Tian Guo, ahli bela diri terkuat di Daratan Zhuyun yang dihormati sebagai pemimpin Istana Surgawi, menghadapi penderitaan terbesar dalam hidupnya ketika kekasihnya, Xie Mei, dan Ketua Sekte Naga Suci mengkhianatinya saat dia berusaha naik ke Alam Immortal. Dihancurkan oleh pengkhianatan yang tak terduga, Tian Guo hampir lenyap dalam petir kesengsaraan.
Namun, takdir berkehendak lain. Seratus tahun kemudian, jiwa Tian Guo reinkarnasi ke dalam tubuh seorang bocah bernama Tang Wuying. Dengan kesempatan kedua ini dari surga, Tian Guo bersumpah untuk membalaskan dendamnya. Memanfaatkan pengetahuan dan kekuatannya yang luar biasa, dia kembali menapaki jalan bela diri yang terjal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van_Liev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 - Harga Dari Sebuah Kepercayaan
Tang Wuying mengambil benda itu, mengamati keseriusan di wajah Bai Jian. Sedetik kemudian tawanya meledak, membuat Bai Jian kebingungan.
"Aku selalu tahu bahwa kau tidak mungkin mengkhianatiku, Bai Jian. Kita telah melalui banyak perang bersama. Kau bisa mengambil kesempatan kapan saja, baik saat aku dikepung atau terluka. Tidak perlu menunggu aku naik ke ranah abadi," kata Tang Wuying sambil mengelap air mata di sudut matanya.
Bai Jian tertegun sejenak sebelum akhirnya tersenyum lega. "Jadi kau masih mempercayaiku?"
Tang Wuying mengangguk, "Tentu saja. Tapi tindakanmu yang bodoh ini ... menyelidiki kematianku padahal kau hanya seorang alkemis dengan bela diri yang tidak begitu kuat. Itu tindakan yang berani, tapi sangat bodoh."
Bai Jian tertawa getir, "Apa yang bisa aku lakukan? Kau adalah satu-satunya yang selalu mempercayaiku, dan aku tidak bisa duduk diam sementara kau dibunuh secara tidak adil."
Tang Wuying tersenyum tipis, mengalihkan pandangannya ke arah dapur dimana Li Mei berada. "Meski begitu hebat juga kau Bai Jian, masih bisa punya anak meski dalam pelarian," katanya dengan nada menggoda.
Bai Jian tertawa kecil, namun kemudian menggelengkan kepala. "Li Mei bukan anakku. Aku menemukannya di dekat sarang Phoenix saat sedang bersembunyi di pedalaman pegunungan Qilin. Saat itu, dia masih bayi, terbungkus kain dan ditinggalkan sendirian. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja, jadi aku membawanya bersamaku dan merawatnya."
Tang Wuying mengerutkan kening, merasa penasaran. "Sarang Phoenix? Itu tempat yang sangat berbahaya. Bagaimana dia bisa sampai di sana?"
Bai Jian menghela napas. "Itu juga yang menjadi pertanyaanku selama bertahun-tahun. Aku belum menemukan jawabannya, tapi aku merasakan ada sesuatu yang istimewa pada dirinya. Meski dia bukan darah dagingku, aku menganggapnya seperti anakku sendiri."
"Yah, melihat bagaimana dia bisa belajar alkimia darimu membuktikan dirinya punya bakat. Aku sudah melihatnya sendiri."
Li Mei kemudian datang dari arah dapur sambil membawa sebuah nampan kayu yang diatasnya terdapat sebuah teko dengan dua buah cangkir bambu.
"Baunya enak," kata Tang Wuying setelah sebuah cangkir yang sudah berisi teh diletakkan dihadapannya.
Li Mei mengambil duduk disebelah Wuying. "Ini adalah resep teh herbal milih ayah, pastikan kau menikmatinya."
"Ah, kau pasti butuh sesuatu ya. Apa yang kau butuhkan? Akan kubantu sebisaku," lanjut Li Mei.
