STAY WITH ME, EVE

Perjalanan panjang yang dirasakan oleh kedua muda mudi ini ternyata hanya berputar di tempat yang sama.

Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah rumah yang sangat besar ukuran kota pinggiran seperti itu.

Betapa terkejutnya keduanya saat sadar mereka ternyata hanya sampai di rumah kediaman kepala desa Sukoco papa dari Eadrea atau yang biasa di panggil si Eneng itu.

" Gha kok kita jadi bisa kembali ke desa ini lagi?"

" Iya ya Eve. Apakah ini adalah jalan memutar kita yang salah arah tadi?"

" Hmmm bisa jadi karena kita lari di tengah malam gelap kita tidak tahu arah dan akhirnya kembali kemari lagi."

" Aneh juga. Seakan kita sudah lari ribuan kilometer tapi kok masih balik kemari sih? Malah di rumah si genit Rea alias Eneng itu!" maki dan umpat Eve sendiri dalam hatinya.

" Eve apa kita minta tolong pak kepala desa saja untuk kita menumpang semalam saja ya. Kamu sudah kecapean sekali aku lihat."

" Tidak usah gha kita cari tempat lain saja. Atau kita kembali ke rumah kamu dulu ya. Mereka pasti sudah mengira kita pergi dan tidak mungkin balik lagi. Bagaimana?"

" Baiklah kita berjuang sekali lagi untuk sampai di rumah orang tua angkat ku."

" Kamu benar-benar kuat Eve? Kalo tidak kuat lagi kau bisa naik di punggung aku . Aku akan bawa kamu pergi ?"

" Aku kuat Gua jika sampai di rumah lama mu saja. "

" Baiklah ayo lekas kita masuk ke rumah kita. "

Kedua muda mudi itu kembali masuk ke dalam jalan pintas dan berlari lagi. Setengah jam kemudian mereka berdua tiba di rumah lama orang tua angkat Carya waktu lalu.

Iya di desa itu Ghaaziy dikenal sebagai Carya Cullen karena nama yang diberikan oleh orang tua angkatnya dulu.

Tiba di dalam rumah itu. Keduanya merasa sangat lega . Mereka sengaja tidak menyalakan lampu utama.

Mereka hanya menyalakan lampu di dalam dapur saja. Sehingga tidak menarik perhatian tetangga dan orang lain karena letak dapur dan ruang makan mereka ada di tengah bangunan rumah itu dan di kelilingi oleh tembok yang ada di dalam rumah. Sehingga tidak akan terlihat bias cahaya sama sekali dari luar.

" Gha untung saja rumah ini masih ada yang kau suruh urus gha. Sehingga bersih dan tak berdebu serta masih rapi sekali. "

" Iya bagaimana pun ini rumah orang tua angkaku yang harus aku jaga juga. "

" Ada galon air disana. yuk minum dulu haus. "

Keduanya melepas lelah di meja makan duduk bersebelahan sambil minum segelas air putih yang segar sekali. Bagaikan menemukan oase di tengah gurun pasir. Mereka minum sampai puas.

Masih ada beberapa buah segar di dalam kulkas. Mereka ambil dan makan saja. Untuk menunda lapar mereka.

" Gha ternyata Bu Seh lagi panen sayuran segar dan buah buahan segar ini gha. "

" Iya makan yuk lapar ini. "

" Coba lihat apakah ada mie instan?"

" Wah masih ada. Ayo kita makan mie ini saja sama sayur dan makan buah pasti kenyang"

Keduanya tertawa dan masak bersama. Eve membuat juice buah segar, Ghaaziy memasak mie dan sayuran segar hasil kebun sendiri.

Sejak kedua muda mudi itu pergi , rumah itu dititipkan pada Pak Nadi dan Bu seh pegawai orang tua angkat Ghaaziy dulu.. Karena mereka yang dititipi oleh Ghaaziy berserta hasil panennya juga maka maklum saja hari itu rumah tersebut menjadi penuh panenan.

Hasil itu diberikan mereka supaya mereka bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka, saat Ghaaziy pergi.

Setelah kenyang maka kedua muda mudi itu pun mandi dan tidur .

