NovelToon NovelToon
Beringin : The Sacred Tree System

Beringin : The Sacred Tree System

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

*Untuk mengerti alurnya di sarankan membaca terlebih dahulu Nightmare system sampai selesai*

Kisah seorang pemuda yang memiliki cita cita untuk menjadi seorang atlet mma, terpaksa harus meninggalkan cita citanya karena dia harus bekerja menghidupi ketiga adiknya dan dirinya sendiri akibat ayahnya menghilang. Di usia 10 tahun, dia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya mengalami amnesia ringan dan tidak sadar dirinya pernah menolong sesuatu yang sekarang kembali membantu dia menyelesaikan masalah yang sedang di hadapinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, comedy, drama, super heroes, mystery.

Mohon tinggalkan jejak ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

“Bzzzz...krsssss,” Ardo membuka matanya, dia melihat dirinya berada di sebuah tempat yang hanya memiliki warna monochrome atau hitam putih seperti sebuah rekaman film jaman dahulu. Nampaknya dia berada di sebuah taman yang sangat luas dan penuh dengan pepohonan yang rindang.

“Di..dimana lagi ini ? tapi...gue kenal tempat ini,” ujar Ardo di dalam hati.

“Ayo...cepat sebelum terlambat,” teriak seorang anak laki laki.

“Iya, tunggu aku,” teriak seorang anak perempuan.

Ardo menoleh ke arah terdengarnya suara, dia melihat sepasang anak kecil yang berusia sekitar 10 tahunan berlari sambil bergandengan tangan memasuki pepohonan, dia mengenali anak laki laki itu adalah dirinya namun ketika dia melihat wajah anak perempuan yang di gandengnya, wajahnya terlihat seperti di arsir oleh garis garis hitam. Ardo mulai berlari mengejar kedua anak itu karena penasaran, dia mengikuti keduanya dari belakang, ternyata keduanya menaiki sebuah bukit dan saling membantu satu sama lain, Ardo berlari dan melompat menaiki bukit mengikuti keduanya.

Ketika sampai di atas, Ardo melihat ada sebuah pohon beringin besar yang memiliki dedaunan lebat, dahan yang besar besar dan akar yang menyebar menutupi bukit. Banyak sekali sulur yang memutari pohon dan turun hampir menyentuh tanah, sebagian melilit memutari batang pohon yang terlihat kekar itu. Ardo melihat kedua anak itu berdiri menghadap pohon tepat di depan batang pohonnya sambil bergandengan tangan.

“Hei di sana,” teriak seseorang di belakang Ardo.

Ardo menoleh dan melihat sekelompok orang yang membawa gergaji mesin besar berjalan menaiki bukit yang tidak terlalu tinggi itu. Terlihat juga alat berat bulldozer dan forwarder yang di gunakan untuk membawa batang kayu besar setelah di tebang, mendekat perlahan.

“Jangan,” terdengar teriakan di belakang Ardo.

Ardo menoleh dan melihat kedua anak kecil itu merentangkan tangan dengan tubuh gemetar menghalangi para penebang pohon yang membawa gergaji mesin untuk maju melangkah. Ardo langsung berbalik dan berlari menghampiri kedua anak kecil itu, namun terlambat, seorang penebang memukul anak laki laki itu sampai jatuh dan anak kecil perempuan di sebelahnya menolongnya. Namun bukannya melarikan diri, kedua anak kecil itu bangkit dan berbalik memanjat pohon naik ke atas.

Para penebang itu berusaha mencegah dan menangkap kedua anak itu, namun mereka saling bahu membahu memanjat pohon sampai ke atas dan meledek para penebang di bawahnya.

“Tebang aja pohon ini, kita berdua ikut di tebang,” teriak anak laki laki dari atas.

“Benar, ayo coba kalau berani, papa dan mama ku tidak akan tinggal diam,” tambah anak perempuan dari atas.

Para penebang yang berada di bawah terlihat bertengkar satu sama lain, mereka sepertinya menyalahkan penebang yang memukul sang anak laki laki sampai jatuh. Penebang yang memukul maju dan sepertinya minta maaf kepada keduanya kemudian membujuk mereka supaya turun, namun kedua anak itu malah duduk santai bertengger di sebuah dahan yang besar. Setelah beberapa saat mencoba membujuk para bocah di atas supaya turun dan tidak berhasil, akhirnya para penebang mulai meninggalkan bukit satu persatu.

Setelah penebang terakhir, yaitu penebang yang memukul anak laki laki melangkah pergi, tiba tiba tubuh Ardo melayang di udara, dia melihat dua anak yang memanjat itu berdiri di atas dahan menghadap batang pohon di tengah. Mereka melihat sebuah kristal besar yang sepertinya tertanam di dalam batang pohon, di dalam kristal itu ada sebuah batang pohon yang nampak seperti tubuh seorang wanita dan terlihat sudah membatu. Keduanya menjulurkan tangan mereka dan menyentuh kristal itu. Cahaya terang langsung menyinari seluruh pohon sampai membuat Ardo menutup mata menggunakan lengannya karena terlalu silau.

Ardo membuka mata, mulutnya langsung menganga dan matanya membulat, karena ternyata pohon besar di depannya menghilang begitu saja berikut akar akarnya yang besar sehingga bukit itu nampak seperti berlubang menyerupai kawah. Ardo melayang turun, dia melihat kedua anak kecil itu tergeletak tidak sadarkan diri di tengah kawah namun tangan mereka saling bergandengan. Tiba tiba terlihat kilauan di tangan sebelah mereka, kedua anak itu masing masing memegang sebuah kristal yang memiliki sebuah fosil dahan pohon yang menyerupai wanita di dalamnya.

