Turnamen antara Zodiak Barat dan Timur di mulai, beberapa manusia terpilih mewakili Zodiaknya.
Berbagai intrik dilakukan demi mendapatkan 4 Mustika Naga, meskipun beberapa peserta tidak berminat mengikuti pertarungan itu, tetapi mau tak mau mereka harus terlibat karena situasi yang memaksa mereka turut terseret.
4 Mustika Naga, yang mewakili 4 elemen alam, yang di jaga 4 Naga, yaitu Naga Merah, Naga Hijau, Naga Biru, dan Naga Putih menjadi incaran semua Zodiak yang ada di dunia Astro-Geo.
Lalu apa maksud dari itu semua?
Ikuti saja Novel ini sampai tamat, Ok?!
Selamat Membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Monyet Bijak
Jono, Samin dan Rokim, masih menatap ketiga monyet yang duduk bersila di hadapan mereka.
"Lah, Min kembaran kamu itu!" celetuk Rokim asal bunyi.
"Ngaca Kim, ngaca!" sahut Samin.
"Aneh, masa kita mimpi bisa barengan ya?" Jono masih keheranan.
Tiba-tiba salah satu monyet itu, tepatnya monyet yang memakai masker melotot pada ketiga trio kampret tersebut. Dan matanya mulai bercahaya berwarna hijau.
Seketika monyet yang memakai masker itu menyorotkan sinar hijau di matanya itu pada si Trio kampret.
Seperti memindai ketiganya. Akhirnya setelah dia selesai memindai. Dengan ekornya dia menyentuh monyet yang memakai headset.
Sambil menggunakan bahasa isyarat dengan jari-jemarinya, Monyet yang memakai Headset itu memahami apa yang dimaksud si monyet bermasker.
Dia kemudian menengok kepada monyet dengan kaca mata hitam. Dan lagi-lagi dengan ekornya dia menyentuh, monyet berkaca mata hitam sambil berbicara padanya.
"Iwazaru wa Nasutaran kara kita to itte imasuga, dare ga dōkō surubeki ka shitte imasu ka?" ( Iwazaru bilang, mereka dari Nasutaran, kau tahu siapa yang harus menemani mereka? )
Monyet berkaca mata hitam pun menjawabnya, "Nasutaran? Chottomatte kudasai. Mazu nōnai de karera no gengo o kensaku shimasu." (Nasutaran? tunggu sebentar ku cari dulu bahasa mereka di otakku)
Tiba-tiba si monyet berkaca mata hitam itu membuka mulutnya dan berteriak melengking dengan kerasnya.
"KIIIIIII...!!!" Monyet yang berkaca mata hitam itu bernama Mizaru, menjerit dengan sangat nyaring.
Jono, Samin dan Rokim sampai menutupi telinga mereka, saking kerasnya jeritan itu.
"Tsadisss!!" ketiganya mengumpat.
"Woy, monyet kamu lapar ya?" seru Samin menggerutu pada Mizaru.
"Kamu mabok ya Min, monyet diajak bicara!" timpal Jono.
"Kan dia bisa bicara bahasa asing, Jon?! " tukas Rokim mengingatkan.
"DIAM KALIAN BERTIGA!!" Tiba-tiba monyet yang berkaca mata itu membentak mereka bertiga.
*****
Fun Fact
Tiga monyet yang bijaksana adalah sebuah kaidah filsafat dari Ponin, yang menganjurkan untuk "tidak melihat kejahatan, tidak mendengar kejahatan, tidak berbicara kejahatan". Tiga monyet tersebut adalah:
Mizaru, yang tak melihat kejahatan, menutup matanya.
Kikazaru, yang tak mendengar kejahatan, menutup telinganya dan
Iwazaru, yang tak berbicara kejahatan, menutup mulutnya.
Ada beragam makna yang dikaitkan dengan monyet, namun peribahasa tersebut secara umum merupakan ajakan untuk mengolah pikiran guna menciptakan dunia yang harmonis, damai, dan penuh niat baik.
Ritual agama rakyat Kishòn yang didirikan oleh biksu Dhuba Tendai dipengaruhi oleh Tiaosme Cani yang mencakup ajaran Fonkusius dan pengaruh Shonti kuno.
Dia adalah seorang filsuf sosial, guru, editor, dan politisi pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur.
Filsafatnya menekankan moralitas pribadi dan pemerintahan, kebenaran hubungan sosial, keadilan dan ketulusan.
Ia memperjuangkan kesetiaan keluarga yang kuat, pemujaan leluhur, rasa hormat terhadap orang tua oleh anak-anak mereka dan rasa hormat terhadap suami oleh istri mereka.
Ia juga merekomendasikan keluarga sebagai dasar bagi pemerintahan ideal dan menganut prinsip terkenal 'Jangan lakukan kepada orang lain apa yang Anda tidak ingin orang lain lakukan kepada Anda'.
*****
Ketiganya terdiam mendengar teriakan Mizaru. Tapi tidak lama.
"Tuh, bisa ngomong kan?!" kata Samin.
"Monyet ajaib Jon! Kita tangkap saja yuk! Pasti mahal kalau dijual," kata Rokim.
"Ide bagus itu!" jawab Jono. Tapi saat itu posisi ketiganya masih bersila, sama seperti ketiga monyet di hadapan mereka.
Jono yang hendak berdiri tak bisa menggerakkan tubuhnya, begitu juga Samin dan Rokim.
