Nala dan Zayn, dua remaja yang saling jatuh cinta. Nala merupakan gadis yatim piatu yang di rawat oleh tantenya. Namun karena sebuah kebencian Zayn terhadap Tante dari Nala yang merupakan selingkuhan papanya, membuat Zayn salah langkah hingga menyakiti gadisnya. Apalagi perselingkuhan itu terjadi di saat sang mama koma.
Dan di saat yang sama, Zayn mengetahui kenyataan bahwa dirinya bukanlah anak kandung mama papanya.
Lalu siapakah orang tua kandung Zayn??
Bagaimana pula dengan hubungan antara Zayn dan Nala???
Apakah Nala tak berhak bahagia???
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🤭. Semoga berkenan ya bestiiii...
Silahkan mampir, tapi please...kalo emang ngga minar, tolong skip aja dan tapi jangan kasih bintang 1 ya 🙏🙏🙏☺️
Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 26
Seminggu sudah Zayn dan Nala menjalani kehidupan sebagai suami istri. Keduanya belum memiliki kesibukan apa pun.
Bahkan Nala sepertinya belum di ijinkan keluar dari kost selain ke kamar mandi. Zayn yang keluar memenuhi kebutuhan mereka berdua.
Nala hanya menjadi istri yang memenuhi kebutuhan lahir dan batin suaminya selama semingguan ini.
"Zayn...em...maksud ku mas, sejak kita menikah...apa kamu sudah bertemu mama mu?", tanya Nala takut-takut.
Zayn yang sedang menghisap rokoknya pun menoleh sekilas.
"Nanti aku ke sana."
"Tanpa aku?", tanya Nala. Zayn menoleh ke istrinya. Lalu ia menggenggam salah satu tangan Nala.
"Untuk kebaikan hubungan kita, IYA!", jawab Zayn.
"Apa pantas seorang menantu tak menemui ibu mertuanya?", tanya Nala sambil menatap pemilik mata elang yang terlihat begitu tajam.
"Ini bukan tentang pantas dan tidak pantas La, tapi belum saatnya kita menemui mama berdua."
Nala menunduk lalu menoleh pelan.
"Apa Tante Lidya juga tinggal serumah dengan mama mu?", tanya Nala. Zayn mengedikan bahunya.
"Entah lah!", jawabnya.
Lalu keduanya sama-sama terdiam dan larut dalam pemikiran mereka masing-masing.
"Oh iya, aku masih punya uang untuk modal usaha buka bengkel."
"Bengkel apa?", tanya Nala.
"Motor! Aku masih cari tempat strategis. Sementara ya aku pegang sendiri ,nanti kalau sudah berjalan normal aku bakal cari orang!", jawab Zayn.
Nala terdiam. Bayangan Nala adalah....Zayn akan kotor-kotoran dengan oli dan sebagainya. Ia bukan gengsi dengan penampilan atau pekerjaan Zayn nanti. Tapi ...sudah di pastikan hal itu akan berimbas pada dirinya.
Mamanya Zayn pasti akan....
"Aku sama Jason juga yang lain suka modifikasi motor. Ya ...kalau mereka sempat, pasti main-main ke bengkel sama bantu-bantu juga bisa!"
"Kalau aku kerja juga gimana? Kaya di mall gitu?", tanya Nala. Zayn menoleh cepat.
"Nggak! Aku ngga ngijinin kamu kerja. Aku bakal penuhi semua kebutuhan keluarga kita!", kata Zayn tegas.
"Apa kamu ngga kasian sama aku, ngga pernah keluar dari kostan?", tanya Nala.
"Aku takut ada laki-laki lain yang jatuh cinta sama istriku. Sejak menikah terlihat makin cantik!", puji Zayn.
Nala menaikkan salah satu alisnya menatap curiga pada suaminya tersebut.
"Kenapa liatinnya selalu begitu sih?", tanya Zayn.
"Kamu kalo udah ngegombal, selalu mencurigakan!", kata Nala yang memilih bangun dari lantai. Tapi Zayn sudah menangkap pergelangan tangan Nala lebih dulu hingga jatuh ke pangkuan Zayn.
"Mas!!", Nala memekik karena posisi jatuhnya tentu tepat di atas pangkuan dan area terlarang Zayn.
