"Killa, Astaghfirullahalazim. Kenapa rambut Lo jadi bondol gitu?" Pekik seorang wanita paruh baya berdaster lengkap dengan hijab instan yang menutupi rambut dua warna yang termakan usia, kala melihat cucu nya merubah drastis penampilan nya setelah di khianati kekasih nya yang terkenal alim di lingkungan rumah mereka, namun bisa menghamili sahabat nya sendiri dengan dalil khilaf.
Gadis cantik berambut pixy cut dengan warna merah maroon itu hanya menampilkan cengiran yang lagi-lagi membuat wanita membuat wanita paruh baya itu beristighfar bahkan nyaris pingsan, mana kala melihat sikap gadis bernama Syakilla Humairah yang terkenal santun dan lemah lembut itu berubah 360° menjadi tomboy dan bar bar, ketika dengan santai nya gadis berusia dua puluh tahun itu berucap "Emang Killa pengen kaya gini dari dulu, Mak!"
Apakah Syakilla sengaja merubah penampilan nya karena sakit hati, atau memang sejak dulu Syakilla memang ingin kembali menjadi diri nya sendiri?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choco 33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Ogah
"Syakilla!"
Syakilla mengabaikan panggilan Faisal yang pagi-pagi sudah berada di depan pagar rumah Emak Aminah.
Gadis cantik itu meninggalkan sapu teras begitu saja saat mendengar suara Faisal memanggil nama nya, dan lebih memilih masuk kedalam rumah di bandingkan meneruskan menyapu halaman rumah Emak Aminah.
"Lah ngapa masuk lagi, Neng?"
Emak Aminah kebingungan karena cucu nya yang baru beberapa menit terdengar tengah menyapu halaman itu kini sudah berada di dalam rumah dengan wajah masam sambil menggerutu.
"Ada Faisal di depan, Mak"
Kedua bola mata Emak Aminah langsung saja membulat dengan sempurna karena gerutuan Syakilla.
"Etdah bocah. Masih pagi udah nyari gara-gara aje!"
Emak Aminah langsung keluar rumah guna menghampiri Faisal yang masih berdiri di depan pagar rumah Emak Aminah karena Syakilla belum sempat membuka kunci gembok pagar, yang baru beberapa minggu di pasang.
"Heh Isal!"
Wajah Faisal langsung memucat ketika yang keluar dari dalam rumah adalah Emak Aminah.
"Ngapain Lo pagi-pagi udah di mari?"
Emak Aminah berjalan kearah pagar sambil membawa sapu ijuk dengan dengan gagang sapu yang di arahkan kepada Faisal.
"Ah, cuma lewat aja Mak"
Faisal tergugup ketakutan karena Emak Aminah adalah orang yang selalu langsung bertindak kalau sudah menyangkut keluarganya, terlebih kalau itu menyangkut Syakilla, maka Emak Aminah akan menjadi garda terdepan membela Syakilla, kalau ada uang menyakiti cucu nya walaupun itu hanya sekedar omongan.
"Alesan aje Lo. Kalau emang cuma lewat ngapain Lo masih ngejogrok di depan pager rumah Gue?" Emak Aminah membalas ucapan Faisal dengan kesal sambil mengarahkan gagang sapu kepada Faisal.
"Balik sono Lo, jangan lagi-lagi Lo kasih liat muka Lo di rumah Gue!"
Faisal bergidik ngeri ketika suara lantang Emak Aminah dan pukulan gagang sapu di pagar itu terdengar di pagi hari, membuat beberapa pintu rumah tetangga Emak Aminah yang masih tertutup itu mulai terdengar kunci pintu di buka satu persatu.
Tanpa pamit Faisal pun langsung berjalan meninggalkan rumah Emak Aminah dengan di iringi omelan Emak Aminah juga cemooh an para tetangga Emak Aminah yang memang tidak menyukai Faisal karena masih saya mengejar Syakilla padahal tenda hajat di rumah Zahra saja masih terpasang, namun laki-laki yang kemarin menjadi pengantin pria itu.
"Dasar mokondo!"
Wajah Faisal semakin suram ketika beberapa teriakan dari para tetangga sekitar rumah Syakilla saat Dia berjalan cepat meninggalkan rumah Emak Aminah.
"Pagi-pagi kerja Sal, bukan malah nyamperin rumah mantan paksaan!"
Lagi-lagi teriakan julid tetangga Emak Aminah masuk kedalam telinga nya dan membuat Faisal pun semakin mempercepat langkah kakinya menuju kediaman kedua orang tua nya.
"Susah emang kalau masih ngetek sama orang tua. Yang ada di otak nye cuma mantan bukan malah cari cuan!"
Kali ini Faisal lebih memilih berlari kecil meninggalkan para tetangga nya yang kini bersorak kesal kepada nya.
"Semua gara-gara Zahra Si Alan!"
Faisal pun mengumpati Zahra yang saat ini tengah bersin bersin karena di umpat oleh Faisal.
"Liat aje Ra, Gue bakalan bikin hidup Lo menderita, karena udeh misahin Gue sama Syakilla!"
"Cerah amat muka nya Bestie?" Syakilla mendongakkan kepala dari buku yang tengah di baca nya.
Seorang gadis bercadar duduk di hadapan nya sambil meletakkan sebuah botol minuman kepada Syakilla.
