Arrabella terbangun dan statusnya sudah menjadi istri seorang pria. Yang Ella tahu, dia menghadiri acara pernikahan sahabatnya, tapi dia tidak mengingat kejadian selanjutnya sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon author Yura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Ella mulai mendekati Jason. Menarik kerah baju pria itu dan mendekatkan wajahnya. Dia mengerucutkan bibirnya dan semakin mendekati bibir Jason. Namun, Jason menahan kepala Ella dengan meletakkan tangannya di wajahnya.
"Ciuman macam apa ini? Aku tidak mau yang seperti ini!"
Ella kembali menjauhi wajah Jason dan menjadi kesal. 'merepotkan sekali pria ini!'
"Lalu kau maunya yang bagaimana?"
Jason langsung menarik tubuh Ella dan mendudukkannya di pangkuannya. Pria itu tersenyum menaikan sebelah alisnya.
"Aku ingin posisi yang seperti ini. Rasanya lebih menantang," bisik Jason, membuat bulu kuduk Ella berdiri seketika. Sepertinya Jason sengaja menyentuh daun telinganya menggunakan bibirnya.
Tangan Jason mulai membelai lembut wajah Ella, serta menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Ella.
Jason menarik pinggang Ella menjadi lebih dekat, hingga kening keduanya saling bertemu. Ella yang tadinya terus menggerutu dalam hati, kini malah berbanding terbalik.
Matanya menatap wajah Jason dari dekat, dan menurutnya, pria gila di depannya terlihat begitu tampan. Ella benar-benar mengagumi wajah tampan itu.
Jason semakin mendekatkan wajahnya. Kali ini Ella malah memejamkan matanya, menunggu bibir Jason menempel pada bibirnya.
Dan benar saja. Bibir Jason perlahan menempel dan dengan tak tahu malunya, bibir itu mulai melu.mat bibir Ella. Bahkan lidahnya ikut bermain-main dengan membelit lidah Ella.
Berbeda dari ciuman sebelumnya, ciuman kali ini lebih mendominasi. Ella bahkan lupa diri, dan begitu terhanyut dalam ciuman memabukkan dari Jason.
'bagaimana ini? Kenapa sulit sekali untuk mengendalikan diriku?' Ella berteriak dalam hati, tapi tubuhnya tak ingin melepaskan ciuman itu.
Perlahan, Ella mulai membalas ciuman Jason, meskipun dirinya tak mahir. Tapi justru itu membuat Jason tak dapat mengendalikan juniornya yang sedari tadi terus bereaksi.
Jason mulai menurunkan bibirnya hingga ke leher Ella. Memberikan gigitan kecil di sana sehingga membekas merah di sana.
Ella melenguh, merasakan sebuah gelenyar aneh yang di ciptakan oleh Jason.
Pria itu semakin bersemangat melakukan hal yang lebih. Bahkan, satu persatu Jason mulai melepaskan kancing baju Ella. Memperlihatkan dua gundukan kenyal yang masih tertutupi.
Bibir Jason semakin turun dan berusaha untuk membuka penutup terakhir itu. Kedua nafas saling menuntut dan memburu. Ella seolah lupa diri. Perasaan aneh yang tak pernah di rasakan nya membujuknya untuk memperdalam keinginan tahuannya tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Suara ponsel yang berdering membuat Ella langsung tersadar dari perbuatannya. Seketika Ella langsung mendorong tubuh Jason, kemudian dirinya langsung berdiri sedikit menjauh. Membenarkan pakaian bagian atasnya yang hampir terbuka seluruhnya.
"Shit!" umpat Jason karena ada yang mengganggunya. Pria itu masih dengan nafas sedikit terengah, mengangkat panggilan teleponnya.
"Lain kali, jika aku tidak menghubungimu, jangan sekali-kali kau menghubungiku!" Jason langsung mematikan panggilannya dan melempar ponselnya.
Pria itu lalu menatap Ella yang sudah kembali merapikan pakaiannya. "Kita lanjutkan lagi," ucap Jason.
"Tidak! Kita sudah berciuman seperti yang kau minta. Dan tadi itu sudah sangat keterlaluan," ucap Ella pelan. Dia sendiri tidak menyangka jika dirinya akan termakan bujuk rayunya Jason.
Jason memicingkan matanya. "Keterlaluan darimana? Bukankah kau sangat menikmatinya?"
"Sudah, jangan di bahas lagi. Sekarang sesuai perjanjian, serahkan apa yang ku mau!"
Jason merasa kesal, dia masih belum rela jika ciuman itu harus berakhir. Tapi dia tipe pria yang menepati janjinya. Dia dengan terpaksa memberikan data tentang Ella yang Billy berikan sebelum Jason menikah dengannya.
Setelah mendapatkan apa yang Ella mau, gadis itu langsung berlari dengan cepat keluar dari ruang kerja Jason menuju ke kamarnya.
"Ella, apa yang kau lakukan tadi? Kenapa semakin hari kau semakin tidak bisa mengendalikan diri sendiri!" Ella terus memarahi dirinya sendiri. Sudah dua kali dirinya terbawa suasana saat berciuman dengan Jason.
Ella menggeleng cepat untuk menyadarkan dirinya. Dia lalu membuka map yang di ambilnya dari Jason.
Ella terkejut ketika melihat biodata itu. Jelas-jelas semua data ini salah," gumamnya. Ella teringat sesuatu. Biodata ini adalah biodata Yumna. Hanya nama dan fotonya saja yang di ganti dalam biodata itu.