Keesokan harinya ada tamu yang mengetuk pintu.

Ghaaziy melihat ternyata itu Bu seh. Bu Seh terkejut karena pintu itu jadi terkunci dari dalam. Beliau mengira ada orang tidak dikenal masuk ke sana.

" Astaga Aden... Kapan datang? Bu seh jadi takut ada orang jahat masuk kemari?"

" Maaf Bu seh. Semalam saya datang. Tepat tengah malam."

" Kok tidak kabari ibu sama bapak?"

" Ya sekedar lewat dan saya rindu kemari Bu Seh."

" Owalah den... Ya sudah. Bu seh masak dulu ya. terus bersih bersih."

" Terima kasih Bu seh. "

" Aden datang sama nona Kimi?"

" Iya Bu seh. Kimi ikut. Tapi mungkin masih tidur di kamar tengah. Masih ngantuk mungkin. "

" Wah pasti kelelahan. Datang tengah malam . Diperjalanan pasti capek sekali?"

" Iya Bu. "

" Baiklah ibu masak dulu ya den?"

" Iya Bu. Makasih."

Bu seh pegawai setia itu pun langsung menyiapkan sarapan untuk kedua muda mudi itu.

Saat Ghaaziy mengontrol kebun belakang dan bertemu dengan pak Nadi, mereka akhirnya terlibat perbincangan Maslaah lahan sayur dan buah milik orang tua angkat Ghaaziy itu.

Tiba-tiba sekelebat bayangan menyelinap masuk di dalam rumah. Dan keluar sambil memboyong tubuh seseorang dari dalam rumah itu.

Dari baju yang dipakai itu adalah baju Kimi saat mau tidur semalam.

Ghaaziy tidak menyadari jika Kimi di culik oleh bayangan tersebut.

" Den... Tolong... Tolong... Den..." teriak ketakutan Bu seh , dengan posisi tangan dan kaki yang sudah terikat dan bekas kain yang di sumpalkan di mulut wanita paruh baya itu.

Pak Nadi dan Ghaaziy langsung masuk dan menuju ke dapur.

" Astaga Aseh... Ada apa ini ? Kok kamu bisa seperti ini?"

" Pak... Non Kimi di culik pak... Tolong non Kimi pak."

" Diculik? Sama siapa Bu Seh?"

" Ibu kagak tahu Aden... Laki laki itu pakai topeng dan pergi membopong non Kimi yang sepertinya pingsan dengan memakai baju tidur semalam itu Aden..."

"Jadi Kimi belum bangun? Dan masih pakai baju tidur maksud Bu Aseh begitu?"

" Iya iya den..."

" Pak saya akan cari penculik itu dulu pak."

" Den hari hati den. Belakangan ini desa kita ini memang tidak aman den. "

" Iya den Desa kita ini sejak Aden pergi sudah tidak aman lagi. "

" Baiklah aku akan kejar Kimi dulu Bu. "

Ghaaziy langsung saja mengikuti jejak yang masih kentara karena pagi itu agak mendung dan embun membasahi jalanan dan tanah hingga sedikit meninggalkan jejak walaupun samar.

Pemuda itu bertanya tanya dalam hatinya, " Siapa sebenarnya yang telah menculik Eve?"

Sambil menerka nerka dalam hati dan benak pikirannya, pemuda tampan nan gagah itu pun terus mengikuti jejak samar tersebut. Jika Ghaaziy orang biasa pasti dia tidak akan bisa menerka ke arah mana wanitanya diculik.

" Kau berani dengan aku? Kalian berani bermain main dengan aku? Hadapi aku jika kalian jantan. Dan bukan pecundang!!!" teriak Ghaaziy di sepanjang jalanan yang mulai sepi dan penuh pohon rindang dan besar disekitarnya.

Suara Ghaaziy yang menggelegar pagi itu membuat hewan pagi itu pun berlarian dan terkejut pergi dari sana.

Tapi tidak ada sahutan atau suara sama sekali hanya keheningan dan kesunyian saja. Membuat Ghaaziy mulai waspada.

Siapakah penculik itu? Dan apa motif Daan tujuan penculikan itu? Mampukah Ghaaziy menemukan Everloth kembali?

Bersambung...