NovelToon NovelToon
MODERN DEMON CULTIVATOR

MODERN DEMON CULTIVATOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha / Preman / Kultivasi Modern
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Mo Xie, Iblis Merah yang ditakuti di seluruh Alam Shenzhou, dikenal sebagai penghancur dunia yang bahkan para dewa dan kultivator agung bersatu untuk mengalahkannya.

Namun, kematiannya bukanlah akhir. Mo Xie terlahir kembali di dunia kultivator modern sebagai dirinya yang dulu—seorang pria lemah yang direndahkan dan dihancurkan harga dirinya.

Dengan kekuatan dan kebijaksanaan dari kehidupannya sebagai Iblis Merah, Mo Xie bersumpah untuk membalas dendam pada mereka yang pernah meremehkannya dan menaklukkan dunia sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14 Lin Xiaoyu: Gadis Yang Selalu Dirundung

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Mo Xie, suaranya rendah namun cukup untuk membuat sekelompok gadis itu terdiam.

Salah satu dari mereka, yang tampaknya menjadi pemimpin—seorang gadis dengan rambut pirang—menyeringai sinis. “Oh, lihat siapa yang datang. Pahlawan akademi kita, ya? Kami hanya bermain-main. Tidak ada yang serius.”

“Berikan sepatunya,” kata Mo Xie, tidak terpengaruh oleh nada santai mereka. Sorot matanya tajam, dan suasana di sekitar mereka seolah mendingin.

Gadis yang memegang sepatu itu menelan ludah, merasa gugup di bawah tatapan Mo Xie. Namun, pemimpin mereka mencoba mempertahankan sikap arogan. “Kau tidak perlu ikut campur. Ini hanya urusan kecil. Lagipula, dia tidak akan berani melawan.”

Tanpa peringatan, Mo Xie meraih kerah baju gadis pirang itu dan menariknya mendekat. Meski tidak menggunakan banyak tenaga, tatapan Mo Xie membuat gadis itu membeku di tempat. “Aku tidak akan ragu menghajarmu meski kau seorang wanita,” katanya dengan nada tajam. “Berikan sekarang, atau kalian akan menyesal.”

Gadis itu gemetar, menyadari bahwa Mo Xie tidak main-main dengan ucapannya. Dia memberi isyarat kepada temannya untuk menyerahkan sepatu itu. Dengan tangan gemetar, sepatu itu akhirnya diserahkan ke Mo Xie.

“Bagus,” kata Mo Xie singkat, melepaskan kerah baju gadis itu. “Sekarang pergi.”

Meskipun masih kesal, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi dari hadapan Mo Xie. Namun, sebelum gadis pirang itu pergi, dia berbalik dan menatap Mo Xie dengan tajam. “Tunggu saja, aku akan melaporkanmu pada pacarku. Kau akan menyesal!”

“Aku akan menyambut pacar sialanmu itu dengan senang hati,” ucap Mo Xie tak gentar. Dia kemudian berbalik dan berjalan menuju Lin Xiaoyu, yang masih sibuk mencari sepatunya.

“Ini,” kata Mo Xie singkat sambil menyerahkan sepatunya.

Lin Xiaoyu menoleh dengan terkejut, menatap sepatu di tangan Mo Xie. “Itu… sepatuku…” suaranya bergetar pelan.

Mo Xie mengangguk. “Lain kali, simpan barang-barangmu dengan lebih hati-hati agar tidak diambil anak-anak nakal.”

Lin Xiaoyu mengambil sepatunya dengan ragu-ragu, lalu membungkuk sedikit sebagai tanda terima kasih. “Te-terima kasih…” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. Namun, Mo Xie masih bisa mendengar nada tulus dalam suaranya.

“Tidak perlu,” balas Mo Xie singkat. “Mereka hanya pengecut yang suka menindas orang lemah. Sepertinya ini bukan kali pertama kau mendapat perlakuan seperti ini, benar kan?”

Lin Xiaoyu menunduk pelan, tampak malu sekaligus sedikit terkejut dengan pernyataan Mo Xie. “Iya... sudah sering terjadi. Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa…” katanya dengan suara nyaris berbisik, seperti biasa.

Mo Xie menatapnya beberapa saat sebelum menghela napas. “Kalau kau terus diam, mereka akan menganggapmu mudah dipermainkan. Kau harus mulai belajar membela diri,” katanya dengan nada datar, tapi tidak terdengar menghakimi.

Lin Xiaoyu menggigit bibirnya, ekspresinya seperti sedang berjuang untuk menjawab sesuatu. Akhirnya, dia berkata, “Aku… akan mencoba, tapi itu tidak mudah.”

Mo Xie mengangguk kecil. “Tidak ada yang mudah. Tapi kalau kau tidak mulai, kau akan terus menjadi target mereka. Ingat tujuanmu memasuki akademi kultivasi ini.”

Keduanya berjalan keluar akademi bersama, bermaksud untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Tapi entah kenapa mereka melangkah menuju tempat yang sama.

Hening sejenak melanda suasana, sebelum Lin Xiaoyu tampak ragu-ragu untuk berbicara. Namun akhirnya dia berkata, “Kau tidak harus melibatkan dirimu tadi. Tapi… terima kasih.”

