NovelToon NovelToon
Berawal Dari Terpaksa.

Berawal Dari Terpaksa.

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:39.2k
Nilai: 4.4
Nama Author: selvi serman

Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.

Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pola pikir seorang Abimana.

"Apa dia saudara kembarnya tuan Abimana???." bergumam lirih sembari menyaksikan punggung Abimana dan asisten Purba semakin menjauh hingga masuk ke dalam lift.

Jangankan pegawainya, asisten Purba yang sudah lengket seperti prangko pun dengan Abimana masih bingung dengan perubahan sikap tuannya itu.

"Saya sudah menghubungi pihak Galaxy group, tuan." Asisten Purba melaporkan bahwasanya perintah Abimana telah dilaksanakannya.

"Terima kasih." Lagi, Abimana mengulas senyum tipis sambil menepuk pelan pundak asisten Purba, sebelum kemudian melangkah keluar dari lift.

Meskipun masih belum mengetahui penyebab dari perubahan sikap Abimana, namun asisten Purba ikut senang melihat gurat bahagia di wajah tuannya itu.

"Selamat pagi, tuan." seperti biasa, ketika menyadari kedatangan Abimana, Nikita yang merupakan sekertaris Abimana berdiri dari duduknya, menunduk hormat.

"Pagi."

Nikita sontak mengangkat pandangannya, memastikan apakah pria itu benar Abimana.

Apa sebentar lagi dunia akan berakhir???? Mana aku belum punya anak lagi...Nikita.

Sama seperti yang lainnya, ini kali pertama Abimana membalas sapaan dari Nikita, tak heran jika wanita berusia dua puluh sembilan tahun tersebut berpikir dunia akan segera berakhir.

Abimana mendaratkan bobotnya di kursinya. Begitu pun dengan asisten Purba yang ikut mendaratkan bobotnya di depan meja kerja Abimana. pagi ini mereka akan membahas tentang rencana pembangunan pusat perbelanjaan di pulau S.

*

Di kediaman Sanjaya.

Selesai sarapan Livia memilih menonton TV. Matanya menatap layar televisi namun pikirannya melayang entah kemana. bayangan akan kejadian semalam masih menari-nari di pikiran Livia. Jujur saja, Livia masih tidak mengerti dengan jalan pikiran seorang Abimana, awalnya pria itu mengaku tidak berselera padanya, namun kenyataannya justru berbanding terbalik, pria itu menyentuhnya hingga berkali-kali semalam.

Ditengah kemelut hatinya, Livia teringat akan pil kontrasepsi pembawa petaka yang dibelinya semalam. "Di mana pil itu???." beranjak, coba mencari keberadaan pil kontrasepsi itu di dalam tempat sampah. "Di sini nggak ada." melihat tempat sampah masih kosong.

Suara notifikasi pesan di ponselnya mengalihkan atensi Livia. berpikir pesan tersebut mungkin dari kantor, Livia lantas kembali ke sofa, di mana saat ini ponselnya berada.

Ternyata pesan itu bukan dari kantor, melainkan dari nomor tidak dikenal.

"Jangan berani menyentuh obat sia-lan itu, jika belum bosan hidup." Livia membaca pesan itu dalam hati. Dari kata-katanya yang berbau intimidasi, Livia sudah bisa menebak siapa pengirimnya.

"Kenapa sih tuh orang, suka seenaknya sendiri. kalau aku sampai hamil, bagaimana??? Arrrrrggggg....." merengek seperti anak kecil sambil selonjoran di sofa, saking kesalnya. Di satu sisi ia tidak ingin sampai mengandung kemudian dipisahkan dengan anaknya sendiri suatu saat nanti karena sadar jika Abimana tidak mencintainya, namun di sisi lain Livia juga tidak memiliki keberanian yang cukup untuk mengabaikan peringatan dari pria itu.

"Menyedihkan sekali nasibku.."

*

"Tuan.... pukul empat sore ini anda ada jadwal meeting bersama tuan Ambarita." Asisten Purba mengingatkan jadwal meeting Abimana untuk satu jam mendatang.

"Atur kembali jadwalnya besok karena Hari ini saya ingin pulang lebih awal!!."

Asisten Purba sampai terpaku mendengarnya. Selama mendampingi Abimana sebagai asisten pribadi dari pria itu, untuk pertama kalinya Abimana memintanya mengundur jadwal meeting seperti ini tanpa alasan yang jelas.

"Baik,tuan." patuh dengan perintah Abimana.

Tepat pukul lima sore Abimana bersama asisten Purba berlalu meninggalkan gedung Sanjaya group.

"Purba..." seruan dari kursi belakang mengalihkan atensi asisten Purba. pria itu menatap tuannya memalui pantulan spion di depannya.

"Iya, tuan."

"Kau tahu obat apa yang dibeli istriku di apotek kemarin???."

"Memangnya obat apa yang dibeli, Nona Livia, tuan???." asisten Purba memang selalu melaporkan semua kegiatan serta tempat yang dikunjungi istri tuannya tersebut, termasuk ketika Livia mampir ke apotek kemarin, namun ia tidak tahu-menahu tentang jenis obat yang dibeli oleh istri tuannya itu.

Menarik tipis sudut bibirnya ke samping, kemudian berkata. "Pil kontrasepsi."

"Pil kontrasepsi." asisten Purba tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.

Saya tidak menyangka anda bisa senekat ini Nona Livia. Asisten Purba.

Asisten Purba tidak menyangka istri dari tuannya itu memiliki keberanian untuk melakukan hal itu.

