Kisah sederhana tentang dua anak manusia yng ingin saling menemukan kebahagiaan. Nia, gadis sebatang kara yang mentalnya hancur saat kecil karena orang-orang di sekitarnya. Bertemu dengan Bagus, laki-laki sederhana yang bekerja sebagai tukang bangunan. Niat tulus Bagus mampu membuat Nia luluh dan mau menjalin hubungan dengan Bagus hingga akhirnya menikah.
Bagaimana kisah keduanya? Yuk kita baca bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Muslikah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
"Setelah keluar dari rumah itu aku untuk sementara tinggal di rumah bosku. Hampir tiga bulan aku di sana dan setelah dirasa tabunganku cukup aku pun pamit dan merantau ke sini sampai sekarang" Setelah cukup tenang Nia kembali meneruskan ceritanya. Emosinya sudah mulai teratur dan kini sudah bisa duduk sendiri tidak lagi dipelukan Bagus.
"Setelah kamu pergi dari rumah, kakek tidak pernah mencarimu?" Tanya bagus sambil membelai rambut sang kekasih.
"Pernah, beberapa kali kakek datang dan meminta aku pulang, tapi dengan tegas aku selalu menolaknya. Aku tidak mau lagi kembali ke tempat yang membuat aku hancur"
"Kakek masih ada sekarang? "
"Sudah meninggal tiga tahun lalu, kalau nenek masih ada"
"Lantas siapa laki-laki yang dituduhkan menjadi kekasihmu dulu? "
"Dia teman SMP, kami memang sering berbalas pesan di grup sekolah. Hanya itu hubungan kami. Saat itu dia sedang pendidikan untuk menjadi TNI-AU"
"Sejak kejadian itu pernah kalian bertemu? "
" Tidak pernah dan aku juga tidak ingin bertemu dengan dia" Ucap Nia tegas.
"Kamu tahu kenapa aku menceritakan ini padamu mas? "
"Kenapa? " Sahut Bagus penasaran.
"Karena kamu ingin membicarakan hubungan kita pada kedua orang tuamu. Aku tidak ingin menyembunyikan apapun mas. Inilah aku yang sebenarnya. Seorang wanita yatim piatu, sebatang kara, tidak memiliki apa-apa. Bahkan rumah untuk menjamu kamu saat keluargamu datang meminangku pun aku tidak ada mas. Keluarga juga tidak ada. Jujur aku malu tapi memang inilah yang sebenarnya. Ceritakan semuanya mas jangan ada yang ditutupi" Nia kembali terisak tapi sekuat tenaga ia tahan agar tidak jatuh tapi ia kalah dengan keadaan. Kembali ia jatuh dipelukan Bagus.
"Bila keluargamu bisa menerima aku, aku yakin kalau kamu memang jodohku tapi kalau memang keluargamu tidak bisa menerimaku aku tidak masalah dan mungkin memang kita bukan jodoh, aku ikhlas mas" Ucap Nia di sela-sela tangisnya. Bagus melabuhkan banyak kecupan pada pucak kepala Nia berkali-kali.
"Dan aku pastikan keluargaku akan menerima kamu sayang, jangan khawatir ya. Sudahi tangis kesedihanmu malam ini. Malam-malam selanjutnya hanya ada kebahagiaan. Dan mas akan memberikan itu sekuat yang mas bisa. Mas serius Nia" Ucap Bagus sambil terus memeluk Nia. Nia semakin tak kuasa menahan tangisnya.
.
.
Waktu menunjukkan pukul setengah satu dini hari, tapi Nia maupun Bagus masih belum ada yang memejamkan matanya. Keduanya kini masih berpelukan tanpa ada suara. Nia masih mencoba menenangkan emosinya. Setelah sekian tahun baru kali ini Nia bisa dengan gamblangnya membagikan kisah hidupnya pada orang lain. Dan orang itu adalah Bagus.
"Kamu laper gak? " Tanya Bagus.
"Enggak tapi haus, aku mau yang segar-segar" Nia pun melepaskan diri dari pelukan Bagus. Merapikan rambutnya yang berantakan.
"Aku ambilkan sesuatu ya di kulkas? " Tawar Bagus. Nia pun mengangguk.
Bagus pun berjalan ke arah dapur mini Nia, membuka lemari es. Ada beberapa botol minuman kemasan dan camilan. Bagus mengambil minuman teh rasa buah dan sebungkus camilan.
Bagus membuka minuman itu dan memberikannya pada Nia. Nia meminumnya beberapa teguk lalu dikembalikan ke Bagus. Giliran Bagus yang meminumnya.
"Mau nyemil gak? "
"Boleh"
Bagus membuka camilan kentang itu dan memberikannya pada Nia. Keduanya kembali duduk bersisian di kasur Nia sambil menikmati camilan.
