Lebih Indah

Rega merasa kebingungan saat ini, hanya sekedar keluar rumah mencari makan saja dia sangat takut apalagi pergi jauh,dia juga takut bermain menggunakan ponselnya.Bayangan kemarahan Satria sangat mengganggu disetiap sudut matanya.

Menyesal juga tidak berguna,semua kesalahan yang dia lakukan dibelakang Satria jelas bisa membuatnya jatuh miskin.

"Apa yang harus aku lakukan?ayolah Rega cepat berfikir."kata Rega memukul kepalanya pelan

Rega berinisiatif menemui Sean,mungkin dia bisa membantunya,diraihnya kunci mobil dan ponsel miliknya dan pergi keluar meninggalkan rumah.

Sean menerima panggilannya dan dia setuju untuk bertemu dengan Rega dengan syarat tidak membawa orang lain.

"Dimana?"tanya Sean

"Resto Amara."jawab Rega

"Baik,sekarang."kata sean

Rega memakai baju yang tidak seperti biasanya,dengan topi masker dan kacamata dia mampu mengelabuhi Sean yang berjalan melewati,senyumnya mengembang tiba-tiba.

"Dengan baju seperti ini aku bisa keluar masuk rumah."kata Rega

Rega membatalkan pertemuan dengan Sean dan membuang kartu ponselnya,karena dengan cara barunya dia bisa kembali melanjutkan hidupnya entah bagaimana caranya.Yang terpenting saat ini melarikan diri sejauh mungkin.

****

Satria tidak mengijinkan istrinya kembali bekerja setelah kejadian yang menimpa Raisa sebelumnya,dia juga lebih banyak bekerja dirumah menemani istrinya yang menurutnya sedikit rewel dan manja.

"Bos,kamu tidak pergi kerja?"tanya Raisa

"Tidak,hari ini kerjaan aman."jawab Satria

"Aman apanya?dari tadi kamu sibuk didepan layar?"tanya Raisa

"Kenapa?kamu mau sesuatu?"tanya Satria

Raisa berjalan keluar kamarnya dan bersandar didinding balkon,melihat kedepan dengan pandangan tanpa batas.

Setelah mertuanya kembali lagi keluar negeri dia jadi merasa sepi,tidak ada lagi canda dari Mami dan Kak Tamara.

Satria masih sibuk dengan laptopnya,namun dia berhenti karena melihat istrinya melamun disiang bolong.

"Kamu mau sesuatu?"tanya Satria

"Boleh?"tanya Raisa

"Tentu saja,Apa?"tanya satria lagi

"Aku bosan dirumah."jawab Raisa

"Lalu?"tanya Satria

"Ayo kita jalan."ajak Raisa

"Jauh atau dekat?"tanya Satria

Raisa masih berfikir dengan menggigit bibirnya,meski malu sebenarnya mau mengatakannya.

Satria memainkan ponselnya dan menghubungi seseorang.dan tersenyum dengan jawaban yang didapatnya.

"Ayo kita berangkat."ajak Satria

"Ah,secepat itu."kata Raisa

Raisa mengikuti dibelakang suaminya,berjalan kearah mobil yang diparkirnya dan duduk manis disebelah Satria.Setelah memakai sit belt mobil keluar dari garasi melintas dijalan perumahan dan melaju membelah lalu lintas jalan raya.

"Kita mau kemana?"tanya Raisa

"Tadi bilang bosan dirumah."jawab Satria

"Iya,tapi kamu cuma pakai celana pendek gitu?"tanya Raisa

"Yang penting dompetku ada duitnya."jawab Satria

Gelak tawa terdengar dari keduanya,meski sebenarnya Satria masih sangat fokus memegang stir mobil.Pandangannya tertuju kejalan sesekali melihat kearah istrinya.

Raisa merasa mengantuk karena perjalanan terlalu jauh,dia terlelap bersandar jendela.

Saat mendekati pesisir mobil melaju perlahan dan berhenti disebuah rumah mungil dipinggir pantai,suasananya sangat hangat dan bersahabat siang ini.

"Sa,bangun sudah sampai."kata Satria

"Ah iya,kita dimana?"tanya Raisa

"Ayo turun."ajak Satria

Satria turun dari mobil dan duduk didepan mobilnya,Raisa juga mengikuti namun dia hanya berdiri didepan suaminya,tangan Satria melingkar dipinggang Raisa.

