Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana denganku?
"Ayah, nilai saham perusahaan ini sekarang berlipat ratusan miliar dan Ayah ingin menggunakan dua puluh milyar ini membeli perusahaan milik Ibuku? Ternyata cara mengitung bisnis Ayah sangat bagus. Tidakkah Ayah berpikir karena membantu mengelola perusahaan beberapa tahun yang lalu perusahaan menjadi milikmu sendiri?" Tanya Emily.
"Kamu ..." Ucapan Ayah Tio terpotong oleh Emily.
"Aku memberikan batas waktu untuk kalian berdua hari ini untuk mengambil barang pribadi kalian berdua kemudian pergi dari perusahaan ini. Jika tidak melakukannya maka kalian berdua ambil resiko sendiri" Ucap Emily dengan nada tegas.
Selesai mengatakan hal itu Emily keluar dari ruangan tersebut membuat Bertha menarik kain Ayah Tio. Hal itu membuat Ayah Tio hanya menyuruh Bertha untuk pergi ke ruangannya.
Kemudian Ayah Tio keluar dari ruangan tersebut dan Bertha dengan patuh mengikuti langkah Ayah Tio. Sampai di ruangan Ayah Tio duduk di sofa panjang sambil berpikir sedangkan Bertha hanya menatap Ayah Tio sambil menahan kesal terhadap Emily.
"Ayah, apakah kita harus pergi dari perusahaan ini?" Tanya Bertha karena sejak tadi Ayah Tio hanya diam saja.
"Ayah, perusahaan ini adalah hasil usaha kita selama bertahun-tahun. Aku tidak bisa terima kalau Kakak yang menikmati hasilnya." Sambung Bertha.
"Bertha, kamu jangan sedih. Dia ingin bersaing dengan Ayah dan Ayah akan membalas perbuatannya." Ucap Ayah Tio sambil menahan amarahnya terhadap putri kandungnya.
"Benarkah Ayah?" Tanya Bertha.
Ayah Tio hanya menganggukkan kepalanya membuat Bertha tersenyum jahat karena dirinya berhasil membuat Ayahnya membenci Emily.
'Emily, beraninya kamu bersaing denganku dan merebut perusahaan yang seharusnya menjadi milikku.' Ucap Bertha dalam hati.
'Emily, sejak kecil hingga sekarang kamu tidak akan pernah bisa menang melawanku.' Sambung Bertha dalam hati.
Tidak berapa lama pintu ruangannya di ketuk seseorang dan Ayah Tio memintanya untuk masuk. Bertha yang melihat ada yang datang langsung keluar dari ruangan Ayahnya untuk menunggu Louis datang.
Ayah Tio dan orang tersebut mulai berbicara dengan serius di mana mereka berdua berencana menggagalkan Emily menjadi pemimpin CEO.
Tanpa mereka ketahui kalau ada seseorang yang mendengar percakapan mereka kemudian merekamnya untuk dijadikan bukti.
xxxxxxxxxxxxxx
Di tempat yang sama hanya berbeda ruangan di mana Emily berjalan meninggalkan perusahaan peninggalan Ibunya.
Ketika Emily sampai di lobby, Emily melihat hujan mulai turun membuat Emily mengambil payung dari dalam tasnya kemudian pergi meninggalkan perusahaan.
Emily berjalan dengan santai hingga sebuah mobil berhenti tepat di depan Emily. Emily langsung menghentikan langkahnya dan melihat Louis keluar dari dalam mobil kemudian berjalan ke arah dirinya.
"Emily, bisakah kamu berhenti untuk tidak mengganggu Bertha?" Tanya Louis sambil memegang tangan Emily.
"Lepaskan tanganmu!" Perintah Emily sambil menarik tangannya agar pegangannya terlepas.
"Emily, kenapa kamu selalu mencari masalah dengan Bertha?" Tanya Louis.
"Jangan salahkan Dia jika Dia menyukaiku. Jika kamu ada masalah kamu bisa menghadap padaku. Apalagi kamu sudah menikah jadi Aku harap beberapa hal sebaiknya kamu lepaskan dan jangan mengganggu Bertha lagi." Sambung Louis.
"Apakah Dia telah meneleponmu lagi? Kamu memang terlalu berani menganggap diri sendiri begitu tinggi." Ucap Emily.
"Jika kamu kekurangan uang maka kamu bisa kembali bekerja di Perusahaanku. Meskipun kamu sudah merusak kerja sama antara perusahaanku dengan perusahaan William, Aku bisa melupakannya. Tapi Aku minta kamu jangan berperilaku seperti wanita pendendam dan penuh emosi di mana saja." Ucap Louis.
"Louis, apakah kamu sudah pikun?" Tanya Emily.
Louis yang mendengar ucapan Emily langsung menatap Emily untuk meminta penjelasan.
"Aku ulangi sekali lagi untukmu. Aku mengajukan pengunduran diri dari perusahaanmu secara terperinci dan mengikuti prosedur pengunduran diri." Ucap Emily.
"Mengenai perusahaan yang selama ini di pimpin oleh Ayahku, sebenarnya adalah milik Ibuku. Jika Aku ingin menyumbangkan perusahaan milik Ibuku, Aku tidak akan memberikan kepada anak selingkuhan Ayahku." Sambung Emily.