Syakilla menyunggingkan senyuman seraya berkata,
"Tumben udah dateng aja, Ning?"
Kedua bola cantik dibalik cadar itu berputar malas karena panggilan Syakilla kepada nya.
"Ini bukan di pondok Neng. Lagi pula Kamu juga kan bukan warga pesantren. So stop calling me Ning!"
Tawa Syakilla menguar karena protesan teman baru beberapa bulan nya yang Syakilla ketahui adalah salah seorang cucu dari pemilik pesantren di salah satu pondok di luar kota.
"Iya iya, sensi amat sih Nimas, lagi PMS yah?"
Nimas menghela nafas pelan lalu merebahkan kepala nya di atas tas ransel keatas meja dan membuat nya menjadi bantalan kepala nya.
Syakilla menutup buku yang tengah dibaca nya, karena melihat tingkah Nimas yang berbeda dari biasa nya.
"Lagi ada masalah, Nimas?"
Nimas mengangkat kepala nya dari posisi rebahan, guna melihat kearah Syakilla yang kini tengah menatap nya penuh tanya.
"Banyak, Killa"
Nkmas menjawab pelan pertanyaan Syakilla.
"Bahkan sekarang Aku lagi kesel banget sama Kak Abian!"
Terdengar decakan kecil ketika Nimas menceritakan salah satu masalah nya kepada Syakilla.
Walaupun mereka baru dekat selama beberapa bulan sebagai sahabat, namun kedua nya sudah sering saling berbagi masalah karena kedua nya memiliki sifat yang sama.
Terlebih kedua nya bukan lah orang yang suka berteman dengan sembarang orang dan hanya akan berteman dengan orang-orang yang satu pemahaman saja.
Sehingga bukan hal yang aneh kalau mereka saling bercerita tentang kehidupan mereka namun tetap menjaga rahasia satu sama lain.
"Kenapa lagi?. Kamu di samperin lagi sama pacar nya Kak Abian?"
Nimas menggelengkan kepala nya, namun Syakilla melihat kalau ada kemarahan dalam sorot mata Nimas.
"Lalu, apa yang membuat Kamu sebel kesel sama Kak Abian?"
Nimas menarik nafas pelan sebelum memulai cerita kepada Syakilla.
"Kemarin Dia datang kerumah bersama Ayah dan Ibu,"
Nimas diam untuk sesaat,
"Bukan nya memang sudah rutin kalau mereka suka datang ke rumah Kamu, Nimas?"
Nimas mengangguki ucapan Syakilla, kedua jemari Nimas yang berbalut sarung tangan hitam itu saling bertautan seolah menandakan kalau Nimas gugup.
Syakilla menepuki pelan kedua telapak tangan Nimas yang saling bertauan itu.
"Kak Abian datang untuk melamar Aku, Killa"
Kedua bola mata Syakilla membulat dengan sempurna setelah Nimas selesai berucap, namun sesaat kemudian Syakilla tersenyum kepada Nimas yang masih memasang wajah sendu.
"Wow. Bagus dong. Selamat ya, Nimas"
Nimas berdecak kesal atas ucapan Syakilla.
"Apa nya yang selamat, justru itu jadi musibah buat Aku, Killa"
Syakilla meringis kecil karena ucapan Nimas, terlebih melihat kedua bola mata Nimas yang memancarkan kesedihan, kekecewaan juga kekesalan.
"Aku nggak habis pikir sama Kak Abian. Bisa-bisa Dia ngelamar Aku padahal Dia sudah punya pacar!" Nimas berucap dengan nada yang kesal dibalik suara lembut nya.
"Mana pacar nya posesif banget lagi!" Syakilla mengangguki setuju ucapan Nimas, karena beberapa kali Dia pernah bertemu dengan kekasih Abian yang langsung mendamprat Nimas saat mereka tengah nongkrong di cafe untuk membahas tugas kuliah.
"Terus Kamu terima lamaran Kak Abian?"
Nimas menggelengkan kepalanya lalu melihat kearah Syakilla,
"Aku menolak lamaran nya, dengan alasan masih ingin melanjutkan kuliah"
"Berarti masih ada kemungkinan kalau Kak Abian terlebih Ayah dan Ibu nya akan melamar ulang Kamu, Nimas?"
Nimas mengangkat kedua bahu nya.
"Nggak tau dan Aku juga nggak mau tau. Karena kalau hal itu terjadi, Aku akan menolak nya"
"Ogah banget Aku sama lelaki yang nggak bisa jaga diri, keluar masuk hotel sama wanita udah kaya masuk ke toilet umum. Belum lagi kelakuan nya yang bukan nya ikut kajian malah sibuk ke klub malam"
Nimas menggelengkan kepala nya, namun dari nada bicara juga sorot mata Nimas terlihat kalau ada rasa kecewa yang amat sangat karena sosok bernama Abian.
"Siapa tau Kak Abian sudah berubah"
Nimas kembali menggelengkan kepala nya,
"Nope"
"Sehari sebelum Dia datang kerumah, Aku ngeliat Dia sama pacar nya masuk ke hotel. Jadi Aku yakin kalau Dia ngelamar Aku cuma mau bikin Ayah dan Ibu senang!"
Lagi terdengar nada kecewa dari ucapan Nimas.
################################
Jangan lupa like juga komen nya ya
See you next bab
apa namanya Syakila