh.
Karena masih merasa bingung ia memutuskan untuk keluar, langkahnya terhenti di atas pintu saat melihat beberapa orang dengan penutup wajah berwarna hitam tengah menodongkan pis*ol ke arah anak - anak di sana.
Marvel diam, tak bergerak sama sekali. Ia ingin lari agar tak ketahuan, namun, kakinya terasa seperti tak ingin pergi dari sana. Tubuhnya seolah memberi perintah untuk menetap dan melihat kekacauan yang terjadi di hadapannya.
"Anak - anak bodoh." ejek salah satu pria dengan penutup wajah dan tato bergambar ular di lengannya.
"Saya mohon ... Jangan bunuh anak - anak itu. Tolong, jangan." Kening Marvel mengerut melihat lelaki yang tengah memohon dengan berlutut di hadapan salah satu pria tinggi yang Marvel tebak pasti ketua di antara yang lain.
"Pak Danu." lirih Marvel, pria yang kemarin baru saja ia temui itu kini tubuhnya masih tegap, tampangnya tampan dan begitu rapi. Berbeda dengan kemarin yang nampak begitu lelah dan tubuhnya tak setegap yang ia lihat sekarang.
Beberapa menit kemudian ia dikagetkan dengan salah satu pria yang melintas di hadapannya, awalnya ia berpikir akan diseret juga seperti yang lain namun nampaknya pria. itu acuh seolah tak melihatnya.
Marvel memang merasa bingung sekarang tapi ia berusaha mencari kalender yang pernah ia lihat waktu masuk sekolah, ia berkeliling sehingga pada saat matanya menemukan kalender itu dengan cepat ia menghampiri.
"23 Januari 2015? Apa - apaan? Bukannya 23 Januari 2025? Wah ga beres nih." ucapnya ia langsung berlari menuju lantai atas untuk melihat teman - temannya.
Kosong.
Ia tak menemukan satupun temannya, saat ia mencoba menghubungi temannya pun tak bisa. "Ini, gue dibawa ke masa lalu." Marvel mencoba tenang namun tak bisa. Begitu ia mendengar suara teriak dan tem*akan ia langsung turun untuk melihat apa yang terjadi.
Cairan merah pekat bercecer ke mana - mana, banyak murid yang tergeletak yang Marvel yakin bahwa mereka sudah tidak bernyawa. Dengan yakin ia berusaha mengikuti salah satu pria dengan badan tinggi yang tengah menyeret salah satu murid di sekolah ini.
"Saya mohon ... Bebaskan saya, tolong lepaskan saya, pak." Mohon siswa tersebut, sementara pria yang menyeretnya hanya tertawa tanpa rasa berdosa sedikitpun.
Siswa laki - laki itu menoleh ke arahnya, seolah tahu jika ada Marvel di sana. Ia tersenyum lalu detik selanjutnya Marvel di buat tertegun saat apa yang pria dengan penutup muka itu lakukan pada siswa tersebut.
Ia tusukkan pisau berkali - kali membuat siswa itu mengerang dan langsung tiada di detik itu juga. Marvel berteriak tertahan, kejadian itu terjadi tepat di depan matanya dimana seharusnya ia tak melihat ini.
Suara teriakkan, tembakan, permohonan. Segalanya Marvel dapat dengar di sini, pemuda itu bertanya - tanya. Apakah semua ini adalah kejadian yang dikatakan Noah saat menemukan pan Danu tengah berteriak?
Jika memang benar begitu, artinya ia tengah kembali pada sepulu tahun masa lalu. Mengapa ia bisa berada di sini? pada tahun 2015 saja harusnya ia masih berusia delapan tahun.
Semuanya terasa aneh, hingga samar - samar ia dapat mendengar suara temannya namun ia sendiri tak yakin apakah itu temannya atau bukan. Lama - Kelamaan semuanya menjadi buram, tak ada yang terlibat dan pandangannya tiba - tiba gelap. Tak ada satupun yang dapat ia lihat.