NovelToon NovelToon
My Posesif Brother

My Posesif Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Trauma masa lalu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Asmawi97

"Aletha jangan pulang terlambat!"

"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"


"ALETHA!"


"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."

Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.

Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

"Jangan sakit terus kakak. Jika kakak takut, kakak punya Raya... Jangan takut." ucap Naraya sambil menepuk lengan Galang.

Mendengar ucapan itu. Galang semakin merasa nyaman. Ucapan gadis kecil itu benar-benar membuat nya tenang.

Galang tenggelam dalam kenyamanan nya sampai tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar rawat nya dan berteriak lantang memanggil nama nya.

"Galang...."

Galang tersentak saat beberapa perawat dokter dan juga ayah nya berada di ruangan nya. Galang kembali merasakan takut dan mempererat pelukan nya pada Naraya, seolah mencari perlindungan dari tubuh kecil gadis yang mengaku sebagai adiknya.

"Jangan mendekati ku... Jangan mendekati ku jika hanya ingin melukai ku... JANGAN MENDEKAT!!"

Naraya mengerjap polos saat Galang semakin memeluk nya dengan begitu erat sampai membuat nya sesak. Namun Naraya lebih tidak mengerti lagi saat Kak Galang menyuruh dokter dan Papa Angga untuk tidak mendekat.

"Galang Galang... Jangan sakiti Naraya... Eoh?" Angga merasa begitu resah saat melihat Galang memeluk Naraya dengan begitu erat. Sementara Naraya nampak menggeliat tidak nyaman dalam pelukan Galang.

"Kakak... Kenapa memeluk ku begitu erat?" tanya Naraya keheranan sambil mencoba melepaskan pelukan Galang. Namun bukan nya melepaskan nya, Kak Galang semakin mempererat pelukan nya sampai membuat tubuh kecil Naraya terasa sakit karena seolah Galang sedang mencengkram nya.

"Mereka orang jahat Naraya. Mereka, mereka semua mau menyakiti ku!" Galang semakin gelisah, apalagi melihat mereka semakin mencoba mendekati nya. Galang menggeleng dan terus mempererat pelukan nya.

"Ti-dak kakak~ kakak sakit~" Naraya hampir menangis karena tubuhnya benar-benar sakit karena seolah di cengkram oleh pelukan Galang.

Angga semakin kalut melihat Naraya yang hampir menangis. "Galang. Lepaskan Naraya. Dia kesakitan nak. Papa mohon... Yah?"

"Kakak sakiiit~" Naraya benar-benar menangis membuat Galang membulatkan kedua bola matanya. Dan dengan cepat melepaskan pelukan nya.

"Galang...."

Galang memandang tajam beberapa perawat yang hendak mendekati nya.

"Jangan mendekat dan aku akan melepaskan Naraya." ucap Galang dengan tatapan tajam nya membuat mereka berhenti untuk mendekati Galang.

"Ba-baiklah..."

Galang merubah raut wajah nya saat memandang Naraya yang nampak menangis. Pasti karena pelukan nya malah menyakitkan Naraya. "Naraya... Kamu gak papa? Tidak ada yang terluka kan?"

"Tidak kakak....Raya...."

Galang tidak dapat mendengar lagi ucapan Naraya. Pandangan nya tiba-tiba mengabur dan tubuhnya melemas. Dia bisa merasakan seseorang tiba-tiba menyuntikan sesuatu pada lengan nya saat dia lengah. Perlahan kedua kelopak matanya terasa memberat dan akhirnya dia tertidur. Angga lalu mendekat. Memandang Galang dengan penuh rasa sesal karena lagi lagi harus menggunakan obat penenang untuk Galang.

"Maaf Galang. Kami harus melakukan ini. Papa minta Maaf...."

Angga lalu memandang Naraya yang mengerjap polos, tidak mengerti dengan semua yang terjadi. Angga memeluk Naraya dengan perlahan dan bersyukur Galang tidak melakukan hal buruk pada Naraya.

"Naraya... Kamu baik-baik saja nak? Tidak ada yang terluka?"

Naraya menggeleng. Masih duduk di ranjang Galang. "Tidak Papa... Tadi Raya hanya merasa sesak saja karena kakak memeluk Raya begitu erat. Mungkin karena kakak tidak mau pisah sama Raya..."

Angga menghela napasnya. Namun juga merasa bersalah karena gadis polos seperti Naraya harus mengalami hal seperti tadi. Angga lalu menggendong tubuh Naraya. "Mulai besok. Raya tidak boleh kesini lagi ya..."

"Kenapa? Rayakan pengen main sama kak Galang Papa..."

"Raya bisa main, tapi nanti jika Kak Galang nya sudah sembuh yah?"

"Baiklah Papa, Raya ngerti..."

.

.

.

Malam harinya. Galang terbangun dari tidur nya. Dia lalu memandang sekeliling nya. Hanya ada dua orang perawat di dalam kamarnya. Galang lalu mengingat kejadian sebelum dia kehilangan kesadaran nya. Orang orang dewasa itu kembali menyakiti nya. Dan bahkan memisahkan nya dari seseorang yang dapat membuat nya tenang dan nyaman.

