“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”
Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fragmen 12
"Apa kau tidak ingat itu?" Suho Kim bertanya pada putrinya. Meninggalkan kursi yang didudukinya untuk mendekat pada Suzi yang duduk berseberangan. Dielusnya rambut gadis itu penuh sayang.
Suzi menatap ayahnya tapi belum mau mengatakan apa-apa.
Gadis itu baru saja mendengar sebuah cerita klasik yang demi apa pun cukup membuatnya terkejut. Sebuah cerita kecil masa lalu yang mungkin hampir melebur dari pikirnya.
Dari Suho, dia beralih menatap Gun yang berdiri di satu sisi. Menjalankan otaknya pada kejadian yang baru saja didengar dari mulut ayahnya.
Gun tetap dalam modenya, datar tanpa ekspresi.
Suzi terus mendalami wajah itu. Apakah benar dia orang yang dimaksud Suho dalam ceritanya? Tapi bahkan dia tak ingat seperti apa selain mereka sama-sama tampan.
Gun mengangguk tipis. "Saya pun baru ingat jelas setelah ayah Anda menjelaskan, Nona."
Suho tersenyum menyikapi jawaban itu. Anak-anak muda itu seolah memiliki ingatan yang buruk. Tapi pada kenyataannya, mereka memang bertemu sembarang dan tak akan fokus pada visual.
Inti sarinya adalah; keduanya memang sudah dipertemukan jauh sebelum negara api menyerang.
Apa yang tidak Suho ketahui tentang putrinya, semua selalu dalam pantauan. Termasuk siapa yang dulu pernah digunakan Suzi sebagai lelucon melarikan diri. Dia sudah menelisik lebih jauh melalui orang suruhan.
Sekian detik termakan untuk berpikir, barulah Suzi berhasil meraih ingatannya yang telah kabur. "Ouh, jadi itu kau?!" Kemudian menutup mulut. "Lord!"
Gun mengangguk lagi. "Benar, Nona. Itu memang saya."
Dalam hati Gun mengumpat, "Sial! Benar-benar dia!"
Kilas balik.
Empat tahun lalu, dua bulan setelah Gun memulai kehidupan baru di Seul. Dia bekerja sebagai supir taksi.
Dalam sebuah perjalanan, di tengah asyik menyetir, semilir suara mengganggu telinga Gun. Dipelankannya kemudi untuk memastikan ketiga kali.
“Uhuk, uhuk!”
Benar! Ada seseorang dalam mobilnya. Dia menoleh ke belakang, tak ada siapa pun di sana. Sampai pikirannya tertuju pada bagasi luar.
Tepian jalan sepi, Gun menghentikan kendaraan lalu turun dan mengitar langkah ke arah ekor.
Bagasi dibukanya perlahan. Hasilnya dia terkejut luar biasa sampai refleks memundurkan tubuh. “Siapa, kau?! Kenapa ada di bagasi mobilku?!” sentaknya.
Seorang gadis meringkuk di dalam sana, refleks bangkit karena sama terkejut seperti orang yang baru saja menemukannya. Dengan tampang takut gadis itu menjawab, “Ma-maafkan aku. Aku hanya menumpang sembunyi.”
Gun mengerut kening. Pandangannya mengikuti pergerakan si gadis yang perlahan turun dari bagasi, kemudian berdiri tepat di hadapannya. “Sembunyi katamu?” tanyanya. “Ini taksi dan aku sedang mencari uang? Kenapa kau tidak naik secara normal saja?!”
Gadis dengan dress biru selutut itu merunduk, tak berani menatap pria tinggi yang auranya penuh intimidasi. “Maaf.”
Sibuk dengan rasa tak habis pikir, berkacak pinggang dan geleng-geleng, Gun tak tahu jika ada sekelompok orang keluar dari dua mobil yang berhenti beberapa meter di belakang mobilnya.
“Cepat!” Satu pria di antaranya berteriak seraya berlari mendekat.
“Tidak!” Gadis bergaun biru terkejut setelah menoleh dan mendapati orang-orang itu mulai mengikis jarak.
“Ayo pergi!”
Gun yang tak mengerti apa-apa ikut terkejut karena gadis itu menarik kencang lengan bajunya untuk masuk ke dalam mobil. “Hey, ada apa?!”
“Mereka ingin membunuhku, ayo pergi!”
Sayangnya terlambat. Pintu mobil yang baru ingin ditutup ditahan seseorang dari luar.
“Tidak! Aku tidak mau!” Gadis itu meronta saat pria dengan jas hitam menariknya keluar dengan cara paksa.
Gun belum sempat memasuki mobil, sekarang dia hanya sibuk memerhatikan apa yang terjadi antara gadis itu dan pria-pria asing di sekeliling. Namun detik berikutnya dia terkejut lagi saat berbalik wajah, sebuah pistol ditodongkan ke kepalanya oleh seorang pria berwajah congkak.
"Apa-apaan ini?" tanyanya tidak mengerti. “Aku tidak ada masalah dengan kalian. Jika kalian ingin membawa perempuan itu, bawa saja.” Kalimat itu cukup terdengar santai untuk kategori orang yang akan dikeroyok sebentar lagi.