"Ah, aku perlu sebuah pil untuk membuka titik pembuluh darahku. Aku akan memberikanmu resepnya."
Awalnya, Tang Wuying hendak menguji apakah Li Mei bisa dipercaya atau tidak. Namun, karena Li Mei adalah anak dari Bai Jian–sahabatnya–jadi tidak perlu melakukan hal itu sekarang.
Ketika hendak mengeluarkan resep pil yang dibutuhkannya, Bai Jian menginterupsi. "Apakah itu pil vena naga?"
Tang Wuying beralih menatap Bai Jian lalu menggeleng. "Tidak, pil itu terlalu rumit dan bahannya susah didapatkan."
"Astaga, apakah kau lupa siapa yang ada dihadapan mu ini?" Bai Jian tersenyum sombong.
Ah benar, Wuying hampir lupa identitas pria tua ini. Dialah Bai Jian–guru besar para alkemis yang juga mendapat gelar alkemis agung. Seharusnya, dengan bantuannya membuat pil vena naga tidak akan susah.
"Lalu, apakah kau punya bahannya?"
Bai Jian mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir dengan keras. "Hampir seluruhnya, aku hanya kekurangan satu bahan saja."
"Apa itu?"
"Bunga matahari surga."
Tang Wuying mendesis, melipat kedua lengan di dada. "Lupakan. Kan tidak mungkin aku memanjat puncak Pengunuan Qilin untuk membawakan mu bahan itu."
Bai Jian terkekeh. "Tenanglah, aku mendengar bahan itu akan dilelang di kota Yan seminggu lagi."
"Meski begitu tetap saja aku harus mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkannya. Bunga matahari surga bahan yang langka dan pasti banyak alkemis lain yang menginginkannya. Aku tidak punya banyak uang," jawab Wuying masih dengan muka masam.
Meski berasal dari Keluarga Tang yang terkenal, Tang Wuying tidak bisa begitu saja mengambil uang dengan sembarangan. Uang keluarga dikelola oleh tetua yang dikenal sangat cerewet, akan sangat menjengkelkan jika meminta darinya.
Bai Jian memandang malas Wuying, mengatainya dalam hati. Dia lalu menarik tubuhnya mendekat, membuat Li Mei yang dari tadi hanya menyimak kebingungan.
"Hei bung, kau ini bodoh atau bagaimana. Isi kepala mu itu sangat berharga, tahu!"
Tang Wuying tiba-tiba merasa pikirannya tercerahkan. "Benar juga, bagaimana bisa aku melupakannya."
Dia kemudian bangkit dari duduknya lalu berkata, "Kalau begitu aku serahkan padamu, ya, Pak Tua. Aku perlu membuat persiapan."
Bai Jian dan Li Mei mengamati Tang Wuying yang pergi dengan wajah kegirangan. Melihatnya, Bai Jian mengeleng-geleng.
"Kalian terlihat akrab," kata Li Mei akhirnya. Sedari tadi dia hanya diam memperhatikan interaksi keduanya
"Dia anak yang menarik, membuat ayah teringat kembali masa lalu yang indah." Bai Jian lalu bangkit dari duduknya. "Li Mei, siapkan tungku obat ayah." lanjutnya
"Apakah ayah yang akan membuat pilnya?" tanya Li Mei dengan penuh kekhawatiran.
Bei Jian menatap anak yang sudah dirawatnya sedari kecil itu dengan penuh kasih. "Ya, ini pil yang rumit. Ini juga akan menjadi kesempatan bagimu untuk belajar. Bukankah kau selalu ingin melihat ayah membuat pil?"
Meski begitu, Li Mei tetap saja khawatir. "Tapi ... kondisi ayah akan memburuk ...."
"Nak, dari awal kondisiku memang sudah buruk. Apa bedanya dengan membuat satu dua pil?" Bai jian mengusap kepala Li Mei, mencoba menghapus kekhawatirannya
"Yah, ini juga untuk seorang teman lama," batinnya dalam hati.
...*********...