"Boleh aku tanya satu hal sama kamu Nia? "
"Boleh, apa? "
"Aku penasaran kenapa akhirnya kamu mau memberikan aku kesempatan untuk mendekati kamu, bukannya pertama kita bertemu kamu enggan menjalin hubungan sama aku? "
"Bukan cuma sama kamu tapi sama semua laki-laki lebih tepatnya. Aku tidak pernah pacaran mas. Mentalku yang hancur membuat aku tumbuh menjadi seseorang yang pemalu dan introvert. Bahkan aku merasa kalau aku ini orang yang jelek dan tidak pantas bersanding dengan siapapun. Saat kamu datang padaku dan mengatakan ingin berkenalan denganku dan menjalin sebuah hubungan, kamu boleh percaya boleh tidak, hampir setiap malam kamu hadir dalam mimpiku. Bahkan wajahmu menghantui hari-hari ku...."
"Benarkah? " Senyum Bagus mengembang sempurna mendengar ucapan Nia. Sungguh hatinya sangat berbunga-bunga sekarang.
"Kenapa? Seneng? " Bagus pun mengangguk bangga.
"Padahal selama ini semenjak kedua orang tuaku tidak ada, setiap doa yang aku lantunkan hanya meminta pengampunan untuk kedua orang tuaku dan kekuatan agar aku bisa menjalani hidup dengan baik. Sudah itu saja. Menikah tidak ada dalam bayanganku. Aku bahkan selalu berpikir aku akan hidup sendiri sampai tua dan menghabiskan masa tuaku di panti jompo. Tapi kehadiran kamu dalam setiap mimpiku mengubah pandanganku. Bahkan kata temanku kamu mungkin adalah jodoh yang telah Allah siapkan untukku. Aku sempat menolak tapi semakin aku menolak semakin kamu menghantui hari-hariku. Aku kalah dan mencoba menerima suratan ini, bila memang kamu adalah orangnya"
"Ah aku terharu sayang" ucap Bagus sambil memeluk Nia dari samping. Sungguh hatinya serasa ingin meledak. Saking bahagianya.
"Seneng banget ya? " Cibir Nia.
"Banget, poll-pollan malah hahaha" Jawab Bagus cepat.
.
.
Sayup-sayup suara adzan subuh yang bersahut-sahutan mengusik tidur nyenyak Nia yang kini tidur dalam pelukan Bagus. Nia merasakan berat di kaki dan perutnya karena belitan tubuh besar bagus. Nia menatap wajah manis itu yang terlihat sangat damai. Senyum Nia mengembang tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang akan mengusir rasa sepinya selama ini.
"Mas.....mas....." Nia mengusap pipi Bagus.
"Hemmmm" Respon Bagus.
"Ayo bangun, sudah adzan" ucap Nia sambil memindahkan tangan dan kaki Bagus.
Nia bangkit untuk ke kamar mandi, bersih-bersih dan wudhu. Lalu menyiapkan peralatan sholat untuknya dan Bagus. Tak lama Bagus pun menyusul. Untuk pertama kalinya Bagus mengimami seorang perempuan untuk sholat. Sungguh deg-degan rasanya. Bagus takut salah ucap surat saking tegangnya.
"Mau tidur lagi apa gimana? "
"Tidur lagi lah, masih ngantuk" Bagus melepas bajunya dan kembali meringkuk di kasur Nia. Sementara Nia memilih untuk membereskan kamar kostnya. Memasak nasi dan lauk.
Selesai memasak Nia melihat hpnya. Melihat beberapa akun sosial media dan toko online yang dikelolanya. Merekap pesanan dan membungkus beberapa pesanan yang stoknya masih ada. Kalau habis akan dia ambil nanti di toko. Lumayan hari ini ada delapan pesanan dengan nominal yang lumayan. Nia dengan pelan membungkus semua pesanan agar tidak menganggu tidur bagus.
Pesanan sudah selesai Nia pun memilih untuk mandi. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Bagus masih tidur nyenyak. Wajar sih semalam hampir pagi keduanya tidur.
Selagi Bagus masih tidur, Nia memilih keluar terlebih dahulu. Ke pasar terdekat untuk membeli beberapa bahan untuk stok di kulkas. Tak lupa juga membeli beberapa kudapan untuk camilan dia dan Bagus.
"Lah sudah bangun? " Ucap Nia saat masuk kamar kostnya, bagus sudah rapi dan duduk manis sambil melihat TV.
"Kamu dari mana? "
"Pasar, beli bahan dapur untuk stok di kulkas. Ini ada camilan juga" Nia menyerahkan aneka jajanan pasar pada bagus. "Aku buatin kopi dulu ya? " Bagus pun mengangguk.
Tak lama Nia sudah kembali dengan membawa segelas kopi hitam, dua piring bersih, dan sebotol air mineral dingin. Meletakkan pada meja kecil dan kembali lagi mengambil lauk. Rica-rica ayam dan tumis sayuran.
"Sarapan yuk, udah hampir jam sembilan" ajak Nia lalu menyiapkan nasi dan lauk di atas piring Bagus.
Sungguh Bagus masih tak percaya dengan apa dia lihat sekarang. Wanita yang beberapa bulan lalu hanya ia lihat dari jarak jauh, kini tengah menyiapkan makan untuknya. Rasanya bila ini mimpi bagus tak ingin bangun.
"Minggu depan aku ngak ke sini ya? , mau pulang dulu ke Ngawi, bilang sama bapak ibu rencana kita" Ijin Bagus dan diangguki Nia.
.
.
slm kenao