MY UNLUCKY HUSBAND

BRAK!

Tina menggebrak meja rias di depannya.

"Kalian berdua apa-apaan, sih?!"

Jo dan Yena sontak melepaskan diri mereka mendengar seruan Tina.

"Ya ini kita lagi praktek biar lebih menyakinkan, Tina," Yena menjelaskan. "Kan nanti ceritanya kamu sama Jo jadi pasangan kekasih,"

"Ya tapi kan nggak perlu sampai nempel-nempel bibir juga kali!" entah kenapa, nada bicara Tina menjadi tinggi. "Udah! Kita langsung berangkat aja sekarang!" ucapnya kemudian sambil menyambar tas yang ada di atas meja rias. Jo pun mengikuti langkah Tina, Yena di belakang mereka berteriak memberikan semangat.

"Semoga berhasil kalian berdua!"

Jo dan Tina kemudian naik mobil untuk melakukan perjalanan menuju tempat pesta. Secara otomatis, Jo menempatkan dirinya duduk di kursi depan samping pak supir, sementara Tina duduk di belakang. Selama perjalanan itu, Jo asyik sekali berbicara dengan pak supir, tapi tidak dengan Tina. Wanita itu hanya bisa diam-diam melirik Jo yang entah kenapa malam ini terlihat begitu bersinar.

Kayanya gue kurang asupan liat cowok ganteng deh, Tina mengipas-ngipasi wajahnya yang terasa panas. Masa sih cowok kampungan kaya Jo bisa bikin gue terpesona?

Tina sibuk menenangkan dirinya sendiri sampai tak sadar mobil yang ditumpanginya sudah sampai di depan gedung acara. Jo membukakan pintu untuk Tina dan mempersilahkan wanita itu keluar. Tapi, Tina yang sedang tidak fokus tidak mendengarkan ucapan Jo dan malah asyik melihat ke arah lain.

"Permisi," Tina terhenyak saat tangan Jo tiba-tiba melingkari dirinya. Ia menoleh dan makin terkejut saat mendapati wajahnya dengan Jo menjadi sangat dekat.

"L-lo ngapain?!"

"Oh, saya mau buka sabuk pengaman, Bu Tina," Jo melepaskan seat belt yang dipakai Tina dan tersenyum lebar seolah tidak ada masalah apapun. "Ayo sayang, kita keluar,"

Mata Tina terbelalak mendengar panggilan Jo yang disematkan padanya. "Apa? Sayang?"

"Oh?" Jo menggaruk tengkuknya bingung. "Kata Mbak Yena, saya harus mulai memanggil Bu Tina dengan panggilan 'sayang' kalau udah sampai di tempat pesta,"

"Oh," Tina menyahut pendek, kemudian ia keluar dari mobil dengan perasaan yang tidak karuan.

Ayolah Tina, masa Lo salting cuma gara-gara dipanggil sayang sama cowok kampungan ini?

Tina berusaha menetralkan ekspresinya sedatar mungkin, tapi hal itu tak berlangsung lama karena sedetik kemudian ekspresinya berubah menjadi terkejut. Pasalnya, sekarang tangan Jo sedang melingkari pinggangnya!

"Apa saya berlebihan?" bisik Jo tepat di samping telinga Tina. "Apa seharusnya gandeng lengan saja?"

"Tidak," Tina menjawab cepat. "Begini juga bagus," ucapnya berusaha terdengar tenang. Lalu mereka berdua melangkah masuk ke ruang pesta.

Suasana di dalam pesta ulang tahun tersebut benar-benar mewah dan elegan. Dekorasi ruangan didominasi oleh warna emas dan putih, dengan lampu kristal yang bergemerlapan di langit-langit. Meja-meja dihiasi dengan rangkaian bunga mawar putih dan lilin-lilin kecil yang memberikan sentuhan romantis.

Para tamu yang hadir mengenakan pakaian resmi dan elegan, para pria dengan jas dan dasi, sedangkan para wanita mengenakan gaun-gaun indah yang berkilauan. Musik klasik mengalun lembut di latar belakang, menambah kesan anggun dan berkelas pada pesta tersebut.

Di pojok ruangan, terdapat sebuah meja panjang yang dipenuhi dengan berbagai macam hidangan lezat dan mewah, mulai dari hidangan pembuka hingga penutup. Di tengah ruangan, terdapat sebuah kue ulang tahun berukuran besar dengan hiasan yang sangat indah, siap untuk dipotong oleh sang tuan rumah.

Jo dan Tina berjalan memasuki ruangan dengan anggun. Meskipun sangat gugup karena baru pertama kali datang ke tempat seperti ini, Jo tetap berusaha tenang. Sementara itu, beberapa tamu tampak melirik mereka dengan penasaran.

"Wah, wah, siapa ini?" seorang tamu mendekati mereka berdua dengan tatapan takjub. "Bukannya ini Tina? Owner Athena Beauty yang terkenal itu? Ternyata benar rumor yang beredar kalau Lo selingkuh dari Andra?" Tamu yang barusan menyapa sebenarnya adalah kenalan Tina, tapi Tina tidak menyukainya karena orang itu adalah jenis laki-laki yang mulutnya ceriwis.