"Bagaimana?kamu suka?"tanya Satria

"Cukup menghibur."jawab Raisa

"Jawaban macam apa itu?"tanya Raisa

"Pertanyaan apa itu."jawab Raisa tidak mau kalah

Saat keduanya sedang asyik bercanda tiba-tiba ada seorang wanita cantik menyapa Satria,dan itu membuatnya terkejut karena wanita itu adalah cinta pertama Satria

"Satria."Sapanya

"Alana."Satria menjawab sapaan

Satria melepaskan pelukan dan berlari menghampiri wanita yang menyapanya,Raisa berjalan meninggalkan Satria menuju pantai dan melepas sepatunya.

Melihat Satria dia merasa pernikahannya hanya seperti pernikahan kontrak,dan Satria merasa bertanggung jawab karena bayi yang dikandungnya.

"Ah sudahlah,tidak perlu jatuh cinta padanya."kata Raisa menampik perasaannya

Satria masih terlibat pembicaraan serius dengan teman wanitanya,penampilannya sangat beda saat ini.Alana adalah cinta pertamanya,dia pergi begitu saja hingga membuat Satria depresi dan suka bermain dengan wanita.

"Kamu kemana saja?"tanya Raisa

"Aku menikah tapi sekarang sudah bercerai."jawab Alana

Alana berjalan mendekati Satria dan memeluknya,dari jauh Raisa melihatnya dan pura-pura membuang pandangannya kearah lain,karena merasa Satria tidak berusaha menolak pelukan dari Alana.

"Raisa kamu harus kuat."lirihnya

Karena lelah Raisa kembali berjalan dan membawa sepatunya,karena merasa Satria meninggalkannya dia masuk kembali kedalam mobil,menyalakan mesin dan meninggalkan Satria begitu saja.

Mobil yang Raisa kendarai kehabisan bahan bakar,tas tidak sempat dibawa dan ponsel juga mati kehabisan daya.

Raisa berjalan kesebuah rumah berniat untuk mengisi daya ponselnya.

"Permisi."sapa Raisa

Seorang ibu keluar dan menjawab sapaannya dengan ramah,dia mempersilahkan Raisa masuk karena sebentar lagi malam tiba.

"Ibu saya berniat meminjam charger."kata Raisa

"Oh iya ada,sebentar ibu ambil."jawabnya

"Makasih banyak ya Bu."kata Raisa

Setelah tiga puluhan menit mengisi daya Raisa menyalakan ponselnya dan menghubungi Sean untuk menjemputnya.

Hampir satu jam menunggu akhirnya Sean datang,dan Raisa spontan memeluknya.Dia menangis meski sebenarnya dia menahannya.

"Tidak apa-apa,Ayo kita pulang."ajak Sean

"Aku takut kamu tidak datang menjemputku,tempat ini begitu asing bagiku."kata Raisa

"Iya,sudah kamu tenang ya."kata Sean

Raisa memejamkan matanya dan tertidur,Sean sudah tahu permasalahnnya meski sebenarnya ada yang ditutupi oleh Satria itu sebabnya dia tidak banyak bertanya kepada Raisa.

Satria menghubungi Sean sebelumnya dan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya,dan Sean sangat marah mendengar langsung dari Bos besarnya.

dr.Irawan Putra sudah menunggu kedatangan Sean dan Raisa,saat sampai rumah Raisa langsung masuk kedalam kamar dan menghempaskan tubuhnya.

Sean mengikutinya dari belakang bersama dengan dr.Irawan yang akan memeriksanya.

"Sa,biar dokter memeriksamu ya."kata Sean

Raisa hanya mengangguk dan memejamkan mata,air matanya mengalir meski dia berusaha menyembunyikannya.

Selesai memeriksa Sean meminta pembantu membuatkan makanan untuk Raisa,rasanya seharian ini dia belum makan ditambah lagi masalah dengan Satria.

"Sean,aku butuh kamar sendiri."kata Raisa

Sean hanya mengangguk menuruti kemauan Raisa,dan meminta beberapa orang untuk membersihkan kamar lain yang akan dipakai Raisa.

Satria kembali kerumah lewat dini hari bahkan sampai mendekati Subuh,Sean yang semalaman berjaga langsung mengintrogasinya secara langsung,bahkan mungkin jika Satria bukan bos besarnya dia mungkin sudah memukulnya.

"Kamu ini cari masalah saja."kata Sean

"Aku kalut tadi saat bertemu kembali dengannya."kata Satria

"Lalu kamu melupakan istrimu begitu saja?"tanya Sean

"Itulah aku lupa waktu tadi."jawab Satria

"Hah,aku lelah.Saat ini Raisa butuh tenang,dia meminta kamar sendiri dan mungkin kedepan dia akan mengabaikanmu."kata Sean.

"Apa maksudmu?"tanya Satria

"Kamu tanya sendiri,aku juga tidak paham masalah kalian."jawab Sean

"Aku mohon bantu aku,ini sangat serius."pinta Satria