Dua orang Kakak beradik dari keluarga konglomerat dengan sifat yang berbeda, sama-sama jatuh cinta pada seorang wanita.
Satria yang diam-diam telah menjalin cinta dengan Aurora terpaksa menelan kenyataan pahit saat mengetahui wanita yang dinikahi Kakaknya Saga adalah kekasih hatinya, Aurora.
Satria yang salah paham pada Aurora, jadi sakit hati dan frustasi. Cintanya pada Aurora berubah menjadi dendam dan kebencian.
Satria melakukan banyak hal untuk merusak rumah tangga kakak dan mantan kekasihnya itu.
Hingga akhirnya, Saga meninggal karna penyakit kelainan jantung yang ia derita dari kecil.
Satria malah menuduh, Aurora lah peyebab kematian sang Kakak.
Rasa benci yang mendalam, membuat Satria terus menerus menyiksa batin Aurora.
Apakah Aurora sanggup bertahan dengan ujaran kebencian Satria? Sementara Aurora masih sangat mencintai Satria.
Jangan lupa mampir ke karya author yang lain ya, 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENCULIKAN YANG DI RENCANAKAN
Siang itu, dibawah terik mentari yang lumayan panas menyengat.
Aurora tampak keluar dari sebuah supermarket yang tak jauh dari rumah keluarga Wira tama. Ia baru saja membeli beberapa perlengkapan kebutuhan wanita yang ia butuhkan.
Walau dengan pakaian biasa dan terlihat sederhana, Aurora tetap kelihatan cantik tanpa polesan makeup di wajahnya. Ia tetap terlihat menonjol dari banyaknya orang yang berlalu lalang.
Aurora sengaja keluar rumah dengan penampilan seperti itu. Ia takut, Saga yang posesif akan berpikir yang tidak-tidak jika ia berdandan berlebihan dan itu bisa menimbulkan kecurigaan dan pertengkaran yang sering terjadi di antara mereka.
Saga punya seribu satu alasan untuk mengekang Aurora untuk tidak keluar rumah. Sebenarnya, Aurora bisa saja berbuat seenak nya tanpa mempedulikan perintah Saga. Tapi sikap ibu mertuanya yang bertingkah seperti mata-mata seringkali membuat Aurora gerah. Aurora lelah terus di curigai.
Saat Aurora hendak menyebrang menuju gang rumah kediaman Wira Tama yang ada di seberang jalan, mendadak sebuah mobil sedan hitam muncul dan berhenti tepat di hadapannya.
Pintu mobil itu langsung terbuka dan Satria terlihat turun dari mobil mengejutkan Aurora. Satria segera menarik tangan Aurora dan memaksanya masuk ke dalam mobil tanpa bisa melakukan penolakan ataupun perlawanan.
Mobil sedan yang di kemudikan oleh seorang pria tak di kenal oleh Aurora itu langsung melesat kencang menuju sebuah tempat yang berada di sudut kota.
Sepanjang jalan, Aurora tak mampu berkata karna raut wajah Satria tampak tegang dan tiada senyuman terukir di bibirnya.
Hingga tak lama kemudian, mobil itu pun berhenti di sebuah gedung apartemen yang tidak terlalu mewah.
"Kembali dua jam lagi! Jangan jauh-jauh!" ucap Satria pada si pengendara mobil yang tak lain adalah Devan sahabatnya.
Devan hanya mengedipkan mata seraya memberi kode dengan mengacungkan jarinya berbentuk huruf O.
Sepertinya, perbuatan mereka untuk menculik Aurora, sudah di rencanakan dari awal.
Satria menarik tangan Aurora agar turun dari mobil dan membawanya masuk ke dalam sebuah apartemen yang merupakan milik Devan.
Aurora yang sedari tadi cuma diam tak bicara selama di perjalanan, mulai tampak gelisah karena merasa telah diculik dan akan dibawa kabur oleh Satria.
"Kenapa kamu membawa ku kesini Satria?" tanya Aurora heran.
Satria menggulung lengan baju kemejanya sedikit ke atas seraya melirik Aurora yang langsung duduk diatas sofa yang ada di apartemen Devan.
Kemudian, Satria menghempaskan bokongnya, ikut duduk di samping Aurora yang lantas menjauh menjaga jarak darinya.
Satria mendesah panjang, Ia tampak kecewa dengan perubahan sikap Aurora padanya.
"Aku ingin menagih janji mu!" sahut Satria dengan nada sarkas.
Ia menatap Aurora dengan tajam. Tatapan mata Satria seolah menusuk ke dalam relung hati Aurora. Hatinya sangat cemas, mengingat situasi mereka yang cuma berdua saja di dalam apartemen itu.
"Janji? Janji apa maksudmu?" Aurora pura-pura tak mengerti apa maksud ucapan Satria.
"Hahaha...mudah nya kamu melupakan janji itu Aura."ujar Satria tertawa getir.
Aurora tak pernah melupakan janji yang ia buat dulu dengan Satria. Hanya saja, janji itu sudah tak bisa ia penuhi lagi.
Aurora terdiam tanpa kata. Ia memalingkan wajahnya tak sanggup menatap Satria. Semakin lama berada di samping Satria membuat perasaannya makin lemah. Aurora takut di kuasai perasaan cintanya yang tak bisa ia bendung.
