"Perawan tua' itulah hinaan yang selalu Alya terima dari tetangga bahkan dari keluarganya dikarenakan usianya yang sudah 32 tahun dan Alya masih belum menikah. Merasa lelah dengan semua hinaan yang diterima, Alya memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan pergi ke Makkah, Alya berdoa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Ketika Alya tengah berada di Masjidil Haram, Ibu-ibu datang menghampirinya dan mengatakan ingin memperkenalkan anaknya pada Alya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Alya akan menerima tawaran Ibu-ibu tersebut?
Siapakah pria yang akan dikenalkan pada Alya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Umi Ikut!
Dengan ragu, Alya menjawab panggilan telepon tersebut.
[Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alya. Ini Umi Fatimah]
^^^[Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, iya, Umi]^^^
[Ya Allah, maafin Umi ya Alya, harusnya Umi kabarin kamu selasa kemarin, tapi sayangnya hp Umi rusak setelah pulang. Nomor kamu ada di hp dan hpnya lagi di benerin, ini baru bisa hpnya makanya Umi langsung kabarin kamu, sekali lagi Umi minta maaf ya]
'Astaghfirullah, Alya. Kamu sudah berburuk sangka sama Bu Fatimah, padahal Bu Fatimah tidak menghubungimu karena hpnya rusak, tapi kamu justru berpikir kalau Bu Fatimah iseng dan hanya kasihan sama kamu,' batin Alya.
^^^[Iya, tidak apa-apa, Bu. Saya yang harusnya minta maaf karena sudah berpikiran buruk tentang Bu Fatimah]^^^
[Tidak apa-apa, wajar kalau kamu berpikir seperti itu, salah Umi juga sampai hpnya rusak]
^^^[Iya, Bu]^^^
[Kalau boleh tau, rumah kamu dimana Alya?]
^^^[Rumah saya di Jakarta, Bu]^^^
[Kamu bisa kirim alamat rumahmu]
^^^[Buat apa ya, Bu?]^^^
[Kan Umi pernah bilang mau mengenalkan anak Umi sama kamu]
^^^[Tapi, apa tidak lebih baik saya dan anak Ibu bertemu dulu, maksud saya jangan langsung di rumah. Entah di restoran atau di tempat umum biar saling mengenal, takutnya nanti kalau langsung ke rumah dan ternyata saya dan anak Ibu gak cocok, urusannya semakin rumit]^^^
[Oh begitu ya, boleh deh. Kapan kamu bisa ketemu sama anak Umi?]
^^^[Besok bagaimana, Bu? karena besok hari libur, jadi saya ada waktu]^^^
[Boleh, tapi agak sore atau malam gitu gapapa?]
^^^[Iya, Bu]^^^
[Kalau begitu, kamu pilih tempatnya ya soalnya Umi dan keluarga Umi gak tau tempat yang bagus]
^^^[Iya, Bu]^^^
[Yasudah, Umi matikan ya teleponnya dan sampai ketemu besok. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh]
^^^[Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh]^^^
"Ya Allah, apa aku tidak bermimpi, semoga ini jawaban atas doaku yang kupanjatkan padamu, Ya Allah. Semoga engkau meridhoi perkenalan kami," gumam Alya.
.
Disisi lain, Umi Fatimah yang selesai menelpon Alya pun tampak senang, "Gimana menurut kamu suaranya?" tanya Umi Fatimah pada Rayhan.
Abi Zaky dan Rayhan memang sejak tadi mendengarkan percakapan Umi Fatimah dan Alya karena Umi Fatimah mengaktifkan pengeras suaranya.
"Ya gak gimana-gimana, Umi," ucap Rayhan.
"Sekarang ayo kita berangkat," ucap Umi Fatimah.
"Rayhan ajak Ustadz Imran aja ya, Umi biar nanti bisa gantian nyetirnya," ucap Rayhan.
"Iya, kita di Jakarta 2 hari gimana?" tanya Umi Fatimah dan diangguki Rayhan.
"Siapa saja yang ikut?" tanya Abi Zaky.
"Gimana kalau Abi, Rayhan, Ustadz Imran sama Rizal aja," jawab Rayhan.
"Biar Umi aja yang ikut, Rizal disini aja, kasihan Zahira kalau dia sendirian gak ada yang jagain," ucap Umi Fatimah.
"Umi disini aja ya, Jakarta jauh loh," ucap Rayhan.
"Umi ikut! kan Umi yang pengen ngenalin kamu sama Alya, kalau Umi gak ikut terus siapa yang ngobrol sama Alya," ucap Umi Fatimah.
