"Lo gak seistemewah itu."
"Kalau begitu jangan ikut campur urusan gue!."
^-^
Karelio Nathanael
Mantan terberengsek sekaligus mantan terindah bagi Desya.
Mereka sudah berstatus mantan, tetapi tetap saja cowok itu berkeliaran di sekitar Desya seakan Desya adalah pusat hidupnya.
Adesya Sakura Atmaja
Julukan Queen Bee juga sesuai dengan arti nama Adesya 'anak perempuan raja', Bukan hanya dari keluarga old money, Desya juga cantik dan mempunyai otak yang diatas rata-rata sehingga dia selalu dieluh-eluhkan.
Desya mempunyai saudara kembar yang supportif dan menjadi garda terdepan untuknya.
Elio merasa Desya, perempuan yang terlalu sempurna untuk Elio yang bukan siapa-siapa.
________
Dan cerita ini tentang Desya dan orang-orang yang memiliki peran penting dihidupnya. Bahkan sosok Elio yang hanya mantan, susah untuk dihilangkan dari ingatan karena susah untuk di enyahkan.
"As you wish, terserah kamu mau apa!."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi
Gelap ....
Desya menoleh kekanan dan kekiri namun dia tidak menemukan secerca cahaya.
Hitam.....
Sejauh apa Desya mencoba menajamkan pandangannya kedepan, disekelilingnya hanya berwarna hitam, tidak ada warna lain selain hitam.
Pengap ....
Perlahan udara sekitar terasa pengap Desya mulai membuka tutup mulut untuk bernafas dengan rakus, tidak ingin menghirup kepengapan karena dia yang, kali ini dia berada diruangan yang begitu sempit.
Sial ....
Desya ingin berteriak memanggil Ares agar membantunya keluar dari tempat gelap dan sempit ini, namun suara Desya tidak bisa keluar, tenggorokannya serasa tercekik. Udara yang masuk kedalam paru-paru semakin menipis. Air mata Desya mulai mengalir perlahan membasahi pipinya, Desya benci bersikap cengeng, tetapi dadanya mulai sesak, takut, Desya merasakan takut dan dingin yang mulai menjalar dari ujung kaki dan tangannya.
"Gara" begitu lemah, namun Desya kembali mencoba, "Ares!, Gara!."
Air mata Desya semakin mengalir deras, Ares tidak mendengarnya. Desnya mencoba keberuntungan dengan menggerakkan kaki dan tangannya, siapa tau dia bis menendang atau menggapai sesuatu dan menciptakan bunyi agar Ares dapat mendengarnya.
Dada Desya mulai sesak, Desya memejamkan mata namun terus bergerak lemah, dia tidak mau mati, dia tidak mau meninggalkan Ars dan adik kecilnya yang baru lahir, Desya ingin bersama Ares.
Bugh ....
"GARA!!!"
Desya memekik nyaring, terduduk di dengan keringat yang diwajahnya, bahkan baju tidur dibagian leher juga basah karena keringat, nafas Desya memburu tersengal-sengal.
Seketika menatap kesegala arah, dia masih dikamarnya. Ternyata mimpi itu kembali datang, padahal lampu kamar tidak dia matikan.
"Sakit" ringis Desya saat merasa denyutan ditangannya.
Punggung tangannya memerah, mungkin tidak sengaja dia memukul nakas, karena masih teringat jelas dimimpinya tadi Desya mencoba untuk menendang dan bergerak agar menciptakan bunyi.
Perlahan Desya beringsut kearah nakas, meminum air yang tersedia di atas nakas sebelum melangkah keluar dari kamar.
Desya menatap pintu kamar disebelahnya, kamar Ares. Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu namun beberapa detik kemudian dia mengurungkan niatnya.
Kembali Desya terdiam mematung di depan kamar Ares sebelum memutuskan untuk menuruni tangga dan terus berjalan kearah kamar utama, kamar kedua orang tuanya.
Kali ini Desya mengangkat tangannya dan benar-benar mengetuk pintu kamar didepannya, karena setiap kali bermimpi dia terkurung diruangan sempit dan gelap, Desya tidak akan bisa tidur sendiri. Desya pernah mencoba untuk tidur kembali, tetapi dia malah terus terjaga dan ketakutan hingga tidak bisa memejamkan mata sampai pagi, dan berakhir dengan demam.
"Ada apa sayang?" Tanya Mummynya setelah membuka pintu dan melihat Desya berdiri mematung didepan kamarnya.
Desya tidak menjawab, dia hanya diam sebelum melangkah memasuki kamar orang tuanya, dan menaiki kasur lalu merebahkan tubuhnya disamping sang Daddy lalu memeluknya begitu erat.