Satria tampak gusar dengan sikap Aurora yang tak memandangnya sama sekali. Ia menarik tangan Aurora dengan kuat, hingga tubuh Aurora tersentak dan berada dalam pelukan Satria yang kuat.
"Aku rindu padamu Aura!" bisik Satria seraya mencium pucuk kepala Aurora dan membelai rambut Aurora dengan perlahan.
Tubuh Aurora sontak menggigil. Rasa rindu yang sekian lama ia tahankan untuk Satria terasa terlepaskan sudah. Aurora tampak pasrah dalam pelukan Satria yang terasa hangat dan teramat ia rindukan.
"Apakah kamu tahu, hatiku terluka. Tanpa mu, Aku kehilangan separuh nyawa ku." ucap Satria dengan suara serak.
Aurora menangis dalam diam. Ia menggigit bibir nya, hatinya teramat pilu mendengar ucapan Satria yang menyedihkan.
"Aku sangat mencintaimu Aura. Aku tak bisa kehilanganmu." Suara Satria terasa bergetar.
Satria berbisik lirih ke dekat telinga Aurora. Rasa sakit hati, benci, dan rindu yang bersemayam di dadanya seolah mengguncang perasaannya. Ia ingin menumpahkan kemarahannya hari ini pada Aurora.
Aurora harus tau, bagaimana sakit yang ia rasakan. Bagaimana rasa cinta dan kerinduan itu menyiksa batinnya.
Satria menarik dagu Aurora keatas. Ia ingin melihat ekspresi wajah Aurora yang dulu penuh cinta dan selalu tersenyum riang tatkala bersamanya.
Namun, ekspresi itu tak lagi sama. Di mata Aurora hanya ada kesedihan dan kegelisahan yang entah kenapa membuat hatinya semakin terluka. Binar-binar cinta yang biasa ia temui di mata itu tak lagi terlihat.
Kemana perginya senyuman manis yang selalu ia tebarkan dibibirnya? Kenapa Aurora terlihat menyedihkan? Satria merasa gundah.
"Kamu? Apa kamu tak mencintaiku lagi?" tanya Satria dengan perasaan curiga.
"A-ku, aku mencintaimu Satria." jawab Aurora dengan perasaan sedih.
Air mata nya seketika luruh, tak mampu ia tahankan.
Satria mengusap air mata Aurora perlahan dengan jemari tangannya. Bukan itu saja, jemarinya pun bergerak perlahan membelai bibir Aurora yang merah merekah dengan penuh perasaan.
Tubuh Aurora terasa gemetaran saat Satria mendekatkan bibirnya dan mengecup bibir Aurora dengan lembut.
"Aku akan menagih janji mu pada ku hari ini. Kamu adalah milikku Aura. Hanya milikku." bisik Satria pelan ke telinga Aurora.
Aurora tampak tak berdaya saat Satria kembali melumat bibirnya dengan lembut. Jemari Satria pun perlahan beraksi membelai dan bergerak menelusuri setiap jengkal tubuhnya.
Pemuda tampan yang sangat ia cintai itu, terlihat mulai bernafsu dan berniat menyentuh bagiannya yang terlarang.
Aurora mulai cemas dan panik saat tangan Satria sulit untuk di diamkan.
"Satria, jangan. Aku...," Aurora menahan tangan Satria dengan kuat.
Ia terlihat sangat ketakutan. Seakan tak rela di sentuh oleh Satria.
Hal itu membuat Satria jadi gusar. Dia yang telah berada di dalam alam bawah sadarnya, seakan di tarik kembali oleh kalimat yang di lontarkan Aurora ke suatu tempat yang tak ia inginkan.
'Kenapa? Apa kamu sudah tidur dengan Saga hah? Kamu sudah memberikan apa yang harusnya menjadi milikku pada Saga?" bentak Satria penuh rasa kecewa.
Satria mendorong tubuh Aurora yang berada dalam pelukannya kuat hingga terbanting di atas sofa.
"Kamu telah menipuku Aura! Kamu mengkhianatiku! Aku membencimu NYONYA AURORA MENTARI!" teriak Satria meledak-ledak.
Perasaannya kembali di hancurkan oleh kenyataan yang harus ia terima hari ini.
"Hahaha...Cinta, janji yang kamu ucapkan padaku cuma bohong!" Satria tertawa getir.
Hatinya terasa makin hampa dan tak ada lagi harapan yang tersisa. Satria merasa dirinya sangat bodoh karna terlalu menaruh harapan pada rasa cinta Aurora yang ia yakini teramat besar padanya.
Ia pikir, ia masih punya waktu dan kesempatan untuk merebut cintanya kembali. Tapi lagi-lagi ia terlambat, Aurora begitu cepat menyerahkan dirinya pada Saga. Padahal, ia masih berjuang untuk merebut Aurora, kembali dalam dekapan nya.
.
.
.
BERSAMBUNG
Taukah kau, sekuat apapun kau berjuang. Takdir itu sudah di tentukan. Yang bukan milik mu, takkan bisa kau miliki. Meskipun itu di paksakan, akhirnya tetap tak kan sama seperti yang kau ingin kan.
suami kasar, si emak kasar juga