Elise, seorang gadis keturunan bangsawan kaya, hidupnya terikat pada aturan keluarga. Untuk mendapatkan harta warisan, ia diwajibkan menikah dan segera melahirkan keturunan. Namun Elise menolak. Baginya, pernikahan hanyalah belenggu, dan ia ingin memiliki seorang anak tanpa harus menyerahkan diri pada suami yang dipaksakan.
Keputusan nekat membawanya ke luar negeri, ke sebuah laboratorium ternama yang menawarkan program bayi tabung. Ia pikir segalanya akan berjalan sesuai rencana—hingga sebuah kesalahan fatal terjadi. Benih yang dimasukkan ke rahimnya ternyata bukan milik donor anonim, melainkan milik Diego Frederick, mafia paling berkuasa dan kejam di Italia.
Ketika Diego mengetahui benihnya dicuri dan kini tengah berkembang dalam tubuh seorang wanita misterius, murka pun meledak. Baginya, tak ada yang boleh menyentuh atau memiliki warisannya.
Sementara Elise berusaha melarikan diri, Diego justru bersumpah akan menemukan wanita itu, dengan segala cara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
“Mama, sebenarnya siapa paman ini?” tanya Alex dengan nada ingin tahu, matanya menyipit penuh selidik.
Elise menelan ludah gugup. Ia mencoba tersenyum dan menjelaskan, “Dia hanya—”
Namun Diego sudah lebih dulu menyela dengan suara lantang, dalam, dan penuh kepercayaan diri.
“Aku adalah calon ayah barumu sekaligus selingkuhan ibumu,” ujarnya datar dan cukup keras untuk memenuhi seluruh ruangan.
“What?!” pekik Elise dan Alex bersamaan.
Suara mereka menggema hampir bersamaan hingga membuat Jimmy nyaris menjatuhkan tablet yang dipegangnya. Ia menatap bosnya dengan wajah pucat, jelas tak percaya apa yang baru saja didengarnya.
“Apa yang kalian kagetkan?” katanya sinis seraya melirik Alex dan Elise bergantian. “Kalian seharusnya berterima kasih. Aku datang untuk menyelesaikan masalah kalian.”
Elise masih terpaku, wajahnya memanas karena malu dan marah bersamaan. Bisa-bisanya Diego mengatakan hal yang tak pernah Elise bayangkan sebelumnya.
“Tuan Diego! Apa yang anda katakan barusan?!” seru Elise.
Diego acuh dan tidak mengindahkan teguran wanita itu. Ia justru berjalan mendekati Alex. Bocah itu duduk di ranjang, menatapnya tanpa gentar, bahkan sedikit menantang.
“Ayah kandungmu, adalah pria pengecut yang tidak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin ia membiarkan anaknya sakit dan tidak membayar biaya rumah sakit?” katanya dengan penuh penekanan.
“Pria macam itu tidak pantas disebut ayah. Ia bahkan tidak layak untuk disebut manusia,” lanjut Diego sok bijak.
Elise membulatkan mata, menatap Diego dengan heran. Apa yang dia bicarakan? Siapa suami yang dimaksud? Elise bahkan belum menikah! batinnya berteriak.
Alex hanya diam, memandangi pria di depannya tanpa ekspresi. Tatapannya tajam, penuh perhitungan. Seperti sedang menganalisis sosok asing yang tiba-tiba mengaku sebagai calon ayahnya.
“Diego Frederick memang pantas sebagai kandidat papaku. Tapi sayangnya, dia terlalu sombong dan terlihat begitu terobsesi pada mama. Aku tidak mau punya saingan. Karena sampai kapanpun, mama adalah milikku!” Alex bergumam sendiri.
Merasa diperhatikan, Diego mengangkat dagunya sedikit.
“Kenapa menatapku begitu?” tanyanya angkuh. Ia kemudian merapikan jas hitamnya yang mewah. “Apa kau sedang membandingkanku dengan ayahmu? Bagaimana? Aku jauh lebih tampan, bukan?”
Alex tidak menjawab. Ia hanya menaikkan satu alis. Sikap tenangnya membuat Diego semakin ingin memancing reaksi.
