Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bunyi ponsel Nathan membuat Gairahnya yang sempat meningkat kini seketika Layu. Pria itu langsung melepaskan ciumannya dari sang istri dan langsung berjalan kembali ke arah sofa untuk mengambil ponselnya.
Sudah pasti Gladys kecewa. Ia seperti wanita murahnya yang sempat menikmati cumbuan dari sang suami hingga tiba-tiba cinta sang suami memanggilnya untuk sadar jika Tak seharusnya mereka berdua melakukan kesalahan yang sama.
"Tidurlah, besok kita bicara lagi!!" Tutur pria itu, lalu berjalan keluar ke arah balkon kamar mereka.
Gladys serasa semakin kecewa dengan penolakan sang suami.
"Apa yang kau harapkan? Kau hanya di anggap selingan oleh Nathaniel itu! Kau pikir dia membutuhkanmu setelah wanita yang selama ini ia cintai sudah datang, Hm?" Gumam Gladys, lalu ia menertawakan dirinya sendiri yang berharap terlalu banyak dengan hubungan mereka, Padahal sejak awal dia tau jika Nathan sama sekali tak mencintainya.
Gladys membayangkan kehidupan mereka lima tahun yang lalu. kehidupan Yang membuat hidup Gladys seakan berwarna, cintanya yang teramat dalam pada Kakak sepupunya akhirnya menemui jalan pintas yang cukup membuatnya tercengang. jalan di mana tiba-tiba status mereka berubah menjadi sepasang Tunangan yang pada akhirnya menikah.
Meskipun Pada akhirnya ia harus sedikit kecewa karena nyatanya Pria yang begitu di cintainya lebih mencintai adiknya sendiri.
Plak
Nathaniel melempar Seonggok kertas tepat di meja kerjanya. Pagi itu adalah hari pertama Gladys membuka cabang butiknya yang ada di Indonesia setelah menikah dengan suaminya Nathaniel yang tak lain adalah kakak sepupunya sendiri.
"Apa ini kak?" tanyanya, lalu mengambil map yang berisi lembaran surat perjanjian pernikahan yang harus mereka sepakati.
Di sana tertulis beberapa poin yang harus di sepakati Dirinya dan juga Nathan
Deg
Sejenak jantung Gladys berdetak dengan begitu hebatnya. hancur sekaligus sedih saat melihat kenyataan jika Pria yang ia nikahi Dua hari yang lalu itu ternyata menikahinya karena terpaksa.
Oma Cintya, yang tidak lain adalah Oma buyut mereka meminta Tolong agar pernikahan kedua cucu mereka di percepat sebelum ia meninggal dunia. selain itu, Oma Cintya tidak mau jika kelak Nathan nekat menikahi cucunya yang lain yang bernama Clara, karena menurutnya gadis itu tak cocok untuk menjadi nyonya Collins Haditama.
"Cepat!! Baca itu dengan seksama dan jika sudah kau pahami, bubuhkan tanda tanganmu di atas materai itu! Besok asisten pribadiku akan mengambilnya dan suka tidak suka, mau tidak mau, kau harus setuju dengan semua yang sudah tertulis di sana!" Ucap Nathan dengan suara yang terdengar Tegas
CEKLEK
Angan-angan Gladys buyar Mendengar pintu yang di buka Akhirnya gadis pura-pura tertidur Lelap agar sang suami tidak curiga.
Sementara itu Nathan kembali masuk ke kamarnya dan Mendapati jika sang istri sudah tertidur lelap di ranjangnya. Sejenak ia menatap ke arah Gladys dengan tatapan Tak terbaca.
"Cepat sekali dia tidur." Gumamnya seraya kembali ke arah sofa untuk melanjutkan pekerjaannya.
******
Keesokan paginya.
Gladys perlahan membuka matanya setelah mencium harum yang begitu menyegarkan indera penciumannya. Harum yang begitu ia minati setelah tau dirinya tengah mengandung. Nathan yang baru saja menyemprotkan parfum pada tubuhnya sontak menatap ke arah Tubuh Gladys yang bergerak merenggangkan otot tubuhnya.
"Kau Sudah bangun?" Tanya Nathan, lalu berjalan mendekat ke arah Ranjang untuk mengajak Gladys melanjutkan obrolan mereka semalam.
"Ya"
Lagi-lagi Gladys hanya menjawab singkat pertanyaan yang di ajukan Nathan padanya, Nathan pun tak ambil pusing dengan peruhan sikap Gladys yang begitu Berubah setelah kejadian beberapa hari yang lalu.