Akhirnya rombongan yang akan pergi ke Jakarta sudah siap, disana ada Rayhan, Abi Zaky, Umi Fatimah dan Ustadz Imran. Rizal memang sengaja tidak diajak karena kasihan Zahira yang mengurus Dea sendirian.
Selain itu, juga agar Rizal mengawasi pondok pesantren selama ditinggal Abi Zaky dan Rayhan. Meskipun begitu, Abi Zaky sempat menceritakan apa tujuan mereka pergi ke Jakarta dan tentu saja Rizal sangat senang dan berharap tujuan mereka tercapai yaitu mengenalkan Rayhan sang Kakak dengan seorang perempuan.
Kali ini, semianya merahasiakan mengenai perkenalan Rayhan dengan Alya bahkan Abi Zaky pun sudah memperingatkan Rizal agar merahasiakannya karena takut perkenalan ini tidak berjalan lancar.
.
Keesokan harinya, Alya bangun siang tidak seperti biasanya karena hari ini ia libur bekerja dan juga tengah datang bulan.
Alya sudah membersihkan dirinya dan keluar kamar, "Perawan tua kok bangunnya siang," sindir Tante Mira.
"Alhamdulillah Tante, Alya tidurnya nyenyak, Alya libur soalnya. Masa harus bangun pagi terus," ucap Alya.
"Karena kamu bangun telat, sarapannya jadi terlambat," ucap Tante Mira.
"Loh, kenapa gitu Tante?" tanya Alya yang pura-pura tidak tau.
"Pakai nanya kenapa, ya karena gak ada yang masak," jawab Tante Mira.
"Gantian lah Tante. masa Alya terus yang masak, tangan Tante kan masih lengkap pastinya bisa masak dong, masa mau enaknya aja. Gak ngasih uang rumah aja minta jadi ratu," ucap Alya.
"Kamu Tante perhatikan makin hari makin gak bener ya, sekarang sudah berani melawan," ucap Tante Mira.
"Ini semua juga karena Tante, Alya bakal baik sama orang yang baik dan menghargai Alya, udahlah Tante ini masih pagi gak usah ribut terus, capek banget Alya," ucap Alya.
"Kamu gak boleh makan makanan ini," ucap Tante Mira.
"Siapa juga yang mau makan makanan Tante, Alya udah pesen makanan sendiri kok dan sebentar lagi juga datang," ucap Alya.
Tak lama setelah itu, makanan pesanan Alya pun datang dan Alya segera mengambilnya lalu membawanya ke dapur untuk menggantinya ke tempat lain.
"Beli apa kamu?" tanya Tante Mira.
"Ayam bakar, Tante," jawab Alya.
"Oalah ayam bakar doang," ucap Tante Mira dan melirik ayam bakar milik Alya.
Alya sengaja tidak menawarkan ayam bakarnya karena malas saja, toh Tante Mira sudah punya makanan sendiri.
"Ibu, ini ayam bakarnya," ucap Alya dan memberikan ayam bakarnya pada Ibu Rania.
"Ibu masih kenyang, kamu simpan dulu ya. Nanti Ibu makan pas siang aja," ucap Ibu Rania dan diangguki Alya.
Alya pun menghabiskan sarapannya, lalu ia mengambil ayam bakar untuk Ibu Rania, dimana ia akan menyimpannya di kamarnya.
"Mau kamu bawa kemana ayam bakarnya?" yanya Tante Mira yang sejak tadi melihat ayam bakar milik Alya.
"Ke kamar Tante," jawab Alya.
"Astaga, pelit sejali kamu, Alya. Masalah ayam bakar aja sampai kamu bawa ke kamar," ucap Tante Mira.
"Bukan masalah pelit atau gak nya Tante, tapi tangan di rumah ini kan pada gak tau diri, menganggap semuanya milik bersama padahal ayam ini Alya beli pakai uang Alya sendiri. Tante gak ingat, kalau Akbar anak Tante beli makanan pasti Alya, Izma sama Ibu gak boleh minta padahal belinya juga pakai uang Alya, jadi wajar dong kalau sekarang Alya juga memberlakukan hal yang sama. Tante merasa gak adil? sama, Alya juga merasa gak adil," ucap Alya.
"Sudah berani ya kamu sama Tante," ucap Tante Mira marah.
"Mau gak mau, Alya harus berani Tante karena kalau Alya diam aja, Tante suka kelewatan dan bakal ngatur-ngatur Alya, mulai sekarang Alya gak mau jadi boneka Tante kayak dulu lagi," ucap Alya lalu masuk kedalam kamarnya.
"Alya semakin berani, dia tidak seperti dulu," gumam Tante Mira.
.
.
.
Bersambung.....
semangat Alya
Rayhan demi persturan tega bngt istrinya d hukum
Lanjut Ka
lajut ka