NovelToon NovelToon
Pangeran Sampah Yang Menyembunyikan Kemampuannya

Pangeran Sampah Yang Menyembunyikan Kemampuannya

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Akademi Sihir / Harem / Romansa / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Barat / Light Novel
Popularitas:28.9k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Kalian Bisa Dukung aku di link ini :

https://saweria.co/KatsumiFerisu

Seorang pengguna roh legendaris, yang sepanjang hidupnya hanya mengenal darah dan pertempuran, akhirnya merasa jenuh dengan peperangan tanpa akhir. Dengan hati yang hancur dan jiwa yang letih, ia memutuskan mengakhiri hidupnya, berharap menemukan kedamaian abadi. Namun, takdir justru mempermainkannya—ia terlahir kembali sebagai Ferisu Von Velmoria, pangeran ketiga Kerajaan Velmoria.

Di dunia di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk menjalin kontrak dengan roh, Ferisu justru dikenal sebagai "Pangeran Sampah." Tidak ada roh yang mau menjawab panggilannya. Dipandang sebagai aib keluarga kerajaan, ia menjalani hidup dalam kemalasan dan menerima ejekan tanpa perlawanan.

Tetapi saat ia masuk ke Akademi Astralis, tempat di mana para ahli roh belajar tentang sihir, teknik, dan cara bertarung dengan roh, sebuah tempat terbaik untuk menciptakan para ahli. Di sana Ferisu mengalami serangkaian peristiwa hingga akhirnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28 : Hal Yang Tak Terduga

Di dalam dungeon yang diterangi cahaya redup kristal, suasana dipenuhi dengan suara denting senjata, mantra yang dilantunkan, dan erangan monster. Semua tim berlomba-lomba menunjukkan kemampuan terbaik mereka untuk mengalahkan monster dan mengumpulkan batu sihir demi nilai tertinggi.

Kelompok Viana memperlihatkan kerja sama yang solid. Viana memimpin di barisan depan dengan pedang sihir di tangannya. Setiap ayunan pedangnya tidak hanya tajam secara fisik, tetapi juga dipenuhi energi elemen air dan petir, menghasilkan serangan mematikan yang menghancurkan monster dalam satu tebasan.

"Erica-sama, hati-hati di sebelah kananmu!" seru Selena yang berada di baris belakang, matanya tajam mengawasi situasi.

Erica langsung bereaksi, melangkah mundur sebelum melancarkan sihir es yang membekukan monster di sisinya.

"Licia-sama, ada dua yang datang dari depan!" Selena melanjutkan, memberikan arahan dengan suara lantang.

Licia segera melantunkan mantra pelindung untuk memperkuat Viana dan Markus yang berada di garis depan, sebelum mengirimkan serangan sihir angin yang memotong udara dengan presisi tinggi, menghancurkan dua monster sekaligus.

Markus, di samping Viana, menebas monster dengan pedang apinya. Sementara itu, Erica dan Licia mendukung dari tengah dengan serangan sihir, sementara Selena memantau pergerakan musuh dan memberikan perintah yang strategis.

Namun, ada satu anggota yang tampaknya sama sekali tidak peduli dengan pertempuran—Ferisu.

Ferisu duduk santai di atas batu besar yang berada di pinggir lorong dungeon. Ia bersandar malas, satu tangan menopang dagu, menonton rekan-rekannya bertarung dengan tatapan bosan.

"Ferisu-sama, tolong bantu di sisi kanan! Erica-sama tidak bisa terus-terusan menutup celah sendiri!" seru Selena dengan nada tegas.

Ferisu hanya mengangkat bahu. "Kalian sudah cukup baik tanpa bantuanku. Teruskan saja," ujarnya dengan nada malas sambil menguap.

"Dasar pemalas!" Erica menggerutu, mengirimkan sihir es lagi dengan penuh rasa kesal, seakan ingin membekukan Ferisu sekaligus.

"Jangan pedulikan dia. Fokus pada monster di depan," ujar Viana dengan nada tegas, pedangnya menyala terang dengan energi sihir yang mengalir deras. Setiap ayunan pedang sihirnya menciptakan percikan petir yang menyambar monster, membuat mereka runtuh dalam sekejap.

Meski tidak menunjukkan kekecewaan, dalam hatinya Viana semakin penasaran. Mengapa Ferisu bahkan ikut dalam praktik ini jika dia tidak berniat membantu?

Kelompok itu terus melaju dengan semangat, meninggalkan Ferisu yang berjalan santai di belakang mereka, seperti tidak ada tekanan sedikit pun dari situasi yang mereka hadapi.

