NovelToon NovelToon
Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

Gubee, Pangeran Lebah yang ingin merubah takdirnya. Namun semua tidaklah mudah, kepolosannya tentang alam membuatnya sering terjebak, dan sampai akhirnya menghancurkan koloninya sendiri dalam pertualangan ini.

Sang pangeran kembali bangkit, mencoba membangun kembali koloninya, dengan menculik telur calon Ratu lebah koloni lain. Dan keputusannya itu membuat kemelut baru dalam cerita ini. Apa yang terjadi pada Gubee selanjutnya?

Terus ikuti ceritanya hingga Gubee terlahir kembali di dunia peri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kematian Sang Ratu

Gubee kembali menuju sarangnya setelah berpamitan dengan Ratu semut merah dan sahabatnya pagi itu. Di antara hamparan bunga yang berwarna-warni, Gubee terbang sangat gesit. Sayapnya yang bergetar cepat mengeluarkan bunyi lembut yang membangkitkan suasana ceria.

Dari hamparan tanaman bunga itu, tampaklah sarang lebah yang terletak di pucuk pohon Willow yang menjulang anggun, sedikit tersembunyi di antara dahan-dahan yang menggantung lembut.

Gubee semakin mempercepat kayuhan sayapnya menuju sarang itu.

Sarang tersebut berbentuk seperti bola berlapis, dengan sel-sel heksagonal yang tersusun rapi, terbuat dari lilin lebah yang bersinar kekuningan. Sarang itu sangat besar dan tampak teroganisir, dikelilingi oleh dahan-dahan pohon Willow yang lentur, memberikan perlindungan alami dari luar. Aroma madu dan aktivitas sibuk lebah yang keluar masuk sarang menambah kehangatan dan kehidupan di pucuk pohon yang tenang itu.

Begitu tiba, Gubee mendarat lembut di tepi sarangnya. Dengan penuh kasih, ia menyentuh sarangnya yang hangat, melepas rindu yang telah menggunung. Rindu akan tempat yang menjadi sumber keamanannya, di mana ia dapat beristirahat dan merasa tenang setelah pertualangan panjang di dunia luar.

Gubee berjalan memasuki sebuah lorong. Lorong rahasia menuju aula lebah penjantan, yang hanya ia dan beberapa pangeran lebah yang mengetahui lorong itu. Lorong itu tersembunyi, dan tak di kawal oleh lebah-lebah penjaga.

“Heeii! Gubee!” Seekor lebah menyambut kedatangan Gubee di aula yang baru dimasukinya. Ia lebah yang dulu bercerita tentang bunga Edelweis.

“Kemana saja kau pergi beberapa hari ini?” tanyanya menepuk pundak Gubee.

“Kemana lagi kalau bukan ke puncak gunung Alpen!” ungkap Gubee.

“Kau kesana??

Gubee mengangguk.

“Kau menemukan bunga itu?

“Ya. Aku menemukannya, dan juga sudah meminum nektarnya.

“Waw! Aku tak percaya ini!” Lebah itu berdecak kagum dan kembali menepuk-nepuk pundak Gubee.

“Ceritakan padaku bagaimana perjalananmu menuju bunga itu? dan, bagaimana rasa nektarnya?” tanyanya kemudian.

Gubee menceritakan pengalamannya tiga hari yang lalu kepada temannya itu. Satu persatu lebah penjantan di ruangan itu juga mulai mendekat, tertarik dengan cerita Gubee.

“Harusnya, kemarin aku ikut bersamamu Gubee.” keluh salah seekor lebah penjantan yang ikut berkerumun, setelah cukup panjang mendengar cerita Gubee.

“Bisakah kau membawaku ke sana Gubee?” tambah lebah lain.

“Bawa kami Gubee!” ujar lebah-lebah itu serempak.

“Ya! Bawa kami!” Ruangan itu mulai gaduh. Mereka mulai berdesak-desakkan mendekati Gubee.

“Tenang! Tenang teman-teman!” ujar Gubee berusaha menenangkan suasana.

“Ceritaku belum selesai! Dengarkan aku dulu!” Ia mencari akal agar keributan itu tak berlanjut.

Lebah-lebah itu mulai diam setelah mendengar seruan Gubee.

“Bunga Edelweis hanya mengeluarkan nektar di awal musim semi. Sekarang musim semi telah berjalan tiga hari, dan tidak ada nektar lagi di bunga itu,” ungkap Gubee.

“Benarkah itu Gubee? Aku tak pernah mendengar cerita itu dari lebah pekerja.” Lebah yang punya sedikit pengetahuan tentang bunga keabadian itu, tampak tak percaya.

“I, iya! Itu benar. Semut penghuni bunga itu yang memberitahuku.” Gubee sedikit tergagap.

“Oh, tidak! Kita terlambat.” Semua lebah penjantan di aula itu bermuram durja. Mereka mulai membubarkan diri.

“Jangan bersedih begitu teman-teman! Tiga hari lagi musim kawin akan segera tiba!

Tak satupun dari mereka yang menghiraukan ucapan Gubee. Mereka kelihatan lesu dan tak bersemangat. Bahkan madu-madu yang dihidangkan di ruangan itu, tak lagi menarik bagi mereka.