"Kok, gak bisa berdiri yak, kita?!" cetus Jono kebingungan.
"DIAAAM DAN DENGARKAN WAHAI TRIO KAMPRET!" Mizaru kembali membentak.
Kemudian Iwazaru bertepuk tangan. sekali
PLOK!
Lagi-lagi trio kampret terdiam.
"Ssstt diam dulu gess, monyetnya marah tuh," ucap Jono.
"Monyetnya mau pidato kayaknya..." sahut Rokim.
"Udah kita turutin saja kemauan monyet ajaib itu dulu, entar kalau ada kesempatan kita tangkap, gimana?!" ujar Samin.
"Boleh, bagi rata ya kalau laku nanti," jawab Rokim.
"DENGARKAN BAIK-BAIK! KALIAN BERTIGA HARUS IKUT AJANG PEREBUTAN 4 MUSTIKA NAGA, MENGERTI?!" teriak Mizaru.
"TIDAAAAK!!!" jawab ketiga orang itu bersamaan. Ikut berteriak.
Tampak Iwazaru dan Mizaru menepuk jidat Masing-masing. Kemudian menoleh pada Kikazaru sambil berbicara menggunakan bahasa isyarat tangannya.
Kikazaru paham dengan maksud Iwazaru, ikut menepuk jidatnya.
Tapi kemudian Kikazaru berdiri membuka mulutnya dan menjerit sangat keras.
KUUUUUUUUUUUU.....!!!
Sekali lagi trio kampret menutupi kupingnya masing-masing.
Teriakan Kikazaru itu bagaikan informasi detil kenapa mereka bertiga ada di tempat itu. Hanya sekali teriakan membuat trio kampret memahami kemauan tiga monyet itu.
Jono, Samin dan Rokim yang mengetahui maksud ketiga monyet itu kembali menjawab bersamaan.
"TIDAK MAUUUU!!!"
Mizaru makin gusar... Lagi-lagi dia menjerit lantang, " KIIIIIIIII...!!!"
Tiba-tiba muncul tiga asap yang berwarna putih, merah dan biru di samping masing-masing trio kampret.
Asap yang berlainan warna itu akhirnya membentuk wujud tiga Ksatria kera legendaris, yaitu: Hanuman wanara putih, Anggada wanara merah dan Anila. wanara Biru.
\*\*\*\*\*
Anuman
Salah satu versi mengatakan bahwa Anuman lahir secara tidak sengaja karena hubungan antara Bayu dan Anjani.
Diceritakan bahwa pada suatu hari, Dewa Bayu melihat kecantikan Anjani, kemudian ia memeluknya.
Anjani marah karena merasa dilecehkan. Namun Dewa Bayu menjawab bahwa Anjani tidak akan ternoda oleh sentuhan Bayu.
Ia memeluk Anjani bukan di badannya, tetapi di dalam hatinya. Bayu juga berkata bahwa kelak Anjani akan melahirkan seorang putra yang kekuatannya setara dengan Bayu dan paling cerdas di antara para wanara.
Sebagai putra Anjani, Anuman dipanggil Anjaneya (diucapkan "Aanjanèya"), yang secara harfiah berarti "lahir dari Anjani" atau "putra Anjani".
Pada saat Anuman masih kecil, ia mengira matahari adalah buah yang bisa dimakan, kemudian terbang ke arahnya dan hendak memakannya.
Dewa Indra melihat hal itu dan menjadi cemas dengan keselamatan matahari. Untuk mengantisipasinya, ia melemparkan petinya ke arah Anuman sehingga kera kecil itu jatuh dan menabrak gunung.
Melihat hal itu, Dewa Bayu menjadi marah dan berdiam diri. Akibat tindakannya, semua makhluk di bumi menjadi lemas.
Para Dewa pun memohon kepada Dewa Bayu agar menyingkirkan kemarahannya. Dewa Bayu menghentikan kemarahannya dan Anuman diberi hadiah melimpah ruah.
Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi anugerah bahwa Anuman akan kebal dari segala senjata, serta kematian akan datang hanya dengan kehendaknya sendiri.
Maka dari itu, Anuman menjadi makhluk yang abadi atau Ciraniiwin.
Anggada
Ia adalah wanara muda yang sangat tangkas dan gesit. Kekuatannya sangat dahsyat, sama seperti ayahnya, yakni Sabilu.
Dalam kitab Yamarana disebutkan bahwa ia dapat melompat sejauh sembilan ratus mil.
Anggada dilindungi oleh Mara dan akhirnya membantu Mara, berperang melawan Wahrana merebut kembali Dewi Tinsa, istri Mara.
Anila
Selama masa petualangan mencari Tinsa. Anila berperan penting, terutama dalam pembangunan jembatan Situbanda karena struktur jembatan tersebut dirancang oleh Anila.
Dalam pertempuran besar di Elangka, Anila bersama para wanara yang lain bertarung mengalahkan para rakhsasa.
Saat Anila berhadapan dengan Pharasta yang menggunakan senjata gada besi, pertarungan berlangsung dengan sengit karena keduanya sama-sama sakti.
Akhirnya Anila mengangkat sebuah batu yang besar sekali. Batu tersebut kemudian dijatuhkan di atas kepala Pharasta sehingga rakshasa tersebut tewas seketika.
\*\*\*\*\*
Bersambung...
NB: "JANGAN LUPA BACA JUGA NOVEL KARYA LADISTY "