Zayn membuang sisa putung rokoknya di asbak dan mematikannya.
"Mau kemana heum?", Zayn mulai mengendus leher Nala.
"Ngga usah mulai deh, tadi malam udah! Katanya mau survey tempat? Sana!!!", Nala mengusir Zayn.
"Heum, kok ngusir gitu sih? Nolak dosa lho....!", sindir Zayn.
Nala memutar bola matanya dengan malas. Selalu saja seperti itu jika Zayn menginginkannya.
Tanpa bisa menolak, Nala pun pasrah!
Memanfaatkan waktu bersama mu adalah impian terbesarku saat ini Zayn....! Batin Nala.
💫💫💫💫💫💫💫💫
"Selamat datang nyonya!", art Suci yang bernama Sumini itu menyambut kedatangan nyonya besarnya. Sudah lebih dari tiga tahu sang majikan terbaring koma dan akhirnya bisa kembali pulang ke rumah mewah itu.
"Terimakasih bik!", kata Suci. Bukan Nugi apalagi Zayn yang mengantar Suci kembali kerumah, melainkan pegawai rumah sakit.
Apa Suci sedih? Tentu! Ia merasa jika dirinya memang tak diinginkan oleh siapa pun.
"Terimakasih ya sus!", Suci memberi amplop pada petugas itu.
"Sama-sama Bu, kalau begitu saya pamit. Semoga sehat selalu Bu Suci!"
Suci hanya mengangguk pelan. Dan setelah suster yang mengantar Suci pergi, ia meminta Sumini untuk mengantar ke kamarnya.
"Maaf nyonya!", Sumini menunduk takut. Suci yang masih duduk di kursi roda pun berhenti.
"Kenapa bik?", tanya Suci.
"Eum...itu nyonya, kamar nyonya sekarang pindah ke sebelah dekat kolam renang!", kata Sumini.
Suci mengernyitkan alisnya.
"Kenapa?", tanya Suci. Namun bukan Sumini yang menjawab, melainkan Lidya.
"Karena kamar itu aku dan mas Nugi yang pakai!"
Suci memutar kursi rodanya. Sorot matanya menunjukkan kemarahan yang luar biasa.
Lidya berjalan pelan mendekati Suci.
"Untuk apa kamu di sini? Bukankah Nugi sudah memberikan apartemen untukmu, apa masih kurang mewah?", sindir Suci.
Lidya menggeleng dan melipat kedua tangannya di dada.
"Setiap mas Nugi keluar kota, aku akan tinggal di sini!", kata Lidya dengan santainya. Tangannya mengusap perutnya yang sedikit terlihat besar.
"Mas Nugi khawatir terjadi apa-apa dengan ku dan kandungan ku. Makanya aku di sini, karena ada bik Sumini yang menjaga kami!", jawab Lidya.
Suci melengos tak ingin melihat Lidya yang mengusap perutnya.
"Udah lah mba, berdamai dengan keadaan. Kita sama-sama istri Nugi Suseno! Mas Nugi memang masih cinta sama kamu, tapi aku yang bisa memenuhi kebutuhan batinnya!", kata Lidya jumawa.
Sumini mencoba menarik kursi roda sang nyonya. Sebagai seorang perempuan, ia turut merasakan sakit hati majikannya.
Tapi justru Suci menghentikannya. Ia ingin berbicara pada Lidya.
"Tapi nyonya ...?!", ucapan Sumini terputus karena Suci mengangkat tangannya agar Sumini diam.
Suci tersenyum mengejek.
"Dan akan ada saatnya nanti Nugi membuangmu karena sudah bosan dan tidak membutuhkan mu! Aku memang tak bisa memenuhi kebutuhan batinnya, tapi karena aku...dia masih bertahan dengan harta yang kalian nikmati saat ini."
Suci menepuk tangan Sumini yang ada di dorongan kursi roda. Dan usia mengatakan hal tersebut ,Sumini mengantar Suci ke kamar barunya yang awalnya kamar tamu.
Lidya meremas jemarinya hingga memutih. Tebakannya salah! Ia pikir Suci akan menangis darah karena perlakuannya terhadap Suci. Nyatanya, Suci tak selemah yang ia bayangkan!
💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Terimakasih 🤗🤗🤗🤗
berakhir dengan happy ending Alhamdulillah