"Mana Naraya?" Tanya Galang pada seorang perawat yang sedang berada di dalam ruangan nya. Namun perawat tersebut tidak menjawab membuat Galang semakin kesal.

"Ku bilang MANA Naraya?! KAU TIDAK MENGERTI HA?!"

Galang mencoba melepaskan ikatan tali di tangannya. Memandang marah pada perawat yang sudah memisahkan nya dari Naraya. Bocah kecil yang membuat nya nyaman.

"AKU TIDAK BUTUH KALIAN! ORANG DEWASA YANG JAHAT! AKU HANYA BUTUH NARAYA!!"

Galang semakin meronta dan berteriak teriak membuat perawat itu memencet tombol darurat dan beberapa saat setelah nya seorang dokter datang ke dalam ruangan Galang.

"Dokter...pasien yang bernama Galang kembali histeris."

"Kali ini, pasien terus meminta orang bernama Naraya untuk menemui nya."

Dokter Denis mendekati Galang yang nampak meronta minta di lepaskan dan memandang tajam semua orang dewasa yang berada di dalam ruangan nya. Dokter Denis lalu mengusap rambut Galang. Mencoba seramah mungkin dengan pasien nya.

"Galang ingin Naraya?"

Galang menghentikan rontaan nya dan memandang dokter tersebut.

"Benar. Bawa Naraya padaku. Aku hanya membutuhkan Naraya. Bukan kalian!"

.

.

.

.

"Apa?! Galang menginginkan Naraya? Maksudnya?" Angga memandang tidak mengerti dokter yang menangani putra nya.

Dokter Denis hanya menganggukkan kepalanya. "Galang pasti merasa takut pada orang orang dewasa yang tidak di kenal nya. Juga Merasa takut pada seorang wanita. Tapi Galang, mungkin merasa tenang dan nyaman saat anak bernama Naraya itu berada di dekat nya. Percaya padaku Angga. Galang mungkin bisa sembuh jika anak bernama Naraya itu selalu menemani nya dan membuat nya tidak merasakan takut... "

"Bawa Naraya kemari Angga."

"Baiklah. Akan saya coba Dokter..."

.

.

.

"Hana bolehkah?" Angga bertanya lagi untuk yang kesekian kalinya. Setelah kemarin dokter memberikan saran agar membawa Naraya pada Galang. Angga hari ini meminta ijin pada Hana untuk melakukan hal tersebut.

Hana tersenyum dan mengusap jemari Angga. "Lakukan saja Mas Angga. Jika itu dapat membuat Galang sembuh. Lagi pula, Naraya bercerita jika Galang adalah seorang Kakak yang baik. Bahkan Naraya agak sedih saat Mas melarang nya untuk menemui Galang."

"Benarkah? Jadi aku boleh membawa Raya lagi?"

"Emmm... Asal Raya tidak terluka dan Mas menjaganya dengan baik."

Angga langsung memeluk Hana. Begitu berterima kasih karena Hana begitu baik padanya.

"Terimakasih Hana! Aku benar-benar berterima kasih. Kau dan putrimu adalah yang terbaik..."

.

.

.

Angga kembali ke rumah sakit dengan Naraya. Anak itu tampak begitu senang dan antusias karena dapat kembali bertemu dengan Galang. Meskipun agak was was akhirnya Angga membawa Naraya ke dalam ruangan Galang. Sudah ada dokter Park disana serta Galang yang nampak duduk di ranjang nya.

Galang lalu memandang Sang ayah yang datang bersama seorang gadis kecil yang sejak kemarin dia cari.

Naraya lalu berlari mendekati ranjang Galang. Sedikit berjinjit karena ingin lebih dekat dengan Galang. Membuat dokter Denis hendak membantu bocah itu. Namun Galang malah memandang tajam sang dokter dan langsung memangku tubuh Naraya dan mendudukan nya di atas ranjang milik nya.

Naraya tersenyum senang. " Hai kakak..."

Galang balas tersenyum. "Kau datang...."

"Tentu saja. Kita harus bermain. Kita akan menjadi saudara, jadi harus sering bersama. Iya kan Papa..?"

Angga menganggukkan kepalanya. Melihat Galang yang nampak tenang saat berada di dekat Naraya. "Tentu saja..."

"Galang..." Galang tersentak saat dokter memanggil namanya. Dengan cepat Galang menggenggam tangan Naraya. Tidak mau terpisah lagi dari adiknya.

"Bagaimana, kalau kita melakukan pengobatan dengan Naraya yang juga menemani mu... Hmmm?"

Galang memandang Naraya dan dokter Denis bergantian. "Aku akan melakukan apapun. Asal Naraya tetap berada di samping ku."

1
nyonya
kaka gila ini mah
Mamimi Samejima
Penasaran banget sama kelanjutannya, update please! 😍
Shishio Makoto
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
Asmawi97: Makasih dah jd komentar pertama ku.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!