Bagaimana jadinya jika siswi teladan dan sangat berprestasi di sekolah ternyata seorang pembunuh bayaran?
Dia rela menjadi seorang pembunuh bayaran demi mengungkap siapa pelaku dibalik kematian kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siastra Adalyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Flashback 1
Dua tahun lalu, sebelum mereka mengganti identitas.
" Anak-anak, ibu dan ayah harus pergi meeting hari ini. Jadi Nathan, tolong jaga kedua adikmu dengan baik ya" Ucap seorang wanita berparas cantik dengan rambut hitam panjang yang di gelung ke belakang. Suaranya sangat lembut dan menenangkan, dia berbicara sambil tersenyum hangat pada anak pertamanya.
Wanita itu bernama Felice Amory, ibu dari Nathan, Evander dan Livia. Dia juga mempunyai seorang suami bernama Rion Gwynn Esfir. Kehidupan keluarga mereka bisa di bilang sangatlah sempurna, mempunyai tiga orang anak yang cerdas dan saling menyayangi satu sama lain, bisnis yang mereka jalani pun semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu kondisi keuangan pun sudah terjamin untuk dua puluh tahun ke depan, bahkan lebih.
"Tenang saja bu, aku pasti akan menjaga mereka dengan baik" Jawab Nathan yang saat itu berusia 19 tahun.
"Kamu memang bisa diandalkan" Felice tersenyum sambil mengusap kepala Nathan.
"Ibu aku mau ikut" Livia yang saat itu masih berumur 13 tahun datang menghampiri ibunya lalu diikuti oleh Evander.
"Ibu dan ayah hanya akan pergi sebentar sayang, nanti sore juga sudah pulang kok" Ucap Felice penuh kasih sayang.
"Felice- ah maksudku, sayang. Ayo, sudah waktunya kita untuk berangkat" Rion berjalan mendekat pada mereka.
"Kalau begitu bagaimana jika nanti sore setelah ayah dan ibu selesai meeting kita pergi jalan-jalan?" Rion menyarankan hal itu agar anak-anaknya tidak merasa kesepian, karena di hari libur seperti ini pun mereka masih harus bekerja.
"Hore!" Livia bersorak senang.
"Baiklah kalau begitu. Nanti pukul 3 sore kalian datang ke hotel Golden Glade dan tunggu sampai kami turun ya" Ucap Rion menjelaskan.
"Nathan, apa kamu sudah mendapatkan SIM mu?" Tanya Rion pada Nathan.
"Sudah ayah, kenapa?" Tanya Nathan yang bingung karena tiba-tiba ditanya soal SIM.
"Hoho, baiklah kalau begitu kamu saja yang menyetir mobil nanti. Biarkan pak Herland membereskan urusan disini" Rion berjalan keluar rumah bersama Felice istrinya sambil menepuk bahu anak pertamanya itu.
"Ba-baiklah..." Nathan menjawab dengan gugup karena ini adalah pertama kalinya ia menyetir mobil setelah mendapatkan SIM. Apalagi sekarang ia harus sambil membawa dua orang penumpang, yaitu adiknya.
"Kami berangkat ya anak-anak, sampai bertemu nanti" Felice melambaikan tangan sambil memberikan kiss bye.
"Hati-hati di jalan..." Ucap ketiga anak itu bersamaan.
"Asyiikk...nanti sore kita bakal jalan-jalan. Aku sebaiknya pakai baju apa ya kak?" Livia bertanya pada Nathan dengan perasaan gembira.
"Mau pakai baju apapun juga kamu akan tetap cantik kok" Nathan menjawab sambil tersenyum dan mengusap rambut adiknya itu.
"Kamu harus pakai baju pink! Baju yang imut! Itu sangat cocok untukmu!" Evander yang sedang berada di dapur ikut menimbrung obrolan mereka berdua.
"Hei! Itu kan hanya keinginanmu sendiri hahaha" - Nathan.
"Ayolah, sudah lama sekali dia tidak berpenampilan manis seperti itu kan. Apa kak Nathan tidak merindukan penampilan adik kita yang imut " Evander berjalan keluar dari dapur dan langsung mengusap kepala Livia.
"Iihh...apaan sih kak Evan, dari tadi ngomongnya imut imut terus. Aku kan udah besar, mana cocok menggunakan pakaian seperti itu lagi" Gerutu Livia sambil berlalu meninggalkan kedua kakaknya itu.
.
.
.
Livia berjalan ke kamarnya lalu membuka lemari pakaian untuk mengecek pakaian apa yang akan ia pakai hari ini. Di dalamnya terdapat beberapa baju yang digantung dan banyak baju yang dilipat rapi.
"Hm...pakai yang mana ya?" Tanyanya dalam hati.
"Oh! Sepertinya baju ini cocok" Gadis itu langung mengeluarkan baju tersebut dari lemari dan memisahkannya untuk dipakai nanti.
Karena pukul tiga sore masih lama, jadi ia memutuskan untuk main game terlebih dahulu.
.
.
.
.
.
3 jam kemudian
Livia melihat ke arah jam dinding yang ada di kamarnya, saat itu waktu menunjukkan pukul 1 siang.
"Wah, udah jam 1. Aku harus segera bersiap" Ucap gadis itu sambil meregangkan tubuhnya.
Livia beranjak dari kasur tempat ia duduk dan langsung membereskan semua peralatan game nya, kemudian ia mulai bersiap dan menggunakan baju yang sudah ia siapkan tadi. Gadis cantik itu memakai dress berwarna pink muda dengan panjang selutut, lalu ia memanggil bibi Marry untuk membantu menata rambutnya.
"Bi Marry, tolong bantu aku menata rambut"
"Ya ampun, nona manis sekali memakai pakaian ini" Bi Marry terpesona melihat penampilan imut Livia, karena tak biasanya ia mau berpakaian seperti ini.
"Hehe, sekali-kali boleh lah bi. Sekarang kan keluargaku akan pergi jalan-jalan bersama setelah sekian lama" Livia menjelaskan dengan nada yang bahagia.
"Syukurlah" Jawab bi Marry sambil menata rambut gadis yang duduk di depannya itu.
"Oh iya bi, bagaimana kabar kak Elena? Kok bi Marry tidak pernah membicarakan kak Elena padaku lagi sih...Katanya dia mau jadi aktris kan?"
"Oh, Elena ya. I-itu...dia hidup dengan baik di asramanya, sepertinya semua berjalan dengan lancar"
"Begitu ya, nanti kalau ada waktu luang bi Marry ajak kak Elena kesini ya. Aku penasaran sekali dengan wajahnya, pasti dia cantik seperti bibi"
"Baiklah nona, jika dia ada waktu akan bibi ajak kesini untuk berkenalan secara langsung dengan anda"
"Hehe, aku tunggu ya bi"
Brakk!
Tiba-tiba pintu kamar Livia dibuka dengan keras.
.
.
.
Bersambung...
Panjangin lah thorr/Whimper/