"Aku ingin berbicara padamu!" Ucap pria itu dengan menatap lekat ke arah wajah Sang wanita.
Meski ada rasa yang mengganjal tentang tatapan mata Gladys yang tidak seperti biasanya, namun Nathan berusaha sebisa mungkin untuk mengesampingkannya karena ada hal yang lebih penting untuk ia pikirkan.
Gladys tak bergeming, tatapannya tetap datar tanpa ekspresi. Ia sudah siap dengan kemungkinan yang ada, jadi apapun yang akan di katakan oleh suaminya saat ini ia sudah siap.
"Mari bercerai!"
Tepat, Gladys sudah menebak jika ini yang akan di utarakan suaminya. "Baiklah, atur saja kapan dan Bagaimana caranya?" Ucap Gladys tegas tanpa keraguan sedikitpun.
Sontak perubahan sikap Gladys yang signifikan membuatnya Hati Nathan sedikit tak terima. Biasanya wanita itu akan meraung , menangisi agar ia tak meninggalkannya. Tapi kenapa kali ini ia terlihat datar-datar saja?
"Kau yakin?" Tanya Nathan sekali lagi.
Namun Gladys tak langsung menjawab, ia memilih menurunkan kakinya dari ranjang lalu menghela nafasnya panjang. "Apa maksudmu kak? Bukannya ini yang selama ini kau tunggu-tunggu? Aku sudah menuruti keinginanmu, maka urus lah semuanya. Aku tunggu kabar selanjutnya!" Setelah mengatakan itu Gladys nampak bangkit dari duduknya dan memilih meninggalkan Nathan masuk ke dalam Kamar mandi.
Sejenak Nathan terdiam, ia menatap pergerakan sang istri hingga tubuh ramping itu masuk ke dalam Kamar mandi.
"Dia kenapa?" Gumamnya sedikit curiga.
Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka, dan munculah Gladys dengan kondisi yang lebih segar. Rambutnya yang basah membuat wajahnya semakin cantik dan seksi hingga membuat Nathan sedikit terhenyak.
Gladys yang sibuk mengeringkan rambutnya sedikit terkejut karena melihat sang suami masih ada di dalam kamar mereka.
"Kak, kau masih di sini?" Tanyanya dengan Alis yang mengkerut.
"Ahhh, ya" jawab Nathan dengan tergagap. Tak mau membuat Gladys curiga jika sejak tadi ia mengamati tubuh istrinya itu, Nathan memutuskan untuk mengalihkan tatapan matanya ke sudut lain.
"Apa kakak tidak jadi ke kantor? Biasanya jam segini kakak sudah pergi?" Tanya Gladys yang kini sudah duduk di depan kaca meja riasnya.
"Ya sebentar lagi. Em ngomong-ngomong apakah kau sudah baikan?" Tanyanya basa basi
"Ya." Ucap wanita itu tanpa menatap ke arah sang suami. Sebenarnya hatinya sakit mengatakan itu namun demi menjaga kewarasannya ia berusaha untuk terlihat tegar di depan suaminya, agar tidak terlihat lemah.
Setelah obrolan singkat itu, Nathan memutuskan untuk pergi ke kantor dan menyuruh Gladys untuk beristirahat di rumah saja untuk hari ini.
Dan tanpa pikir panjang, Gladys mengiyakannya karena tak ingin terlibat pembicaraan terlalu jauh dengan suaminya.
Pagi ini Gladys terlihat malas-malasan untuk pergi ke butiknya, sepertinya obrolannya tadi malam bersama sang suami menimbulkan banyak pertanyaan di dalam otaknya.
Wanita itu menatap dirinya di dalam cermin, wajahnya yang polos tanpa makeup membuatnya terlihat menyedihkan. Apalagi wajah yang semakin pucat efek tak enak badan, sekaligus kehamilannya.
Gladys menyentuh perutnya, lalu mengelusnya perlahan. "Mengenai Bayi ini, aku harus bagaimana?" Gumamnya seraya tersenyum getir.
Mungkin selama ini ia dapat menyembunyikan perasaannya pada sang suami dengan cara menjaga jarak dengan Pria itu. Namun kehamilan itu berbeda, semakin lama bentuk tubuhnya akan berubah terutama di area perut dan dadanya. Mana bisa ia terus menutupi kenyataan yang ada jika ia hamil??