NovelToon NovelToon
Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / Duda / Romansa-Tata susila
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kopii Hitam

Aina Cecilia
Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa menjual keperawanannya untuk membiayai pengobatan sang nenek yang tengah terbaring di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh saat ini. Gajinya sebagai penyanyi kafe tidak akan cukup meskipun mengumpulkannya selama bertahun-tahun.

Arhan Airlangga
Duda keren yang ditinggal istrinya karena sebuah penghianatan. Hal itu membuatnya kecanduan bermain perempuan untuk membalaskan sakit hatinya.

Apakah yang terjadi setelahnya.
Jangan lupa mampir ya.

Mohon dukungannya untuk novel receh ini.
Harap maklum jika ada yang salah karena ini novel pertama bagi author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GBTD BAB 8.

Arhan turun dari mobil dan bergegas meninggalkan parkiran. Bahkan kehadiran Hendru sudah tak berarti lagi baginya. Saat ini yang ada di benaknya hanya Aina, Aina dan Aina. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu secepatnya.

Setibanya di depan lift, Arhan tak sengaja berpapasan dengan Bastian. Namun karena keduanya tidak saling mengenal, Arhan dan Bastian tampak sama-sama cuek.

Bastian berlalu meninggalkan apartemen, sementara Arhan masuk ke dalam lift menuju lantai enam.

Saat pintu lift terbuka lebar, Arhan menghela nafas panjang dan membuangnya pelan. Dia mencoba mengatur nafasnya yang sudah tak beraturan.

Dengan gagahnya, Arhan keluar dari lift dan berjalan menuju pintu apartemen yang ditempati Aina.

Sesampainya di depan pintu, Arhan kembali menghela nafas panjang lalu menekan bel. Berharap keajaiban itu datang menghampirinya.

Selang beberapa menit, pintu apartemen itu akhirnya terbuka. Aina berdiri tegak dengan wajah lesunya.

"Aina," gumam Arhan dengan mata membulat besar.

Aina terlonjak kaget, bibirnya bergetar tanpa berucap sepatah katapun. Tatapan keduanya bertemu dan terpaku untuk sesaat.

Saat Arhan melangkahkan kakinya, Aina bergegas mendorong pintu itu. Dia tidak ingin bertemu Arhan, luka yang hampir sembuh kembali terkoyak saat melihat wajah Arhan.

Arhan menahan pintu itu dengan kakinya. Aina kesulitan, tenaganya tidak cukup kuat melawan tenaga Arhan yang begitu besar.

"Aina, izinkan aku masuk. Aku ingin bicara denganmu." pinta Arhan dengan tatapan sendunya.

"Pergilah, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" teriak Aina lantang.

Arhan geram dan mendorong pintu dengan kuat, Aina yang saat ini sedang lemah ikut terdorong hingga pintu itu terbuka lebar.

Aina memegangi kepalanya, dia pusing, penglihatannya mulai kabur hingga menyebabkan tubuhnya oleng.

Arhan yang menyadari itu dengan cepat menangkap tubuh Aina yang hampir tersungkur di lantai.

"Aina, apa yang terjadi?" tanya Arhan panik.

Mata Aina tiba-tiba tertutup, tubuhnya terkulai lemas di dalam dekapan Arhan.

"Aina, Aina,"

Arhan menepuk pipi Aina pelan, namun gadis itu sudah tak sadarkan diri. Wajahnya sangat pucat, bibirnya terlihat putih pasi.

Arhan mengangkat tubuh Aina dan membopongnya ke dalam kamar. Dia membaringkan Aina di atas kasur, lalu mencoba membangunkannya.

"Aina, Aina, apa yang terjadi denganmu?"

Arhan menggosok telapak tangan Aina yang sudah dingin, dia benar-benar bingung dan kehilangan akal melihat Aina yang tak meresponnya sama sekali.

Dalam kebingungan nya itu, Arhan teringat dengan Hendru yang masih menunggunya di bawah. Arhan mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi Hendru meminta bantuan.

"Ada apa Tuan?" tanya Hendru dari bawah sana.

"Aina pingsan, tolong carikan Dokter dan bawa ke sini sekarang juga!" perintah Arhan.

"Baik Tuan," jawab Hendru.

Arhan mematikan sambungan telepon itu secara sepihak, lalu melempar ponselnya di atas meja.

"Aina, Aina, bangunlah! Aku mohon."

Arhan menyentuh wajah Aina, suhu tubuh gadis itu sangat dingin. Hal itu membuat Arhan semakin panik. Dia tak bisa lagi menahan diri, air matanya jatuh begitu saja melihat keadaan Aina.

Tanpa ragu, Arhan dengan cepat mencopot pakaiannya. Mulai dari jas, hingga kemeja yang dia kenakan.

Arhan naik ke atas kasur, dia mengangkat tubuh Aina dan membawanya ke dalam dekapannya. Berharap suhu tubuhnya yang hangat bisa berpindah ke tubuh Aina.

"Aina, bangunlah! Jangan membuatku takut!" lirih Arhan, suaranya terdengar berat.

Sudah setengah jam Arhan mendekap tubuh Aina, namun tidak ada reaksi sama sekali dari gadis itu.

Tidak lama, bel tiba-tiba berbunyi. Arhan membaringkan Aina di atas kasur dan bergegas membukakan pintu.

Hendru berdiri di depan pintu bersama seorang dokter. Arhan menghela nafas lega dan menyuruh dokter itu masuk ke dalam.

Arhan mendampingi dokter itu memeriksa kondisi Aina, wajahnya sangat panik dengan mulut komat kamit memohon do'a.