"Louis, Aku minta padamu tolong pergi jauh dariku dan sebaiknya jangan pernah muncul dihadapanku lagi. Orang seperti kamu tidak ada otak jadi jangan menunjukkan kebodohanmu di depan Aku karena Aku sangat mual." Sambung Emily lagi sambil pergi meninggalkan Louis sendirian.
"Emily!" Teriak Louis.
Emily sama sekali tidak mempedulikan teriakan Louis hingga sebuah mobil hitam berhenti di depan Emily. Emily yang sudah hapal nomer polisi langsung masuk ke dalam mobil kemudian mobil itupun pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Apakah ada masalah di kantor?" Tanya Richardo ketika Emily duduk di sampingnya di belakang pengemudi.
"Saat ini belum ada." Jawab Emily sambil tersenyum.
"Baguslah, kalau butuh bantuan istriku bisa meminta bantuanku." Ucap Richardo.
"Aku hanya ingin melakukannya dengan kemampuanku sendiri agar Aku bisa pantas berdampingan dengan suamiku." Jawab Emily.
"Tapi bagiku kamu sudah pantas menjadi istriku." Ucap Richardo.
"Tapi tetap saja Aku ingin melakukannya dengan kemampuanku." Ucap Emily bersikeras.
"Baiklah ... Baiklah ... Oh ya hari ini kita akan pindah ke tempatku, seperti yang semalam Aku ceritakan." Ucap Richardo mengalihkan pembicaraan.
Emily hanya menganggukkan kepalanya hingga lima belas menit kemudian mobil tersebut berhenti di mansion mewah.
Emily dan Richardo memasuki pintu utama dan dua orang bodyguard langsung membuka pintu utama dengan lebar sambil menyapa kedatangan mereka berdua.
Emily dan Richardo berjalan dengan santai di mana di samping kanan dan kirinya berjejer dengan rapi para pelayan dan bodyguard.
"Selamat datang Tuan Muda dan Nyonya Muda." Ucap penghuni mansion sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.
Emily hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya kemudian menatap sekeliling ruangan.
"Istriku, kamu bisa mencoba melihat-lihat dulu apakah kamu merasa puas atau tidak." Ucap Richardo.
"Tentu saja Aku sangat puas karena mansion ini adalah kawasan terbaik di kota ini dan sekaligus mansion termahal. Aku sudah lama memimpikan tinggal di mansion ini dan Aku sangat senang akhirnya bisa terkabul." Jawab Emily sambil masih menatap sekeling ruangan.
Richardo yang mendengar ucapan Emily hanya tersenyum kemudian memeluk Emily dari arah belakang.
"Bagaimana denganku? Apakah istriku juga merasa puas?" Tanya Richardo.
"Jika Aku tidak puas, apakah bisa ganti rugi?" Tanya Emily balik bertanya.
Richardo yang mendengar ucapan istrinya langsung melepaskan pelukannya kemudian memutar tubuh Emily agar menghadap dirinya.
"Di bagian mana istriku tidak puas denganku?" Tanya Richardo sambil menatap sepasang mata indah Emily.
"Aku akan menjamin akan melayani Nyonya Muda Richardo dengan sangat baik hingga Nyonya Muda Richardo merasa sangat puas denganku." Sambung Richardo sambil mengarahkan wajahnya ke arah wajah Emily.
"Aku hanya bercanda." Ucap Emily sambil mendorong tubuh Richardo.
Kemudian Emily membalikkan badannya dan berjalan ke arah sofa untuk menetralkan jantungnya. Sedangkan Richardo yang melihat Emily ingin duduk di sofa membuat Richardo ikut berjalan ke arah Emily.
Richardo menghentikan langkahnya di depan Emily kemudian menundukkan tubuhnya ke arah Emily sambil memegang pipi mulus Emily.
"Tapi Aku serius." Ucap Richardo.
Selesai mengatakan hal itu Richardo mencium bibir Emily lebih tepatnya me x lu x matnya. Emily pun membalas ciuman Richardo hingga beberapa saat mereka melepaskan ciumannya karena Emily kehabisan nafas.
'Kita lanjutkan di kamar.' Bisik Richardo dengan nafas memburu.
Emily hanya menganggukkan kepalanya membuat Richardo tersenyum bahagia. Kemudian Richardo menggendong Emily lalu membawanya ke kamar mereka.
Di mana mereka melakukan hubungan suami istri hingga tiga puluh menit kemudian mereka sudah selesai melakukan hubungan suami istri.
Mereka berdua kemudian membersihkan tubuhnya yang lengket setelah itu mereka berdua tidur sambil berpelukan dengan menggunakan piyama tidur.
Namun belum ada satu jam tidur, tiba-tiba ponsel milik Emily berdering membuat Emily memaksakan membuka matanya.
Emily dengan perlahan melepaskan pelukan Richardo sambil menatap Richardo yang masih setia memejamkan matanya.
Kemudian Emily menekan tombol agar suara dering telepon berhenti sambil perlahan turun dari ranjang dan berjalan ke arah balkon.
'Hallo.' Panggil Emily dengan suara pelan agar tidak mengganggu Richardo yang sedang tidur.