"Lo salah," ucap Tina sambil mengelus lengan kekar Jo. "Bukan cuma gue yang selingkuh, tapi kita berdua sama-sama selingkuh. Iya kan, Andra?" Tina tersenyum miring kepada Andra dan Nancy yang datang menghampiri mereka.

Andra tak menjawab, ia sibuk menatap Jo dari atas sampai bawah. Wajahnya terlihat masam.

"Halo Kak Tina, apa kabar?" Nancy menyapa dengan ramah. "Oh, siapa ini? Wajahnya kok kelihatan asing?" Nancy beralih menatap Jo yang berdiri di samping Tina.

"Tentu saja kelihatan asing. Dia adalah simpanan gue yang sudah gue sembunyikan selama ini," Tina menjawab sambil melirik Andra. Ia tahu betul lelaki itu sedang dalam mood yang buruk melihat dari ekspresinya. "Selama ini gue khawatir bagaimana harus menyembunyikannya. Tapi beruntung, baru-baru ini pacar gue selingkuh dan mutusin gue, jadi sekarang gue leluasa bawa dia kemana-mana,"

Tina kemudian menepuk pundak Nancy dengan lembut. "Berhati-hatilah, Nancy. Laki-laki yang pernah selingkuh sekali, pasti akan mengulanginya suatu hari nanti," sarkasnya yang membuat wajah Andra dan Nancy berubah merah menahan malu. Setelah itu, Tina menggandeng Jo dan melenggang meninggalkan mereka.

Tujuan Tina selanjutnya tentu saja menemui pemeran utama pesta itu, Bu Elisa Sahal, owner dari brand Elixir sekaligus ibu kandung dari Nancy. Kalau Pak Moris benar-benar datang, pasti beliau tidak akan jauh-jauh dari Bu Elisa.

"Selamat ulang tahun Bu Elisa!" Tina memamerkan senyum karirnya yang manis, langsung memeluk saingan bisnisnya itu dengan erat, tak lupa cium pipi kanan dan kiri. Bu Elisa juga memasang senyum yang sama, memeluk Tina.

"Wah, sudah lama tak bertemu, Bu Elisa makin cantik saja. Tapi, sepertinya Anda harus mulai melakukan botox deh," ucap Tina sambil tertawa menyindir. "Karena kalau tidak, bisa-bisa pembeli meragukan kualitas skincare anti aging milik Elixir,"

"Ah, sungguh suatu kehormatan diperhatikan oleh pemilik Athena Beauty," Bu Elisa ikut tertawa, tapi matanya menatap tajam. "Saya agak kelelahan akhir-akhir ini. Biasalah, perusahaan sedang sibuk-sibuknya, banyak proyek baru yang harus diselesaikan. Kamu kan tahu sendiri perusahaan kami akan bekerjasama dengan perusahaan Pak Moris,"

Tina tetap tersenyum meski merasakan sindiran itu. "Wah, hebat sekali. Saya yakin proyek yang dicuri dari saya saat saya sedang mengalami musibah akan sukses besar,"

Bu Elisa tersenyum kecut mendengar sindiran keras Tina yang tepat sasaran. Ia hendak membalas ucapan Tina, tapi kedatangan seseorang mengalihkan perhatian mereka.

"Pak Moris!" Bu Elisa setengah berlari menghampiri tamu penting itu. "Terimakasih karena sudah jauh-jauh datang kemari,"

"Sama-sama Bu Elisa, suatu kehormatan karena saya sudah diundang oleh Anda," Pak Moris mengecup tangan Bu Elisa. "Oh? Ada Nona Tina juga rupanya,"

"Selamat malam Pak Moris," Tina menyalami dengan hormat. Ia lalu melirik seorang gadis remaja yang berjalan mengikuti Pak Moris. "Oh? Dan siapakah ini?"

"Ah, perkenalkan, ini putriku, Allena Moris. Dia lumayan pemalu,"

Allena menganggukkan kepalanya singkat sambil tersenyum tipis.

Bu Elisa kemudian menggandeng lengan Pak Moris. "Mari Pak Moris, karena Anda sudah datang, pestanya harus segera dimulai,"

"Oh, baiklah Bu Elisa," Pak Moris tertawa dan ia pergi bersama Bu Elisa meninggalkan Tina dan Jo.

Huh, dasar penyihir! keluh Tina kesal. Dia mengambil kesempatan untuk menguasai Pak Moris sendirian!

Tina lalu mengalihkan pandangannya ke samping dan secara tidak sengaja melihat Allena yang sedang duduk sendirian. Tiba-tiba Tina mendapatkan sebuah ide. Ia langsung menggenggam tangan Jo erat-erat sampai lelaki itu terkejut.

"Jo, saat ini gue butuh keberuntungan Lo," ucapnya sambil menyeret Jo mendekati Allena.