Setelah dokter cantik itu memeriksa Aina secara menyeluruh, dia malah tersenyum menatap Arhan yang terlihat semakin gelisah.

"Apa Bapak ini suaminya?" tanya dokter itu.

Arhan melotot kan matanya mendengar pertanyaan sang dokter. Dia bingung harus menjawab apa, secara mereka berdua tidak memiliki hubungan apa-apa.

"Iya Dok, saya suaminya. Apa yang terjadi dengan istri saya?" jawab Arhan berbohong, tidak ada pilihan lain. Dengan begitu, dokter itu pasti akan mengatakan semuanya kepada Arhan.

"Bapak tidak perlu khawatir, istri Bapak tidak apa-apa. Ini gejala yang umum untuk seorang wanita yang tengah hamil muda." jelas dokter itu.

Mata Arhan kembali membulat, mulutnya menganga mendengar itu. Dia terpaku tanpa kata.

"Jika kejadian seperti ini terjadi lagi, Bapak tidak perlu panik! Dalam tri semester pertama, gejala tiap-tiap wanita itu memang berbeda."

"Saat ini kandungan istri Bapak masih lemah. Jangan biarkan dia bekerja terlalu berat! Istri Bapak harus banyak istirahat dan tidak boleh banyak pikiran."

"Ini resep obat dan vitamin untuk istri Bapak, Bapak bisa menebusnya di apotik terdekat. Kalau Bapak masih ragu, bawa saja istri Bapak ke rumah sakit, kita bisa melakukan pemeriksaaan lebih lanjut di sana." Dokter itu memberikan secarik kertas ke tangan Arhan.

Arhan bergeming mendengar semua itu, dia sama sekali tak percaya dengan ucapan dokter itu.

"Kalau begitu saya permisi dulu, tolong jaga istri Bapak dengan baik!"

"Ok Dok, terima kasih." ucap Arhan.

Arhan mengantar dokter itu sampai pintu, kemudian memberikan kertas itu kepada Hendru.

"Antar dokter ini sampai rumah, lalu tebus obat ini!" perintah Arhan.

Hendru mengangguk kecil, kemudian meninggalkan apartemen bersama sang dokter dan kembali mengantarnya pulang.

Arhan menutup pintu, kemudian melangkah menghampiri Aina yang masih terbaring di atas kasur.

Tanpa Arhan sadari, ternyata Aina mendengar semua itu dalam ketidakberdayaan nya. Air mata Aina jatuh tak terbendung, dunianya seakan runtuh.

Jika wanita lain berbahagia mendengar berita seperti ini, Aina justru terluka. Dia tidak tau harus sedih atau bahagia menerima kenyataan ini.

"Kenapa menangis, apa kau mendengar semuanya?" tanya Arhan dengan tatapan tajamnya.

Aina memalingkan wajahnya ke arah lain, dia tidak sanggup menatap wajah Arhan. Wajah yang pernah menyatu dengan dirinya, bahkan meninggalkan benih di dalam rahimnya.

"Pergilah, aku bisa menghadapi masalahku sendiri!" usir Aina, dia tidak ingin melibatkan Arhan. Dia harus berani menanggung resiko atas perbuatannya tempo hari.

Arhan menggertakkan giginya kuat, dia marah dan kecewa. Entah anak siapa yang ada di dalam perut Aina saat ini.

"Katakan padaku! Anak siapa yang ada di rahimmu itu?" tanya Arhan dengan tatapan membunuhnya.

Aina diam seribu bahasa, dia tak mau menjawab pertanyaan itu. Menurutnya Arhan tidak perlu tau tentang ini.

"Kenapa diam saja? Jawab pertanyaan ku dengan jujur. Anak siapa yang kau kandung ini?" bentak Arhan sembari mencengkram lengan Aina.

"Lepaskan aku, semua ini tidak ada hubungannya denganmu." teriak Aina lantang.

"Apa maksudmu?" tanya Arhan geram.

"Aku sudah menikah, tentu saja ini anak suamiku." tegas Aina berbohong.

Arhan melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Aina, wajahnya tampak gusar. Pernyataan Aina membuat hatinya terluka.

Sebenarnya Arhan sangat berharap kalau itu adalah anaknya, darah dagingnya. Namun dia harus menelan kekecewaan, harapannya lenyap begitu saja.

1
Jue Juliza Johnson
Luar biasa
Jonosiis
makin lama makin males baca ya .yg punya tekanan tensi tinggi g usah baca novel ini bikin emosi aja
Ris Mawati
ceritanya bagus
Nicky Nick
terlmbat lu nai mknya jgn sok
Nicky Nick
ayo arhan lihat kedpn pst kamu kaget deh
Bunda Puput
Luar biasa
feri marlinda
yg jelas author nya yg bertele-tele
Yohana Kanta
males aina bego
Eva Juliana
Luar biasa
Yohana Kanta
aina ribet
Katrien Gorung
penasaran
Juni Yati
sprtinya ceritanya asik
Mlly Ferli
menarik ceritanya
masnia masnia
lanjut dong ceritanya
Siti Aminah
baru nyimak thor...semoga cerita ny bgs
masnia masnia
lanjut
masnia masnia
jantung aku yg tegang. lanjut
masnia masnia
/Good/
༻♛A̷͙ͭͫ̕ḑ̴̞͛̒ỉ͔͖̜͌r̴̨̦͕̝a̤♛༺
seru😀
Debbie Teguh
kalo tuan saga mah ud teriak, kamu mau mati yaa!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!