NovelToon NovelToon
Pencari Jejak Misteri

Pencari Jejak Misteri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Matabatin / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.

Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.

Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.

Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Desa Pepeling

"Kamu gak mau tampar aku lagi, Rat? Untuk terakhir kalinya sebelum aku gak tahu bakal bisa lihat kamu lagi atau gak. Aku ikuti kamu ke sini karena desa ini memang tidak beres. Gak papa kalau kamu jadi benci sama aku, tapi aku cuma gak mau kamu dengan Reyza celaka." kata Panca kepada Ratu saat mereka sedang menuju lokasi PKL di balai desa.

Reyza bersama temannya masih di belakang dengan Cakra, mereka pun memiliki tugas untuk menjaga Lita dan Rangga yang sedikit menjadi sirine bahaya.

"Ya udah, gak usah dibahas lagi. Udah muak gue, lo gak perlu jagain gue segitunya." jawab Ratu ketus.

Panca berdehem pelan sambil terus berjalan.

"Iya udah, kamu betah gak di balai desa ini sampai berbulan-bulan bahkan setengah tahun? Waktunya bukan sembarangan loh, cukup lama itu." tanya Panca basa-basi.

Ratu mendengar dengan dengusan kesal. "Gue gak papa. Kan emang gue juga pengen di desa ini."

Tanpa lama Panca tiba-tiba dipatuk seekor ular di bagian kaki kirinya. Ia pun meringis kesakitan sampai akhirnya terjatuh karena tak mampu berdiri dengan kondisi satu kaki yang lemah.

Karena merasa tidak dijawab ucapannya, Ratu pun berbalik badan hingga mendapati Panca yang sedang bergegas menarik bandana slayer miliknya di lehernya untuk mengikat bagian kakinya.

"Lo kenapa?"

"Awas, jangan gerak dulu, Rat. Di dekat kamu ada ular cukup berbahaya, jangan kamu lihat, karena bahaya." perintah laki-laki memberi peringatan untuk Ratu.

Setelah beberapa menit kemudian ular yang Panca ketahui tak begitu amat berbahaya itu akhirnya pergi. Membuat Ratu dapat bernafas lega.

"Kenapa bandana slayer lo dirobek?"

"Gak papa, cuma kena patuk ular aja barusan."

"Apa!? Kena patuk? Maksudnya kayak kena gigit ular tadi!?"

Panca hanya mengangguk. Namun, kali ini Ratu memeluknya dari samping. Gadis remaja itu tak peduli diperhatikan oleh warga sekitar.

"Udah, gak papa kok. Gak perlu khawatir gitu, toh aku juga gak akan lama lagi."

Belum selesai berbicara, Panca sontak mendapat pukulan dari Ratu di dada nya.

"Eh, kok mukul sih?"

"Ya abis sembarangan mulu kalo ngomong!" bentak Ratu sembari memanyunkan bibirnya.

Dengan sangat ditahan tetapi tetap saja meledak. Panca akhirnya terkekeh melihat reaksi adik kelasnya yang lucu.

"Lah, emang aku gak lama lagi di sini. Kan aku juga sekolah, ada ujian kelulusan juga. Malah kamu kira aku mau pergi ke mana?" Kali ini pertanyaan Panca justru dijawab oleh Cakra.

"Abis dipatuk ular ya, Mas? Ular berbisa apa bukan?"

"Enggak sih, kayaknya yang bisa bikin infeksi atau bengkak gitu." jawab Panca.

Lita dan Rangga tak ingin lama-lama mengikuti mereka, akhirnya dua remaja itu pun mendahului untuk sampai di balai desa.

"Aku bantu, ya, Mas?" Ratu menawarkan bantuan.

Panca menatap Reyza dengan Cakra. "Kamu langsung sama Reyza aja sama teman-teman kamu ke sana. Aku gampang nanti nyusul kok, aku mau cari obat buat kaki aku dulu."

Jawaban Panca ternyata membuat Ratu seketika merasa bersalah. "Perjanjian itu masih ada? Kalau kamu batalkan aja gimana?"

"Gak bisa, Kak. Perjanjian itu udah disetujui akan memakan tumbal dua nyawa. Tentunya diantara kita semua, termasuk Panca dan Cakra." sahut Reyza yang sudah diberitahu oleh Cakra.

Di tengah jalan setapak, Ninda serta Intan hanya diam menyimak obrolan para temannya. Meski perasaan keduanya masih merasa ketakutan.