Mo Xie hanya mengangkat bahu. “Mereka membuatku kesal. Kalau aku tidak bertindak, mereka akan terus bertingkah.”

Lin Xiaoyu tersenyum kecil, senyuman yang nyaris tak terlihat di wajahnya yang tenang. “Aku tidak pernah mengira kau orang yang seperti ini.”

“Seperti apa?” tanya Mo Xie tanpa melihat ke arahnya.

“Seperti… orang yang peduli,” jawab Lin Xiaoyu, ragu-ragu. “Kau selalu terlihat… dingin dan tidak peduli pada apa pun.”

Mo Xie tersenyum tipis, tapi ada nada pahit dalam senyumnya. “Jangan salah paham. Aku tidak peduli pada mereka. Aku hanya tidak suka melihat orang yang tidak tahu tempatnya.”

Lin Xiaoyu tidak menjawab, tapi matanya tetap tertuju pada Mo Xie, seolah sedang mencoba memahami sosok di sebelahnya.

Mo Xie memperhatikan Lin Xiaoyu sekali lagi. “Awalnya, aku mengira kau adalah orang yang sulit didekati dan cenderung penyendiri. Tapi ternyata aku salah.”

Lin Xiaoyu tidak langsung menjawab, melainkan menundukkan kepala dan meremas kedua tangannya tampak gelisah. Tidak biasanya dia berbicara begitu banyak dengan seseorang, apalagi dengan lawan jenisnya. Setelah menyadari itu, Lin Xiaoyu kembali gugup.

“Maaf... aku tidak bermaksud membuatmu gugup,” ucap Mo Xie sambil menghela napas panjang, sadar jika dia mungkin terlalu banyak bicara.

Lin Xiaoyu menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak masalah. Senang bisa berbicara denganmu…” ucapnya pelan, nyaris tak terdengar.

Mereka berdua terus berjalan dalam kesunyian melewati jalanan Distrik Jingfeng yang penuh dengan keramaian. Semakin jauh mereka berjalan, semakin sedikit orang-orang yang berlalu-lalang. Hingga akhirnya mereka mulai memasuki Distrik Xuanshi yang sepi.

“Kau tinggal di distrik ini juga?” tanya Mo Xie, memecah keheningan yang canggung.

Gadis itu mengangguk. “Ya, kebetulan sekali.”

Mereka berjalan berdampingan melewati jalan-jalan kecil yang mulai gelap. Lampu jalan menerangi trotoar dengan cahaya kuning redup. Lin Xiaoyu, meskipun biasanya pendiam, mulai merasa nyaman dengan kehadiran Mo Xie.

“Boleh aku bertanya sesuatu?” Lin Xiaoyu memulai percakapan, meskipun sedikit gugup.

“Ya, tanyakan apa pun yang kau mau,” jawab Mo Xie dengan santai. Sebisa mungkin, dia ingin mencairkan suasana yang sebelumnya canggung.

“Baiklah, kalau begitu…” Lin Xiaoyu diam sejenak, mencoba menyiapkan diri untuk pertanyaannya. “Kenapa kau memilih masuk ke divisi kultivator? Kau mungkin akan mendapatkan kehormatan dan banyak kemudahan jika memilih divisi pendukung,” tanya Lin Xiaoyu pada akhirnya.

Mo Xie menatap lurus ke depan, pikirannya sejenak melayang ke masa lalu. “Hanya sebuah pilihan. Seperti anak kecil yang lebih memilih permen yang manis daripada makanan pedas. Tidak ada alasan istimewa.”

“Oh…” Lin Xiaoyu tidak ingin memaksa, jadi dia mengubah topik. “Aku suka berada di akademi. Walaupun kadang ada masalah seperti tadi, tapi… aku punya tempat di sana. Tempat di mana aku bisa belajar banyak hal.”

Mo Xie menoleh sedikit, memandang Lin Xiaoyu. “Itu bagus. Setidaknya kau punya sesuatu yang kau pedulikan.”

Lin Xiaoyu tersenyum samar. “Kalau kau sendiri? Apa ada sesuatu yang kau pedulikan?”

Pertanyaan itu membuat Mo Xie terdiam. Sesaat, pikirannya terlempar kembali ke kehidupannya sebelumnya, ke rasa sakit, kebencian, dan kehancuran yang pernah dia alami. Namun, sekarang berbeda. Dia memiliki adik yang dia pedulikan.

“Mungkin,” jawabnya akhirnya, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Saat mereka hampir mencapai persimpangan yang sepi, sekelompok pria muncul dari bayangan gedung-gedung tua. Jumlah mereka ada lima orang, dan yang memimpin adalah seorang pria dengan badan kekar dan wajah garang. Tatapannya tajam dan penuh kemarahan, memperlihatkan betapa terganggunya dia.

“Mo Xie, bukan?” tanya pria itu dengan suara dingin. Dia melangkah maju, senyumnya menyeringai penuh ejekan. “Kau benar-benar berani menyentuh pacarku. Apa kau ingin mati?”

1
Jamal Amir
update banyak chapter nya Thor
Hardware Solution
mawar 🌹 untukmu Thor...yg rajin update /Heart//Heart//Heart//Heart/
Caveine: makasih kak 🔥🔥
total 1 replies
Hardware Solution
ayo Thor....yg rajin update. tak tunggu.!!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!