“Siapa yang akan percaya?”
Sang gadis sudah dalam cekalan dua orang pria kiri dan kanan. Ada kecemasan karena telah melibatkan orang yang bahkan tak dikenalnya hingga dalam situasi seperti sekarang. Dia ingin membela dan meminta pria tampan itu dibiarkan pergi, tapi entah apa yang membuatnya menjadi kelu. Seperti ada perasaan berharap bahwa pria itu bisa menolong dan membebaskannya.
“Perempuan itu tiba-tiba ada di dalam mobilku. Aku sama sekali tak mengenalnya.” Gun berusaha menjelaskan sesuai porsi.
Para pria itu saling beradu pandang.
Penjelasan Gun setenang itu. Seperti sebuah kalimat terkenal yang terdengar indah; Jika tak salah, buat apa takut.
“Hh!” Satu pria mengolok Gun dengan senyuman miring. Dia tak percaya dengan pernyataan pendek yang menggelikan, itu sangat naif. Siapa pun akan sangat tertarik untuk dekat dengan gadis yang saat ini mereka kejar. “Kau kira kami tak paham kelakuan orang-orang sepertimu.”
Ungkapan macam apa itu? Gun tak habis pikir.
“Ckk! Memangnya orang seperti apa aku?”
Sekepal tinju hampir melayang ke wajah Gun, namun ....
“Ya ya ya, aku penakut!" sergahnya seraya mengelak cepat, malas meladeni lebih jauh. "Aku takut kalian. Jadi biarkan aku pergi sebelum pipis di celana!” Dia tak ingin urusannya menjadi lebar.
Orang-orang itu memerhatikan dengan tatapan seolah akan menelan. Gun menaikan pandang tanpa mengangkat wajah. Kembali dia mengumpat sial di dalam hati. Orang-orang ini merepotkan, mereka benar-benar membuang waktu.
“Aku tidak punya banyak waktu, jadi apa yang kalian mau?”
Yang menodongnya lumayan takjub, Gun hanya sendiri di tengah sekumpulan orang-orang yang jelas mengancam keselamatan, tapi tak terlihat rasa cemas apalagi ketakutan seperti pecundang berkacamata yang selalu buang air kecil dalam celana sambil gemetar.
“Bereskan dia!” Salah satu memerintah rekannya dengan dagu tercondong.
Senyuman Gun sebagai tanggapan hanya berlangsung dua detik saja, satu orang maju menyerangnya dengan cepat. Namun ya ....
“Aarggghh!”
Sembari mengelak, Gun memelintir tangan penyerangnya beberapa derajat hingga teriakannya mengejutkan semua orang.
Bagbigbug pun terjadi. Para pria berjas hitam itu menyerangnya bersamaan setelah cukup terkejut dengan respon cepat yang diperlihatkan lawan tunggal mereka.
Gun menumbangkan beberapa tanpa membuat mati, sisanya mungkin sebentar lagi.
Di hitungan kedua belas menit, dari kurang lebih enam orang banyaknya, hanya satu orang tersisa yang masih bertahan melawan pemuda itu.
Merasa telah kalah, satu orang secepat mungkin menyeret gadis itu ke dalam mobilnya untuk melarikan diri lebih dulu.
“Tolo--”
Gadis itu dibekap sebelum menyelesaikan teriakannya.
Namun Gun mendengar jelas. Gegas dibereskan pertarungan sialan yang sangat banyak menyita waktu. Setelah itu dia berlari untuk menyusul gadis tadi yang dibawa orang terakhir.
“Kami hanya menjalankan tugas untuk membawa Nona pulang. Nona Suzi adalah nona kami!” Pria itu menjelaskan cepat sebelum pemuda itu sampai dan menghajarnya.
Langkah kaki Gun terhenti di jarak sekian meter, wajahnya memerhatikan dua ekspresi yang mungkin bersinggungan. "Suzi?"
“Ya, Tuan. Kami bersumpah. Kami tidak berbohong. Tuan boleh tanyakan langsung pada Nona Suzi”
Pandangan Gun jatuh pada wajah wanita yang namanya disebut orang itu sebanyak dua kali.
“Aku hanya ingin bertemu ibu.” Dengan wajah tertunduk, gadis itu mengatakan dengan suara lemah.
Sekarang jelas sudah, Gun menanggapi dengan dengusan kasar. "Balada orang-orang kaya," gumamnya tak habis pikir. “Baiklah. Bawa dia pulang. Jangan lupa pertemukan dia dengan ibunya. Kalian membuatnya takut.”
“Baik, Tuan. Terima kasih.”
bilamana memang pembaca suka dan sllu menantikan update anda thor...pasti walaupun boom update juga pasti like...itu pasti...
Oiya kabar Archie gimana? Masih koma kah? Kangen sama aksi² Archie yang heroik, Archie dimana kau ❤️
ini pada nunggu gebrakan mu.
semangatg thorr.. d tunggu up nya😁😁🌹🌹