Kening Desya yang masih basah karena keringat membasahi kaos blong milik Deddynya, Deddy Desya yang sudah tertidur seketika membuka mata ketika merasakan pelukan erat dan basah.
"Ya Tuhan Ura kenapa?" Tanya Deddynya dengan suara serak khas bangun tidurnya.
Kepala Desya menggeleng lemah, "mau bobok sama Daddy boleh" pintanya lirih.
Daddy Desya memeluk tubuh Desya dan mencium puncak kepalanya, "iya gak papa, ayo tidur lagi besok sekolah."
Desya meraih tangan Daddynya dan meletakkannya di kepala, meminta elus agar dia kembali tenang dan tertidur, permintaan yang selalu dia pinta setiap kali kesulitan untuk tidur.
Didepan pintu kamar yang belum Mummynya tutup, Ares berdiri menghela nafas menatap Desya yang telah meringkuk dalam pelukan Daddynya.
Mummy menoleh kearah Ares, menyadari kedatangan sang anak, menghampiri anak sulungnya itu dan mengelus punggung Ares untuk meredahkan kegelisahan yang Ares rasakan juga, pasti Ares juga ikut terbangun karena terhubung dengan apa yang Desya rasakan saat ini.
"Sakura baik-baik saja, Gara tidur lagi ya, atau mau kita tidur berempat ?."
Kepapa Ares menggeleng pelan pada sang Mummy sebelum melangkah menaiki tangga untuk kembali kekamarnya.
Semoga saja Desya bisa tidur lagi, agar Ares juga bisa tidur lagi
^-^
"Kenapa belum tidur?."
Elio terlonjak kaget.
Entah sudah berapa lama Elio duduk di balkon teras lantai dua, menatap kosong kedepan ditemani dengan segelas dalgona yang tidak dia sentuh sama sekali.
Tidak jauh dari tempatnya duduk, seorang wanita paruh baya itu menatap Elio dengan senyum lebar penuh kehangatan, namun di satu waktu juga menyesakkan Elio.
"Ibu sendiri kenapa belum tidur?."
Ya, perempuan itu adalah ibu kandung Elio, Savira, yang tiba-tiba muncul tujuh bulan lalu.
Elio melontarkan kalimat tadi sembari menatap kosong kedepan, tidak menatap beliau. Setiap kali menatap Ibunya, perasaan kecewa dan marah Elio menguap, dan Elio benci harus mengakui hal itu.
Savira tersenyum lebar mendengar panggilan Ibu dari Elio, tujuh bulan mereka hidup dibawah atap yang sama, namun ini kali pertama Elio memanggilnya Ibu. Kebahagiaan serasa membuncah didadanya, sejenak Savira menghirup udara dari hidung dan menghembuskannya diam-diam menahan gejolak kebahagiaan.
"Ibu ... Ibu tidak bisa tidur" ucapnya, sebisa mungkin menahan kebahagiaan menyebut dirinya sendiri Ibu.
"Kepana tidak duduk?" Tanya Elio lirih.
Senyum Savira semakin lebar, "terima kasih" ucapnya sebelum duduk dikursi samping Elio, hanya terhalang meja kecil ditengah.
Suasana kembali hening, Eli masih betah menatap kosong kedepan, menatap lampu-lampu rumah yang beberapa masih menyala meski malam semakin larut.
Dulu Desya sangat senang jika Elio bawa ketempat yang tinggi saat malam hari untuk melihat lampu rumah-rumah dari kejauhan yang terlihat seperti menyatu dengan bintang-bintang dilangit, padahal Desya takut dengan gelap.
"Ini bagai mimpi" gumam Elio begitu lirih, lebih lirih dari sebelumnya.
Dada Savira resa berdesir mendengarnya, kedua tangannya bertautan, mengulum bibirnya, tatapan matanya yang tadi memancarkan kebahagiaan kembali berubah sendu menatap Elio.
"Mimpi indah atau buruk" Tanya Savira, serasa ada yang menahan ditenggorokannya untuk melontarkan pertanyaan tadi.
Elio menoleh padanya, tersenyum getir. "entahlah" jawab Elio gamang, "bertemu dengan ibu dan berpisah dengannya tidak pernah terlintas dalam benakku."
^-^
.
Terima kasih sudah mampir 🥰
Maaf ya gak bisa double update 🙏 karena baru masuk sekolah dan kerjaan masih menumpuk 🫠
Stok Bab udah sampai 25 Bab, tapi author atur per satu hari, update satu Bab 🙏 mohon pengertiannya 😇 karena itu untuk stok, kalau author sibuk gak bisa nulis 🤭
Terima kasih atas dukungannya 🤩
Lop you😘
Unik_Muaaa 💋