Mereka terus bergerak dan mengalahkan setiap monster yang menghadang, tak lupa juga mereka mengumpulkan setiap kristal suhir yang dijatuhkan oleh para monster. Hingga akhirnya mereka sampai di depan gerbang bos yang berlokasi di lantai sepuluh.

"Jadi ini pintu ruangan bos?" gumam Viana saat melihat pintu besar itu.

Viana melihat ke arah semua anggota, "Apa kalian siap!?"

Semua orang mengangguk penuh dengan tekad yang siap untuk melawan apapun yang ada di balik pintu itu.

Pintu ruangan bos perlahan terbuka, memancarkan cahaya redup yang berpendar dari dalam. Aroma batu dan tanah yang berat langsung menyergap mereka. Di tengah ruangan besar itu, sebuah Rock Golem berdiri kokoh, tubuhnya terbuat dari batu besar yang bersinar samar karena energi sihir. Suaranya bergema dengan derak yang menyeramkan saat bergerak.

"Rock Golem, yah...?" gumam Viana dengan nada tenang, matanya menyipit menilai lawannya.

"Bukankah ini malah menguntungkan kita!?" seru Selena dengan semangat, "Elemen tanah lemah terhadap petir! Kemampuan Viana-sama adalah kunci untuk mengalahkan monster ini!"

Markus mengangkat pedang apinya dengan percaya diri. "Dengan kerja sama kita, bos ini tidak akan menjadi masalah besar!"

Erica dan Licia bersiap di belakang, masing-masing melantunkan mantra untuk memberikan perlindungan dan memperkuat serangan rekan-rekan mereka.

Viana mengangguk, mengangkat pedang sihirnya yang mulai memancarkan energi petir yang berkilat-kilat. "Tetap waspada. Jangan remehkan monster tingkat D, terutama karena ini adalah bos."

Saat kelompok mereka bersiap untuk menyerang, suara langkah malas terdengar dari belakang. Semua menoleh, mendapati Ferisu yang berjalan masuk dengan santai ke ruangan.

"Akhirnya kalian sampai juga di sini," ujarnya sambil menyandarkan punggung ke dinding di sudut ruangan.

"Ferisu-sama! Apa kau hanya akan menonton lagi?" tanya Selena, jelas frustrasi dengan sikapnya.

Ferisu mengangkat bahu, senyum tipis terukir di wajahnya. "Kalian cukup kuat untuk mengatasinya tanpa aku, kan?"

Viana menghela napas panjang, menenangkan emosinya. "Lupakan dia. Fokus pada pertarungan. Selena, atur strategi."

Selena segera memberikan instruksi: Markus dan Viana di garis depan, Erica dan Licia memberikan dukungan dengan serangan sihir, sementara Selena tetap di belakang untuk mengatur strategi dan memberikan perlindungan jika diperlukan.

"Serang!" perintah Selena.

Markus melesat ke depan, pedangnya menghantam kaki Rock Golem dengan keras, menciptakan retakan kecil. Viana melompat, pedang sihirnya memancarkan energi petir yang menusuk langsung ke tubuh monster itu, membuatnya mengeluarkan raungan berat.

"Bagus! Terus tekan dia!" seru Selena.

Namun, Rock Golem tidak tinggal diam. Dengan gerakan lambat tapi penuh kekuatan, ia mengayunkan lengannya yang besar ke arah Markus.

"Markus-san, mundur!" teriak Viana.

Markus melompat mundur, menghindari serangan itu dengan selisih yang tipis. Saat itu, Erica dan Licia melancarkan serangan sihir serempak, membuat Rock Golem kehilangan keseimbangan.

Melihat celah itu, Viana segera menyerang dengan pedangnya yang berkilauan oleh kombinasi elemen air dan petir. Ia melompat tinggi, menebas bagian tengah Rock Golem dengan serangan penuh kekuatan. Monster itu mengeluarkan raungan terakhir sebelum tubuhnya hancur berkeping-keping.

Saat debu mengendap, mereka melihat batu sihir besar yang bersinar terang tergeletak di tengah ruangan.

"Kita berhasil!" seru Selena, wajahnya cerah penuh kemenangan.

Erica dan Licia menghela napas lega, sementara Markus menyeka keringat dari dahinya.

Ferisu, yang masih bersandar di dinding, bertepuk tangan perlahan. "Hebat sekali. Seperti yang kuduga, kalian bisa mengatasinya sendiri," ujarnya santai.

Viana menoleh, matanya tajam. "Kau benar-benar tidak berniat membantu sama sekali, ya?"