...ΩΩΩ...

Pukul 8 pagi Ratu bersama temannya sudah berada di depan gerbang balai Desa Pepeling. Sejak saat melihatnya saja pikiran Ratu seketika berubah. Ternyata memang benar kata Panca, desa itu bukan sebuah desa biasa.

"Kita langsung masuk aja kali, ya? Kayaknya Lita sama Rangga udah ada di sana duluan." ujar Ratu sembari melangkahkan kakinya serta tangannya yang membuka gerbang besi berkarat.

"Ya udah ayo, perasaan gue sebenernya gak enak sih. Apalagi gue sama Intan mencium bau aneh dari awal kita ke sini." jawab Ninda.

Usai berhasil masuk, enam remaja tanpa seorang Panca itu langsung disuguhkan dengan kehadiran satu ibu-ibu bersama satu pria yang sudah sedikit tua.

"Assalamualaikum, permisi, Bu, Pak. Kami dari sekolah SMK Pelita datang ke sini ingin mendaftar Praktik Kerja Lapangan dengan jurusan kami yaitu Teknik Komputer Dan Jaringan." ucap Ratu tanpa mengurangi rasa hormat.

Cakra berada di sebelah kiri Ratu, ia sudah mencium aroma busuk dan hawa yang panas menusuk kulit.

"Waalaikumsalam, silakan langsung duduk. Untuk sementara hari ini perkenalan dulu, ya." kata sang ibu-ibu itu.

Meski merasa sedikit aneh, karena mereka hanya diperintah duduk di bagian balai atau tidak masuk ke dalam kantornya.

"Setelah kalian duduk, silakan buka buku tulis lalu perkenalkan identitas kalian di buku masing-masing." tutur seorang pria tua.

Ratu bersebelahan dengan Cakra dan Reyza, sementara Bisma juga bersampingan Intan serta Ninda.

Sesudah mereka berenam mengeluarkan buku sekaligus alat tulis mereka, tiba-tiba ada perkataan dari sang ibu-ibu itu yang membuat semuanya terdiam.

"Informasi sedikit, ya. Kalau di sini kalian harus jaga diri. Jaga tingkah dan ucapan kalian, jangan main sembarangan di tempat ini. Serta satu lagi, jangan mudah tergoda dengan apa yang terlihat mewah maupun menggiurkan di daerah sini. Jika ada yang melanggar, maka akan mendapatkan sanksi yang kami tidak bisa membantu." kata ibu-ibu itu.

"Iya, beliau ini namanya Bu Mayang. Sedangkan saya namanya Pak Guyub. Kami sudah lama tidak mendapat siswa-siswi yang ingin belajar di sini." ucap Pak Guyub.

"Kalau boleh tahu sudah berapa lama, Pak?" tanya Reyza penasaran.

"Sudah sepuluh tahunan. Sudah sangat lama, ya. Karena memang ya ... Seperti yang Ibu Mayang bilang tadi, bahwa di desa ini kalian harus waspada. Dan jangan sesekali menengok jika ada suara yang memanggil nama kalian."

Sembari mendengarkan sekaligus memendam rasa ketakutan, Bu Mayang tiba-tiba menyuruh enam anak itu untuk segera menyelesaikan tugas perkenalannya.

"Jangan terlalu lama, ya. Karena kami masih ada kepentingan lain di kantor, silakan untuk melanjutkan nulisnya. Jika sudah selesai bisa langsung berikan bukunya kepada saya." kata Bu Mayang.

Dilihat-lihat memang sedikit menyeramkan sosok seorang Bu Mayang ini. Karena menurut penglihatan Ratu, matanya melihat jika ibu-ibu ini tidak memakai hijab. Rambutnya panjang lusuh, pakaiannya pun memakai baju seperti gaun kusut berwarna hijau tua.

Sementara Pak Guyub terlihat berpakaian baju pendek berwarna coklat serta memakai celana panjang warna kuning keemasan.

Usai dirasa selesai menulis, Ratu berniat untuk beranjak dari duduknya dan memberikan bukunya pada Bu Mayang. Namun, pada saat ia baru menoleh ke kanan sedikit ke belakang, seketika ia tak sengaja menjerit.

"Astaghfirullah, Lita!?"

1
Billgisya Janu Aulia
Luar biasa
Billgisya Janu Aulia
Lumayan
murtiasih
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!