“A...apa ? ja..jadi begitu...a...anak kecil itu....gue,” ujar Ardo.

“Ardo,” terdengar suara teriakan ramai memanggil dirinya.

Tentu saja Ardo langsung menoleh, dia melihat ayahnya yang masih nampak muda dan ibunya yang masih hidup berlari ke arah kawah, di belakang mereka Adel, Andin dan seorang nenek dengan wajah di arsir yang menggendong bayi menyusul. Di belakang mereka, terlihat sepasang suami istri dengan wajah di arsir yang juga berlari mengikuti mereka dan meneriakkan nama anak perempuannya, tapi tiba tiba tubuh Ardo melayang tinggi ke langit sehingga dia tidak mendengar nama yang diteriakan suami istri yang berlari bersama ayah dan ibunya, dia hanya bisa melihat sang suami dan ayahnya turun ke dalam kawah menghampiri keduanya. Ardo merasakan dirinya seperti tertelan awan dan semuanya menjadi gelap. “Bzzzz...krsssssss,”

*****

“Waaaaah,”

Ardo terbangun sambil terduduk, dia langsung menoleh melihat sekelilingnya dan menyadari dirinya berada di dalam kamarnya, dia melihat Adel, Andin dan Anisa tidur merebahkan kepala mereka di sisi tempat tidurnya, ketiganya mulai bergerak karena mendengar teriakan Ardo.

“Loh...kok gue di kamar ?” tanya Ardo.

“Kakak,”

Ketiga adik Ardo yang baru terbangun langsung melompat memeluk dirinya dan menangis tersedu sedu. Ardo tertegun namun dia langsung merangkul ketiga adiknya dan memeluk mereka dengan erat. Setelah ke empatnya tenang kembali,

“Kenapa aku ada di kamar, bukannya tadi kita sedang di ruang tengah ya ?” tanya Ardo.

“Aku yang mindahin kakak, tadi aku ke gang sebelah, minta bantuan kak Arya dan kebetulan kak Erik juga sedang disana, jadi dua duanya kesini menggotong kakak naik ke atas,” jawab Adel.

“Oh...berarti aku harus berterima kasih sama mereka, sekarang aku mau ke bank dulu,” ujar Ardo berniat turun dari ranjang.

“Tunggu dulu kak, istirahat dulu, besok aja ke bank nya,” ujar Adel mencegah Ardo.

“Loh ntar ga keburu loh,” balas Ardo.

“Emang udah pasti ga keburu kak, sekarang sudah jam 7 malam,” ujar Andin.

“Hah...aku tidur berapa lama ?” tanya Ardo bingung.

“Hmm dari Nisa pulang jam 12 sampe sekarang, berapa jam tuh ya,” ujar Anisa.

“Dari jam setengah dua belas sampai sekarang,” tambah Adel.

“Oh...gitu,” balas Ardo menunduk.

“Udah kak, ga apa apa, sekarang kita udah tenang kan, tinggal tunggu penjelasannya besok,” balas Adel sambil mengusap punggung Ardo.

“Trus bisa ceritain semua ke aku kak ?” tanya Andin.

Ardo melirik dan melihat wajah Andin yang dekat dengan wajahnya dan terlihat sangat antusias menunggu penjelasannya, Ardo menoleh melihat Adel,

“Kamu cerita ama dia ?” tanya Ardo.

“Mau gimana lagi, dia liat semua, duit di kotak, trus kotak berisi barang barang papa dan alamat di sertifikat,” jawab Adel.

“Aduh....yang ingin ku hindari malah terjadi,” balas Ardo mengelus keningnya.

Karena tidak ada pilihan, Ardo menceritakan semuanya kepada Andin dan Anisa, setelah selesai Andin langsung berdiskusi dengan Adel sedangkan Anisa hanya duduk sambil streaming film kartun di smartphonenya. Ardo termenung melihat ketiga adiknya,

“Soal ingatan gue yang kembali sedikit, kayaknya mending ga usah gue ceritain ke mereka,” ujar Ardo sambil melihat adik adiknya.

Kemudian Ardo menunduk, dia mencoba mengingat lebih jauh lagi namun kepalanya kembali menjadi sakit dan dia tidak berani meneruskannya,

“Aaah...sakit lagi...sepertinya memang gue belum bisa mengingat semuanya, apa yang terjadi sama gue ? siapa gadis yang bersama gue itu ? dimana dia sekarang ? siapa suami istri yang berlari di belakang papa dan mama ? dan satu hal yang paling penting, sejak kapan gue punya cita cita pengen jadi atlet mma ? apa motivasi gue ? apa yang terjadi sehingga gue sampe punya cita cita kayak gitu ?” berbagai pertanyaan muncul di benak Ardo yang memegang keningnya sambil menunduk.

1
Ellya Syaji'ah
bagus... lanjut...
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kakak
total 1 replies
Razali Azli
wow! menarik. masih awal chapter. terlalu banyak persoalan. mungkinkah bapa mereka telah ditransmirgasi ke dunia kultivator?
Mobs Jinsei: terima kasih dukungannya kakak
total 1 replies
Linna_Naa^•^
tamatin ya thor, seru banget soalnya
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!