Ferisu tersenyum tipis. "Kalian tidak membutuhkanku. Hasilnya tetap sama."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Ferisu berbalik dan meninggalkan ruangan, meninggalkan kelompok itu dalam kelelahan sekaligus kekesalan.

Viana menggenggam pedangnya lebih erat. Dia benar-benar misterius... atau hanya seorang pengecut? pikirnya dalam hati.

Erica yang merasa kelelahan hendak beristirahat dan duduk bersandar ke dinding, tiba-tiba terdengar suara retakan keras.

"Eh...?" Erica menoleh ke belakang dengan mata melebar, melihat dinding di belakangnya runtuh, memperlihatkan sebuah lubang besar yang gelap dan dalam. Sebelum sempat bereaksi, gravitasi menariknya ke bawah.

"Aaaa!!!" Erica menjerit, tubuhnya jatuh ke dalam kegelapan.

"Erica-sama!" seru Selena, panik.

Seluruh kelompok segera mendekat ke tepi lubang. Viana mencoba melihat ke dalam, tapi kegelapan yang pekat membuatnya tidak bisa memperkirakan seberapa dalam lubang itu.

"Ini buruk. Kita tidak tahu sedalam apa lubang ini, dan kita tidak bisa sembarangan masuk," ujar Markus dengan nada serius.

Di saat yang sama, Ferisu yang sudah berada di luar ruangan mendengar teriakan Erica. Ia berhenti, menajamkan pendengarannya, lalu berlari kembali ke arah mereka.

"Tunggu! Apa yang terjadi!?" pikir Ferisu dengan wajah serius.

Ketika tiba di tempat kejadian, ia langsung melihat lubang besar itu. Matanya dengan cepat menghitung jumlah orang di sana.

"Dia jatuh?" gumam Ferisu, menyadari Erica tidak ada di antara mereka.

"Erica terjatuh!" teriak Licia, wajahnya penuh kecemasan.

Ferisu menghela napas panjang, ekspresinya berubah tegas. Tanpa berkata banyak, ia berlari ke arah lubang.

"Ferisu-sama, tunggu!" Selena mencoba menghentikannya.

Namun Ferisu tidak peduli. Dengan gerakan cepat, ia melompat ke dalam lubang. "Kalian semua laporkan hal ini pada instruktur!" teriaknya sebelum tubuhnya menghilang dalam kegelapan.

Suasana menjadi hening, kelompok itu terdiam, memproses apa yang baru saja terjadi.

"Dia... melompat begitu saja," gumam Licia, tak percaya.

"Aku tak pernah menyangka Ferisu-sama akan melakukan sesuatu seperti ini," ujar Selena, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

Sementara itu, di dalam lubang, Ferisu terus meluncur turun, tubuhnya diselimuti kegelapan. Ia menggunakan tangannya untuk mengurangi laju jatuhnya dengan menyentuh dinding yang kasar.

"Aku harus menemukannya... Bagaimana pun caranya," gumamnya dengan nada penuh tekad.

1
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
yeahhh, akhirnyaa😆😆
Frando Wijaya
oke next Thor 😃
Nani Kurniasih
beyond the imagination
raja sihir gitu lho 🤩
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
awpkapwka😭
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
yeeahhh akhirnyaa😆😆
Didik Por
Biasa
Nani Kurniasih
rindu sama Laura tanpa sadar memperlakukan noa seperti ketemu Laura.
Nani Kurniasih
namanya apa ya.. putus asa kah viana karena kalah terus
Mizuki
Sekumtum bunga untuk Author
Mizuki
berapa kata bjir kok gak kerasa
Katsumi: 1-1,5k
total 1 replies
Mizuki
tiba-tiba udah ilang lagi aja masalah kontrak sucinya, padahal w pingin lihat penyelesaian masalahnya🗿
Katsumi: nda ada, sekali lewat aja itu kontrak
total 1 replies
Nani Kurniasih
keren banget sih MCnya
Nani Kurniasih
😄😄😄😄 alasan yg gazebo banget
Z Uli
calon heroine
Nani Kurniasih
latihan fisik dikitlah biar kakaknya anteng 😁
Nani Kurniasih
tetaplah kekuatannya jadi rahasia agar musuh jadi lengah
Nani Kurniasih
sebenernya gak mau repot sama hal yg remeh temeh. tapi klo ada masalah yg terlampau pelik baru dech MC yg maju
Nani Kurniasih
deg degan khan. emang sekece itu MC klo udah beraksi gak ada lawan 👍🏻
Nani Kurniasih
segitu gak pake kekuatan sihir ataupun roh. gimana klo pake ya.
Nani Kurniasih
tunjukan keahlianmu ferisu . ganbatte
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!