“Maafkan aku teman-teman. Aku harus berbohong. Kalau tidak, apa yang akan terjadi dengan koloni ini jika semua penjantannya pergi,” bisik Gubee dalam hati.

Tiga hari berlalu, musim kawin pun tiba. Ratu lebah telah menunggu di dalam kamarnya yang megah.

Kamar itu dihiasi dengan elemen-elemen alam dan sentuhan lebah pekerja yang penuh seni. Kamar itu memiliki dinding yang terbuat dari lilin emas berkilauan yang tampak hidup terkena cahaya.

Di tengah ruangan kamar, terdapat tempat tidur yang elegan, tempat Ratu lebah menunggu penjantan, terbuat dari kayu alami dengan ukiran yang rumit, dan dihiasi dengan motif bunga dan lebah.

Di salah satu sudut kamar, terdapat sebuah kolam kecil yang airnya sangat jernih. Dan aroma bunga yang harum memenuhi udara di sekitar ruangan itu, menciptakan suasana damai yang mencerminkan esensi sang Ratu lebah.

Semua lebah penjantan dikumpulkan di depan kamar Ratu lebah tersebut. Mereka dipanggil satu persatu sesuai urutan kelahiran. Dan yang pertama terpanggil ialah lebah yang menyambut kedatangan Gubee tiga hari lampau.

Lebah yang dulu awalnya bercerita tentang bunga Edelweis itu tampak tenang. Wajahnya berseri-seri seakan-akan tak mengetahui apa yang akan menimpanya setelah itu.

Sedangkan lebah lain di tempat itu terlihat cemas, terbayang kematian yang akan menunggunya setelah kawin.

Tak lama setelah memasuki kamar Ratu lebah, lebah itu keluar, di pikul oleh dua ekor lebah pekerja. Tubuhnya tak lagi bergerak, kaku dan tak bernapas, menambahkan kecemasan pada lebah-lebah jantan yang sedang menunggu giliran.

Lebah kedua pun di panggil. Tubuhnya tampak menggigil. Ingin meronta, tapi tak bisa, lebah pekerja memegangnya dengan erat.

“Mengapa saat yang ditunggu-tunggu ini menjadi begitu sangat menakutkan?” Gubee berbicara sendiri dengan hatinya.

“Tak seharusnya kematian diperlihatkan kepada lebah jantan lain. Ada yang salah dengan prosesi ini.” pikir Gubee.

Tibalah giliran Gubee. Ia yang lahir di urutan ketiga, dibawa menuju kamar Ratu lebah. Jantungnya berdegup kencang saat melewati dua jasad temannya yang terbujur kaku di depan kamar itu. Walau ia telah meminum nektar bunga keabadian, kecemasan masih tetap melanda hatinya.

Setelah beberapa saat, lebah pekerja keluar dari kamar Ratu lebah sambil berteriak. “Ratu kita telah mati! Ratu kita mati!!

Semua lebah penjantan memasuki kamar Ratu lebah. Lebah penjaga, dan lebah pekerja lainnya juga bergegas memasuki ruangan itu. Suasana di sarang lebah, berubah tegang.

Ratu lebah tergeletak di ranjangnya. Tubuhnya yang semula penuh energi dan kehidupan, kini kaku, dengan sayapnya yang tipis terlipat di punggungnya. Warna hitam keemasan yang tadinya berkilau di bawah sinar matahari, sekarang terlihat kusam. Matanya yang besar dan biasanya memancarkan ketajaman, kini mati tanpa cahaya. Antena yang panjang terkulai, tidak lagi bergerak mencari feromon.

Di sekitarnya, lebah pekerja dan lebah lainnya berkumpul, menunjukkan kesedihan dalam kerumunan sunyi, menyadari hilangnya sumber kehidupan koloni mereka. Ratu lebah yang sebelumnya menjadi pusat kehidupan dan kelangsungan hidup sarangnya, kini hanya tinggal kenangan dari kejayaan yang pernah ada.

“Apa yang terjadi? Kenapa ratu bisa mati?” Lebah penjaga bertanya kepada Lebah pekerja yang bertugas membantu perkawinan Ratu lebah.

“Aku tidak tahu. Proses perkawinan berjalan normal seperti biasanya. Namun setelah proses perkawinan dengan lebah penjantan ketiga selesai, tubuh Ratu tiba-tiba tak lagi bergerak. Napasnya mulai sesak, tubuhnya pucat, dan akhirnya.., Ratu kehilangan nyawa.” Lebah pekerja berderai air mata membelai-belai sayap Ratu di hadapannya.

Gubee yang ada di antara kerumunan itu hanya diam membisu menyaksikan tragedi yang ada di depan matanya. Kebingungan dan kesedihan bercampur aduk di hatinya. Ia tak mengerti apa yang terjadi di saat itu.

Lanjut Bab 13

1
Anonymous
👌
Marissa
Cerita dongeng tapi buat yang udah remajaa... gaya bahasanya tinggi wkwkwk lanjut gass
Robi Muhammad Affandi: terimakasih/Smile/
total 1 replies
Robi Muhammad Affandi
Bosan dengan cerita drama ceo? mari kembali ke masa kecil, sejenak masuk ke dunia para serangga di hutan Alpen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!