Ke depannya saya harus lebih ketat mengawasi pergerakan anda Nona. Karena kalau tidak, bukan hanya anda yang akan mendapat amukan dari tuan Abimana, tapi saya pun pasti akan terkena imbasnya. Asisten Purba.

"Maafkan saya, tuan." asisten Purba merasa lalai.

"Menurutmu, kenapa istriku sampai melakukan itu, Purba??? Bukankah seharusnya dia bangga jika mengandung anakku." bukan tanpa alasan Abimana berkata demikian, mengingat tidak sedikit wanita diluar sana yang menginginkan dirinya serta mengandung anaknya, tapi kenyataannya istrinya sendiri justru berniat mengkonsumsi pil kontrasepsi untuk menunda kehamilannya.

Asisten Purba tak berani menjawab, karena ia sendiri tak tahu pasti mengapa Livia sampai memilih jalan itu.

"Apa dia sangat membenciku, sampai tidak sudi mengandung anakku???." kembali Abimana bertanya ketika asisten pribadinya tersebut masih diam saja.

"Saya rasa tidak seperti itu, tuan. Mungkin Nona Livia punya alasan sendiri sampai berani mengambil resiko sebesar itu." balas asisten Purba seraya menarik rem tangan karena saat ini lampu lalulintas berubah merah.

Abimana coba memahami semua ucapan asisten pribadinya tersebut yang menurutnya ada benarnya, mengingat pernikahan mereka tidak didasari cinta.

"Sepertinya ibu belum bisa menerima kehadiran istriku sebagai menantu. saya harap kau menjalankan tugasmu dengan baik, jangan biarkan ibu sampai menyakiti istriku. Karena jika sampai itu terjadi takutnya saya tidak bisa menahan diri!!!." Abimana memilih mengalihkan pembicaraan, dengan membahas tentang sikap ibu terhadap Livia.

"Baik, tuan."

Sepertinya nona Livia sudah memiliki tempat dihati tuan Abimana." asisten Purba.

Ada rasa senang sekaligus lega dihati asisten Purba bila memang dugaannya benar. Itu artinya tuannya itu sudah mulai move on dari sosok Thalia, wanita tidak tahu diri, begitulah penilaian asisten Purba tentang sosok mantan kekasih tuannya tersebut.

Setibanya di rumah, pandangan Abimana di suguhkan kegiatan Livia bersama kedua adiknya yang tengah sibuk membantu tukang kebun menanam bunga. Jika asisten Purba melihatnya biasa saja, berbeda dengan Abimana yang sudah menunjukkan raut wajah suramnya.

Menyadari kedatangan mobil Abimana, Livia bergegas mencuci tangannya. melangkah menghampiri Abimana. "Anda sudah kembali, tuan." mengukir senyum secerah mentari pagi, meski kenyataannya tubuhnya mulai menegang menyaksikan raut wajah suaminya itu.

Abimana tidak merespon, ia justru mengayunkan langkah masuk ke dalam rumah. Livia yang bingung dengan sikap Abimana, lantas mengekor di belakang langkah pria itu hingga ke kamar.

Abimana membuka jasnya dan melemparnya ke bahu sofa, sebelum sesaat kemudian ia pun turut mendaratkan bobotnya di sofa. sementara Livia masih setia berdiri dengan jarak beberapa meter di hadapan Abimana.

"Jadi begitu caramu, di saat suamimu sedang bekerja kau malah asik bercengkrama dengan laki-laki lain." cetus Abimana.

"Laki-laki lain???." ulang Livia dengan wajah bingungnya. Sepersekian detik kemudian, barulah Livia paham akan maksud ucapan Abimana.

Oh astaga....anda sadar tidak sih, laki-laki lain yang anda maksud itu adalah adik kandung anda sendiri. Lagi pula kalau mau selingkuh mana mungkin saya selingkuh dengan adik ipar saya sendiri. Livia.

Livia tidak habis pikir dengan pola pikir Abimana. namun begitu, ia juga tak berani untuk marah apalagi sampai ngereog akibat kesal pada pria itu.

"Tuan, bang Rasya itu adik kandung anda, bagaimana mungkin anda sampai berpikir sejauh itu. Lagi pula mana mungkin seorang istri mau macam-macam jika memiliki suami sesempurna anda, tuan." meski dongkol dengan sikap tak masuk akal Abimana, Livia tetap berkata dengan nada lembut serta diiringi dengan senyuman manisnya, tak ingin sampai mendapat amukan dari harimau gila dihadapannya itu.

1
Rini
🥰🥰
picii
lanjut thorr
Dinarra
lucu namanya abil (abi livia)🤭
sasatar77 tarsa
Kecewa
sasatar77 tarsa
Buruk
Sofia Rim
Kecewa
Sofia Rim
Buruk
ros
Luar biasa
Dewi Sariyanti
Di tunggu kisah Rasya dan thalia kak
Ida Miswanti
bukan ide yg buruk bila berubah target ke Adik Abi,,,Si Rasya🤭
Putri Chaniago
kasihan Rasya, secepatnya balasan utk ibu angkat Thalia
sagi🏹
kunantikan kaka othor..
sagi🏹
demi ambisi mama angkat thalia sampai rela buwat hal keji
Rini
kasihan
Mrs.Riozelino Fernandez
di tunggu kk Thor...
Dinarra
ditunggu kaka author🤗
Dinarra
crazy up ga sih kakak author😁
sagi🏹
lanjooooottttt kak othor
Bunda Sri
bagus tidak membosankan , lanjutkan Thor
sagi🏹
lanjut kak up banyak .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!