"Jadi, Yumna benar-benar ingin menjebak ku? Tapi, kenapa dia begitu tega padaku? Dan aku pikir dia tidak sendirian dalam menjebak ku." Ella berjalan mondar-mandir sembari mengingat-ingat yang terjadi pada dirinya.
Hingga akhirnya Ella teringat sesuatu. "Tuan Billy!"
***
Keesokan harinya.
Ella sudah bersiap ke kantor pagi-pagi sekali. Bahkan dia melewatkan sarapan paginya.
Jason yang sudah bersiap pun menuju meja makan. Namun tak melihat Ella di sana.
"Ine, apa Ella sudah turun?" tanya Jason ketika Ine menyiapkan sarapan pagi untuknya.
"Saya melihatnya berangkat pagi-pagi sekali, Tuan," ucap Ine.
Seketika Jason tidak lagi berselera untuk sarapan pagi. "Hari ini aku akan sarapan di kantor Ine," ucap Jason dan langsung pergi meninggalkan meja makan. Jason ingin tahu apa yang Ella lakukan berangkat sepagi itu.
Di kantor, seperti dugaan Ella. Billy sudah stay di kantor lebih awal seperti hari-hari sebelumnya.
"Tuan Billy!" seru Ella dan segera menghampirinya.
Billy menoleh dan melihat Ella yang datang padanya. "Ya, Nona. Ada yang bisa Saya bantu?"
Sejenak, Ella mengatur nafasnya agar tak terengah-engah karena berlari. Dia lalu menatap serius pada Billy.
"Kau pria yang membantu Yumna dalam penjebakan pernikahan antara Aku dan Jason, kan?" Ella menatap Billy penuh selidik.
Billy mengerutkan keningnya dan terlihat begitu tenang. "Maaf, Nona. Saya tidak mengerti dengan maksud Anda."
"Jangan berlagak sok tidak tahu, Billy. Aku masih mengingat dengan jelas wajahmu ini walaupun waktu itu kau menggunakan sebuah masker. Kau yang membantu Yumna, bukan?! Aku juga menebak jika kau yang sudah merubah biodata Yumna menjadi nama dan fotoku. Sebenarnya apa yang kalian rencanakan? Kenapa kalian menjebak ku?!" Ella terus memojokkan Billy. Namun lagi-lagi Billy berusaha bersikap tenang.
"Maaf, tapi bukankah Anda tidak memiliki buktinya, Nona?" Billy tersenyum misterius.
Ella terdiam. 'sial! Aku belum memiliki buktinya.'
"Untuk saat ini memang Aku belum memiliki buktinya, Billy. Tapi pasti aku akan memilikinya sebentar lagi." Ella menatap tajam Billy.
"Silahkan saja, Nona." Billy tersenyum.
"Kalau begitu katakan dimana Yumna! Kau pasti mengetahui dimana Yumna sekarang, bukan?!"
"Bagaimana Anda bisa seyakin itu, kalau Saya mengetahui dimana keberadaan teman Anda, Nona? Jika anda memang pintar, maka Anda akan bisa mengetahui dimana teman Anda sekarang," ucap Billy tersenyum menyeringai. Dia lalu segera pergi dari hadapan Ella.
Ella merasa kesal kepada Billy. Ekspresi itu, dan senyum penuh arti itu, membuat Ella sulit untuk menebaknya.
"Aku tidak menyangka jika pria gila itu menyimpan asisten yang begitu licik. Tapi, apakah Jason tahu jika asistennya itu sangat licik?" Ella mengelus dagunya.
"Siapa yang licik?" Sebuah suara berbisik tepat di belakang daun telinga Ella. Membuat gadis itu terlonjak dan membalikkan tubuhnya.
"Kau? Bagaimana tiba-tiba kau bisa berada di sini?!" Ella mengelus dadanya kaget.
"Ini kantorku jika kau lupa," ucap Jason dengan sombongnya.
'ah, Iya. Ini kan kantor miliknya.'
"Maksudku, sejak kapan kau berada di belakangku?"
"Sejak kau bergumam tentang kelicikan seseorang. Siapa yang kau maksud?" tanya Jason. Kini pria itu menatap serius.
"Jika aku mengatakan asisten mu begitu licik, apa kau akan percaya?" tanya Ella.
Jason terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Aku percaya. Dia memang selalu terlihat dingin dan datar. Dan dia pasti selalu bersikap licik untuk menutupi kehidupan pribadinya. Bahkan aku sendiri tidak tahu bagaimana kehidupan pribadinya," ujar Jason menjelaskan.
"Kalau begitu, apa kau tidak takut jika suatu saat dia akan berkhianat padamu?"
"Hahaha... Billy tidak akan pernah mengkhianati ku. Bahkan dia rela mati hanya untukku. Billy adalah orang yang paling ku percaya. Dan selama 10 tahun, dia masih setia padaku."
Ella hanya menghela nafasnya. Dia yakin jika dirinya menceritakan tentang manipulasi biodata itu, pasti Jason tidak akan percaya.
"Yasudah, kalau begitu aku duluan, Tuan Jason!" Dengan sedikit kesal, Ella ingin segera pergi dari sana.
Namun, baru mau melangkah, tangan Jason menghentikan Ella dengan menarik lengannya, membuat Ella akhirnya kembali membalikkan badannya.
"Ada apa lagi, Tuan Jason?!" ucap Ella jengah.
Jason memberikan kotak bekal untuk Ella, membuat Ella terbengong di tempatnya.
"Bukankah kau belum memakan sarapanmu? Aku tidak mau kau pingsan saat bekerja," ucap Jason dan langsung pergi meninggalkan Ella yang mematung.
'apa aku bermimpi pria gila itu tiba-tiba bersikap baik?'