“Selain tampan, aku juga kaya,” lanjut Diego dengan nada sombong khasnya. “Aku bisa menjamin kehidupan kalian berdua. Kalian tidak akan pernah kekurangan apa pun. Tidak seperti ayahmu yang kere dan brengsek itu!”
“Cukup!” seru Elise akhirnya, mencubit lengan Diego cukup keras hingga pria itu meringis kaget.
“Argh! Apa yang kau lakukan!” bentak Diego dengan nada marah dan tidak percaya.
Elise tidak gentar. Ia menggenggam tangan Diego dan menariknya paksa menuju pintu.
“Ikut saya, sekarang juga!” katanya tegas.
“Hey, lepaskan aku!” protes Diego, tapi Elise sudah menariknya keluar ruangan dengan tenaga yang cukup kuat untuk ukuran seorang wanita.
Sebelum pintu tertutup, Elise sempat menoleh ke arah putranya. “Alex, tunggu di sini bersama Tuan Jimmy, ya. Mama tidak akan lama.”
“Ya, Mama.” Alex mengangguk patuh, meski matanya tak lepas dari punggung pria yang baru saja membuat keributan itu. Ada sesuatu pada Diego yang membuatnya penasaran. Bukan takut, melaikan tertarik.
Pintu tertutup.
Di luar ruangan, Elise segera melepaskan genggamannya dari tangan Diego.
“Apa sebenarnya yang anda pikirkan, Tuan? Apa anda sudah gila?! Bagaimana bisa anda mengatakan hal semacam itu di depan anak saya?”
“Aku hanya bicara apa adanya,” jawabnya santai. “Kalau bukan selingkuhanmu, lalu siapa aku di matanya?”
Elise memutar bola mata dengan malas. Ia berusaha menahan emosinya.
“Anda bos saya! Tidak leboh dari itu!” katanya dengan nada kesal.
Diego tersenyum miring. “Bos? Lalu sejak kapan seorang bos mau melunasi semua biaya rumah sakit pegawainya?”
Elise terdiam. Tidak bisa ia pungkiri, ucapannya memang benar. Tapi tetap saja, cara Diego terlalu berlebihan.
“Tuan, saya berterima kasih karena Anda sudah membantu. Tapi saya mohon, jangan berbicara sembarangan di depan anak saya. Alex itu cerdas, dan dia bisa salah paham,” ucapnya hati-hati.
Diego memandangi Elise lama, lalu tiba-tiba tersenyum samar. “Aku tahu. Aku bisa melihat dari matanya,” ujarnya pelan. Lalu menegakkan tubuhnya. “Baiklah. Untuk sementara, aku akan diam. Tapi aku tetap akan memastikan kalian berdua tidak kekurangan apa pun. Anggap saja, ini bentuk tanggung jawabku.”
“Bentuk tanggung jawab atas apa? Anda bukan siapa-siapa saya. Tidak perlu repot mengeluarkan uang anda!” Elise kembali terpancing emosi. Bicara dengan Diego seperti tidak ada ujungnya.
Diego tidak menjawab. Ia melangkah mendekat. memojokkan Elise ke dinding.
“Anda mau apa! Menjauh sana!” usir Elise sambil mengerakkan tangannya. Seperti sedang mengusir seekor ayam.
“Kalau begitu mulai detik ini kau adalah wanitaku. Dan anggap semua yang kulakukan padamu sebagai tanda jadian kita, bagaimana?”
“Saya tidak mau! Anda tahu saya sudah menikah kan? Tolong, jangan paksa saya!” tolak Elise.
Mendengar kata menikah membuat Diego mengeraskan rahangnya.
Diego lantas mencengkeram pundak Elise dan berkata, “Kau butuh uang dan aku butuh kau disisiku. Bukankah kita bisa saling menguntungkan?”
“Pokoknya saya menolak!” Elise bersikukuh. Sampai kapanpun, ia tidak akan menerima bantuan dari orang lain. Apalagi berhutang budi.
lanjut thor💪💪semngt
Kamu akan diratukan oleh seorang mafia kejam kerana telah melahirkan benihnya yg premium langsung penerusnya..